1.1 Latar
Belakang Masalah
Qur’an menurut bahasa
adalah “bacaan”. Adapun definisi
al-quran adalah kalam Allah SWT. yang merupakan
mu’jizat yang diturunkan (diwahyukan)
kepada Nabi Muhammad SAW. dan
membacanya adalah ibadah. Dengan definisi ini, maka kalam Allah yang diturunkan
kepada nabi-nabi selain Nabi Muhammad
Saw tidak dinamakan Al-quran.
Al-Qur’an adalah kitab
suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad Saw, sebagai salah satu
rahmat yang tidak ada
taranya bagi alam semesta. Di dalamnya terkumpul
wahyu illahi yang menjadi
petunjuk, pedoman, dan pelajaran bagi
siapa yang mempercayainya serta
mengamalkannya. Bukan itu saja, tetapi juga Al-quran
itu adalah kitab suci paling terakhir yang diturunkan Allah,
yang isinya mencakup segala
pokok-pokok syariat yang
terdapat dalam kitab-kitab suci
yang diturunkan sebelumnya. Karena itu, setiap orang
yang mempercayai Al-quran, akan bertambah
cinta kepadanya, cinta untuk membacanya, untuk mempelajari dan
memahaminya serta pula untuk mengamalkan dan mengajarkannya.
Setiap mukmin yakin,
bahwa membaca Al-quran
termasuk amal yang sangat mulia dan akan mendapatkan pahala. Al-quran adalah sebaik-baik bacaan bagi orang mukmin, baik di kala senang maupun
dikala susah dikala
gembira ataupun dikala
sedih, bahkan membaca
al quran menjadi obat dan penawar
bagi orang yang gelisah jiwanya.
Setiap mukmin
yang mempercayai Al-quran,
mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terhadap
kitab sucinya itu. Diantara tanggung jawab itu ialah
mempelajarinya dan
mengajarkannya. Belajar dan mengajarkan
Al-quran adalah kewajiban suci dan mulia. Rasulullah SAW. bersabda “Yang sebaik-baik kamu ialah orang
yang mempelajari Al-quran dan mengajarkannya”.
Kini kita hidup
di dunia yang tanpa batas (borderless),
era globalisasi. Berbagai informasi baik itu
diperlukan atau tidak, buruk
atau baik menghampiri rumah-rumah
kita setiap saat
tanpa dapat dibendung.
Banjir informasi yang sebagian
besar tidak diperlukan
ini bagi sebagian kecil
orang merupakan anugerah, namun bagi sebagian besar lainya
lebih sering berakibat buruk walaupun
kadang kurang disadarinya.
Era informasi yang oleh
Alvin Tofler disebut dengan istilah gelombang
ketiga “third wave” ini
melanda seluruh dunia. “Barang siapa
yang menguasai informasi maka dia
akan menguasai dunia”
bukanlah isapan jempol.
Sayangnya, yang
menguasai pusat-pusat informasi
adalah mereka yang
bermodal besar namun minim
tanggung jawab moral, sehingga
program-program yang
disuguhkan sebagian besar
program yang tidak
mendidik bahkan cenderung merusak moral. Bagi mereka tidak masalah apapun program
yang disajikan selama itu
disukai masyarakat dan mendatangkan keuntungan
yang banyak. Akibat
selanjutnya adalah
terjadinya dekadensi moral
melanda sebagian besar masyarakat. Pergaulan bebas,
gaya hidup yang serba bebas,
obat-obatan terlarang,
minum-minuman keras, dan efek-efek negatif lainnya.
Untuk mengantisipasi dampak
negatif media informasi
yang merusak perlu adanya gerakan
kembali kepada Al-quran dalam rangka
menggali nilai-nilai
Al-quran sebagai perisai guna
membentengi diri dalam menghadapi budaya-budaya yang merusak moral.
Belajar Al-quran hendaknya
dilakukan dari semenjak dini sekitar
5 atau 6 tahun, sehingga
ketika beranjak remaja
anak diharapkan familiar
dengan bacaan-bacaan Al-quran bahkan
sudah mampu menghafal surat-surat
pendek.
Belajar Al-quran
dapat dibagi kepada
beberapa tingkatan, yaitu
belajar membacanya sampai lancar dan baik, menuruti
qaedah-qaedah yang berlaku dan
qiraat dan tajwid,
belajar arti dan maksudnya sampai mengerti
akan maksud-maksud yang terkandung
di dalamnya dan belajar menghafalnya
di luar kepala.
Tidak dapat
dipungkiri masih terlalu
banyak anak-anak yang belum bisa membaca
dan menulis Al-quran dengan berbagai alasan padahal Al- quran merupakan rujukan utama
bagi umat Islam. Bagaimana
bisa menggali nilai-nilai
Al-quran dalam rangka membentengi diri dalam menghadapi budaya-budaya
yang merusak moral jika anak
tidak dapat membaca
dan menulis Al-quran.
Berdasarkan uraian
tersebut di atas penulis
tertarik untuk melakukan Penelitian
Tindakan Kelas dengan judul : “Meningkatkan kemampuan membaca
dan menulis Al-quran siswa dengan
menggunakan metode demonstrasi
di Kelas V SD”.
1.2 Identifikasi
Masalah
Bertolak dari latar
belakang masalah tersebut di atas, maka pokok-pokok masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Kemampuan siswa kelas V SD dalam membaca
Al-Qur’an kurang lancar
2.
Kemampuan siswa kelas V SD dalam menulis Al-Qur’an
masih kurang.
3.
Penggunaan
metode pembelajaran masih terlalu sulit,
sehingga prestasi yang dicapai masih rendah.
1.3 Pembatasan
dan Rumusan Masalah
1.3.1 Pembatasan Masalah
Agar pembahasan dalam
penelitian ini tidak terlalu meluas, maka penulis akan membatasinya pada :
Penggunaan metode demonstasi dalam meningkatkan kemampuan membaca dan menulis Al-Quran siswa kelas V SD.
1.3.2 Rumusan Masalah
Masalah adalah
pertanyaan-pertanyaan yang sengaja diajukan untuk dicari jawabannya melalui penelitian, Sudjana N. (1997:21).
Menurut pendapat di atas masalah yaitu
masalah-masalah yang sengaja
diajukan jawabannya diperoleh
melalui penelitian. Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka
masalah penelitian ini adalah :
a.
Apakah
metode demonstrasi dapat meningkatkan aktifitas siswa membaca dan menulis Al
quran di kelas V SD?
b.
Apakah
metode demonstrasi dapat
meningkatkan kemampuan
membaca dan menulis Al quran siswa di SD?
c.
Apakah
metode demonstrasi dapat
meningkatkan prestasi membaca
dan menulis Al quran siswa di SD?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di
atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk
Meningkatkan aktifitas belajar siswa
dalam pembelajaran PAI aspek Al quran melalui metode demonstrasi di SD.
2.
Untuk
mengetahui efektifitas metode demonstrasi dalam meningkatkan kemampuan membaca
dan menulis siswa dalam pembelajaran PAI aspek Al quran
3.
Meningkatkan prestasi
belajar siswa dalam pembelajaran
PAI aspek Al quran melalui metode
demonstrasi di SD.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan
kelas ini diharapkan memberikan manfaat terhadap perbaikan kualitas pendidikan
dan pembelajaran, di antaranya :
1.
Bagi
siswa, dapat lebih meningkatkan pemahaman dan penghayatan siswa, berani
bertanya, mengemukakan pendapat dan dapat meningkatkan hasil belajar PAI aspek
AlQur’an
2.
Bagi
guru, sebagai salah satu alternatif dalam upaya meningkatkan hasil belajar PAI
dengan metode demonstrasi.
Berdasarkan uraian tersebut
di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul
: Meningkatkan kemampuan membaca dan menulis Al-Qur’an siswa melalui metode
demonstrasi di kelas 5 pada semester 2
di SD.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Membaca
Membaca adalah suatu proses
yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh
penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut
agar kelompok kata yang merupakan suatu
kesatuan akan terlihat dalam suatu
pandangan sekilas, dan agar makna
kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak
terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertanggkap
atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik (Hodson,
1960:43-44).
Dari segi linguistik,
membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding process),
berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi
(decoding) adalah menghubungkan
kata-kata tulis (written word) yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan (oral language meaning) yang mencakup
pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi
yang bermakna. (Andrson, 972 : 202-210).
2.2 Tujuan Membaca
Tujuan utama membaca adakah
untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan.
Makna, arti (meaning) erat sekali
berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca.
2.3 Pengertian
Menulis
Menulis dapat didefinisikan
sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa
tulis sebagai alat atau medianya. Pesan
adalah isi atau muatan yang terkandung
dalam suatu tulisan. Tulisan
merupakan sebuah simbol atau
lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakaiannya. Dengan
demikian, dalam komunikasi tulis paling
tidak terdapat empat unsur yang terlibat : Penulis
sebagai penyampai pesan (penulis), pesan atau isi tulisan, salursan atau media berupa tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.
2.4 Manfaat
Menulis
Adapun manfaat dari
kegiatan menulis ini di antaranya adalah
sebagai berikut :
meningkatkan
kecerdasan;
mengembangkan
daya inisiatif dan kreativitas;
menumbuhkan
keberanian; dan
mendorong
kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
2.5 Hakikat
Belajar dan Mengajar
Berbicara tentang
pendidikan selalu berkenaan dengan upaya
pembinaan manusia, maka keberhasilan pendidikanpun tergantung pada unsur
manusianya. Adapun unsur manusia yang paling menentukan berhasilnya pendidikan
adalah pelaksana pendidikan, yaitu guru. Karena gurulah yang secara langsung
mempengaruhi, membina, mengembangkan kemampuan siswa agar menjadi manusia yang
bertaqwa, cerdas dan terampil.
Agar proses belajar
mengajar berjalan dengan lancar maka guru harus menguasai bahan yang akan diajarkan dan terampil pula
dalam hal menyajikannya. Guru diharapkan dapat memilih dan menggunakan
metode-metode pembelajaran yang sesuai dengan pokok-pokok bahasan atau sub
pokok bahasan.
Adapun belajar adalah
“Proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan
sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk perubahan
seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta
perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar” (Sudjana,
1989:5).
Selanjutnya, “Mengajar adalah bimbingan kegiatan siswa belajar.
Mengajar adalah mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar
siswa, sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar
mengajar.” (Sudjana, 1987:7)
2.6 Metode
Demonstrasi
Metode adalah cara guru
menyampaikan materi
pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan. Depdiknas (2003) menurut Syaepul Sagala (2005:210) metode demonstrasi
adalah pertunjukan tentang proses
terjadinya suatu peristiwa
atau benda pada penampilan tingkah laku
yang dicontohkan agar dapat
diketahui dan dipahami
oleh peserta didik secara nyata.
Yang dimaksud
dengan metode demonstrasi dalam
belajar dan mengajar yaitu metode
yang digunakan oleh seorang
guru atau orang luar yang
sengaja didatangkan atau murid
sekalipun untuk mempertunjukkan gerakan-gerakan suatu proses
dengan peraturan yang benar.
Menurut Sudirman (1991:113),
demonstrai adalah cara
penyajian pelajaran dengan
meragakan atau
mempertunjukkan kepada siswa suatu proses
situasi atau benda
tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya
ataupun tiruan yang
sering disertai dengan
penjelasan lisan, metode ini
baik digunakan untuk mendapatkan gambaran
yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan
proses mengatur sesuatu, membuat sesuatu, proses bekerjanya
sesuatu, membandingkan suatu cara
dengan cara lain, untuk mengetahui atau melihat
kebenaran sesuatu.
Ada beberapa kelebihan
dan kekurangan dalam
menggunakan metode demontrasi :
a.
Kelebihan
1.
Metode
ini dapat membuat
pengajaran menjadi lebih jelas
dan lebih konkrit, dengan demikian
dapat menghindarkan verbalisme.
2.
Siswa diharapkan
lebih mudah dalam memahami apa yang dipelajari
3.
Proses
pelajaran akan lebih menarik
4.
Siswa dirancang
untuk aktif mengamati,
menyesuaikan antara teori dengan
kenyataan dan mencoba melakukannya
sendiri
5.
Melalui metode ini
dapat sajikan materi pelajaran yang tidak
mungkin atau kurang sesuai
dengan menggunakan metode lain
b.
Kelemahannya
Kelemahan metode ini antara
lain :
1.
Metode
ini memerlukan keterampilan
guru secara khusus, karena
tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi
tidak akan efektif
2.
Fasilitas seperti
peralatan, tempat dan biaya yang memadai
tidak selalu tersedia
dengan baik
3.
Demonstrasi memerlukan
kesiapan dan perencanaan yang matang
disamping sering memerlukan
waktu yang cukup panjang yang mungkin
terpaksa mengambil waktu jam
pelajaran lain.
2.7 Cara
Pelaksanaan
Untuk menggunakan metode
demonstrasi dengan baik, beberapa langkah perlu ditempuh antara lain :
Penentuan
tujuan demonstrasi yang akan dilakukan. Dalam hal ini pertimbangkan apakah
tujuan yang akan dicapai dengan belajar melalui demonstrasi itu tepat dengan
menggunakan metode demonstrasi.
Materi yang akan didemonstrasikan terutama hal-hal
yang penting ingin ditonjolkan
Siapkan
fasilitas penunjang demonstrasi seperti peralatan, tempat, dan mungkin juga
biaya yang dibutuhkan
Penataan
peralatan dan kelas pada posisi yang baik
Pertimbangkan
jumlah siswa yang dihubungkan dengan hal
yang akan didemonstrasikan agar siswa dapat melihatnya dengan jelas
Buatlah
garis besar langkah atau pokok-pokok yang akan didemonstrasikan secara
berurutan dan tertulis pda papan tulis atau padakertas lembar agar dapat dibaca
siswa dan gurunya secara keseluruhan
Untuk
menghindari kegagalan dalam pelaksanaan, sebaiknya demonstrasi yang
direncanakan dicoba terlebih dahulu. Tak jarang demonstrasi gagal hanya karena
hal kecil seperti kabel listrik yang kurang panjang, penerangan (lampu) yang
kurang terang, atau penempatan peralatan yang kurang strategis.
2.8 Pelaksanaan
Demonstrasi
Setelah segala sesuatu direncanakan
dan disiapkan, langkah berikutnya ialah mulai
melaksanakan demonstrasi.
Beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain :
1.
Sebelum
memulai, periksalah sekali lagi kesiapan
peralatan yang akan didemonstrasikan, pengaturan tempat, keterangan tentang
garis besar langkah dan pokok-pokok yang akan
didemonstrasikan.
2.
Siapkan siswa, barangkali ada hal
yang perlu mereka catat
3.
Mulailah
demonstrasi dengan menarik perhatian siswa
4.
Ingatlah
Pokok-pokok materi yang
didemonstrasikan agar
demonstrasi mencapai sasaran
5.
Pada
waktu berjalannya demonstrasi, sekali-kali perhatikan
keadaan, apakah semua mengikuti
dengan baik
6.
Untuk
menghindarkan ketegangan, ciptakan suasana
yang harmonis
7.
Berikanlah kesempatan
kepada siswa untuk secara aktif
memikirkan lebih lanjut
tentang apa yang
dilihat dan didengarnya dalam bentuk pertanyaan,
membandingkannya dengan yang
lain serta mencoba melakukannya
sendiri dengan bimbingan guru.
BAB IIIMETODE PENELITIAN
Waktu
Penelitian dan Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas
ini dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu dari
Januari s/d Maret 2009. Siklus I
dilaksanakan tanggal 04 Februari 2009,
sedangkan siklus II dilaksanakan tanggal 11 Februari 2009.
Tempat penelitian ini
dilakukan di SD Subjek penelitian
adalah siswa kelas V yang berjumlah 38 orang. Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus dan setiap siklus terdiri dari
dua pertemuan.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
karena dalam pelaksanaannya tidak
terbatas pada pengumpulan data, melainkan dilanjutkan
dengan pengolahan data
yaitu dengan cara mengumpulkan data, menyusun, mengolah dan menginterpretasikan data.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan kelas, adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam tindakan kelas ini menggunakan model yang digunakan oleh Kurt Lewin. Tahapan-tahapan
penelitian tindakan kelas ini dibagi menjadi 4 tahapan pada setiap siklus yaitu :
1.
Perencanaan
(planning)
2.
Aksi
atau tindakan (acting)
3.
Obervasi
(Observing)
4.
Refleksi
(reflecting). Dikdasmen (h. 16.2003).
Prosedur pelaksanaan
penelitian tindakan kelas meliputi
2 siklus yang terdiri dari : a. perencanaan, b. tindakan, c. pengamatan,
dan refleksi.
1.
Perencanaan
meliputi aktivitas sebagai berikut :
a.
Mendiskusikan dan menetapkan rancangan
pembelajaran yang akan diterapkan
sebagai tindakan dalam siklus
b.
Menyusun rencana pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi sesuai
materi yang telah ditetapkan
c.
Mengembangkan
skenario pembelajaran
d.
Mengembangkan format
observai dan format evaluasi
2.
Pelaksanaan
Kegiatan yang dilaksanakan
pada tahap ini adalah melaksanakan sekenario pembelajaran yang telah
direncanakan, melaksanakan evaluasi dalam bentuk tes
3.
Pengamatan
Pada tahap ini dilaksanakan
pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi
yang disiapkan
4.
Refleksi
a.
Melakukan
evaluasi tindakan yang telah dilakukan pada skenario pembelajaran
b.
Melakukan
pertemuan untuk membahas hasil evaluasi
tentang skenario, tes kemampuan pemahaman dan lain-lain
c.
Memperbaiki
pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan pada pertemuan
berikutnya.
Tahap pelaksanaan ini
terus dilakukan secara berulang
dan berkesinambungan sesuai siklus.
o
Indikator keberhasilan
Yang menjadi indikator
keberhsilan penelitian ini adalah :
a.
Instrumen-instrumen
yang telah disiapkan pada tiap-tiap siklus dapat dilaksanakan dengan baik
b.
Aktivitas
siswa dalam belajar meningkat
c.
Lebih
dari 70% siswa yang mendapat nilai 65 ke
atas
3.4 Teknik Pengumpulan Data
1)
Data
Sumber data pada penelitian
ini seluruh siswa, sedangkan data yang dikumpulkan adalah data
kuantitatif dan kualitatif. Data yang dikumpulkan meliputi :
a.
Data
tes kemampuan pada siklus 1 dan 2
b.
Data
observasi pada waktu proses pembelajaran
c.
Jurnal
harian (catatan harian)
d.
Foto,
diambil pada waktu proses pembelajaran
2)
Teknik
pengumpulan data
Data yang dikumpulkan
diperoleh melalui observasi, tes kemampuan pemahaman dan catatan harian
3)
Obervasi
Observasi dilakukan untuk
memperolah informasi kegiatan aktivitas
siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Di dalam observasi pengamatan,
kita akan memperoleh masukan tentang akitifitas siswa, cara belajar, kerjasama
antar siswa dan sebagainya.
4)
Jurnal
harian
Jurnal harian semacam
catatan harian yang dikumpulkan selama proses pembelajaran baik itu aktifitas
maupun kegiatan guru di dalam pelaksanaan proses belajar mengajar
5)
Data
tes kemampuan pemahaman
Data ini diambil dari
pertemuan pertama maupun pertemua kedua, ini dilakukan untuk mengetahui
perkembangan hasil selama kegiatan dilakukan dan menggunakan data kuantitatif.
6)
Foto
Foto digunakan untuk
melengkapi informasi data agar peristiwa yang tejadi dalam kegiatan penelitian dapat direkam dan
dijadikan sebagai alat bukti dalam pengumpulan data.
3.5 Analisis Data
a.
Data
observasi
Data tes observasi ini
diambil dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama kegiatan
berjalan dengan menggunakan ceklis kemudian dipersentasikan
b.
Data
tes kemampuan
Data tes ini untuk
menemukan nilai setiap siswa dari hasil tes dengan skala nilai 100 untuk
menentukan banyaknya siswa yang mendapatkan nilai 65 ke atas.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari uraian
tersebut di atas penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut :
1.
Pembelajaran
membaca dan menulis Al-Qur’an dengan menggunakan metode demonstrasi dapat membuat pengajaran
lebih atraktif dan kelas tampak lebih hidup, sehingga siswa lebih dapat memahami apa yang dipelajari.
2.
Pembelajaran
dengan menggunakan metode demonstrasi
dapat meningkatkan pemahaman dan meningkatkan aktivitas siswa, hal ini dapat
dibuktikan dari hasil perbedaan nilai rata-rata pretes dan postes.
Saran
Untuk keberhasilan
dalam pembelajaran ini penulis
mengemukakan beberapa saran sebagai berikut :
1.
Guru
hendaknya mengkondisikan kelas sebelum memulai pembelajaran
2.
Selama
proses pembelajaran guru hendaknya mampu membangkitkan motivasi dan aktivitas
siswa dengan memilih metode dan teknik yang tepat.
3.
Dalam
proses belajar mengajar guru hendaknya dapat menciptakan kondisi kelas
yang menyenangkan sehingga interaksi
antara guru dan murid berjalan harmonis,
merangsang siswa untuk bertanya dan menyatakan pendapatnya.
4.
Pada
saat memberikan bahan pengajaran guru hendaknya tidak terpaku pada buku paket
saja, tetapi hendaknya menggali bahan pengajaran dari pengalaman siswa atau
buku lain yang berkaitan dengan bahan yang akan diajarkan.
KEPUSTAKAAN
Henry Guntur
Tarigan. (1979). Membaca Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung
: Angkasa.
Suparno dan
Muhamad Yunus. (2006). Keterampilan Dasar
Menulis. Jakarta
: Universitas Terbuka
Sujana N.
(1995) Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah.
Bandung : Sinar
Baru
Suhardjono,
Azis Hoesein, dkk. (1996). Pedoman
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit
Pengembangan Profesi Widyaiswara. Jakarta
: Depdikbud, Dikdasmen.
Suhardjono
(2006). Laporan Penelitian sebagai KTI,
makalah pada pelatihan peningkatan mutu guru dalam pengembangan profesi di
Pusdiklat Diknas Sawangan, Jakarta,
Februari 2006.
Suharsimi
Arikunto, Suhardjono dan Supardi (2006) Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta
: PT. Bumi Aksara.
Tim Bina
Karya Guru (2004) Pendidikan Agama Islam
untuk SD kelas V. Penerbit : Erlangga.
Terima kasih
http://diajarnyaho.blogspot.com/
Bagus, ini yg sy cari. izin copas ... terima kasih semoga yg buat n upload diberi pahala Allah SWT.