Contoh Laporan Hasil Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) Lengkap

CONTOH LAPORAN PTS ATAU PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH TERLENGKAP


BAB I  PENDAHULUAN

1.  Latar Belakang
Adanya kebijakan peningkatan jaminan kualitas lulusan pendidikan dasar membawa konsekuensi di bidang pendidikan, antara lain perubahan dari model pembelajaran yang mengajarkan mata-mata pelajaran (subject matter based program) ke model pembelajaran berbasis kompetensi (competencies based program). Model pembelajaran berbasis kompetensi bermaksud menuntun proses pembelajaran secara langsung berorientasi pada kompetensi atau satuan-satuan kemampuan. Pengajaran berbasis kompetensi menuntut perubahan kemasan kurikulum, dari model lama berbentuk silabus yang berisi uraian mata pelajaran yang harus diajar ke dalam kemasan yang berbentuk paket-paket kompetensi. Hal ini membawa konsekuensi bahwa proses pembelajaran harus berorientasi pada pembentukan seperangkat kompetensi sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Hal demikian  menuntut kemampuan guru dalam merancang model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik bidang kajian dan karakteristik siswa agar mencapai hasil yang maksimal. Oleh kerana itu peran guru dalam konteks pembelajaran menuntut perubahan, antara lain : (a) peranan guru sebagai penyebar informasi semakin kecil, tetapi lebih banyak berfungsi sebagai pembimbing, penasehat, dan pendorong, (b) peserta didik adalah individu-individu yang kompleks, yang berarti bahwa mereka mempunyai perbedaan cara belajar sesuatu yang berbeda pula, (c) proses belajar mengajar lebih ditekankan pada belajar daripada mengajar (Laster, 1985).

    

Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam mengimplementasikan pergeseran peran guru dalam pembelajaran, yaitu :
a.    Cara pandang guru terhadap siswa perlu diubah. Siswa bukan lagi sebagai obyek pengajaran, tetapi siswa sebagai pelaku aktif dalam proses pembelajaran. Dalam diri siswa terdapai berbagai potensi yang siap dikembangkan. Oleh katena itu dalam konteks pembelajaran guru diharapkan mampu memberikan dorongan kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
b.    Guru diharapkan mampu mengajarkan bagaimana siswa bisa berhubungan dengan masalah yang dihadapi dan mengatasi persoalan yang muncul di masyarakat. Antara lain dengan cara  memberikan tantangan yang berupa kasus-kasus yang sering terjadi di masyarakat yang terkait bidang studi. Melalui kegiatan tersebut diharapkan siswa dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya, yang pada akhirnya dapat digunakan sebagai bekal kemandirian dalam menghadapi berbagai tantangan di masyarakat. Bahkan lebih jauh lagi diharapkan bisa ikut ambil bagian dalam mengembangkan potensi masyarakatnya.
Untuk mewujudkan kompetensi dan peran guru sebagaimana uraian di atas perlu adanya upaya yang dilakukan baik oleh dinas pendidikan, pengawas sekolah, maupun kepala sekolah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam rangka peningkatan kompetensi dan peran guru dalam pembelajaran adalah melalui  kegiatan supervisi akademik.
Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba mengadakan penelitian tindakan sekolah untuk mengetahui efektivitas supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah terhadap peningkatan kualitas guru. 

2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab masih rendahnya kualitas proses dan hasil pembelajaran di SMPN 2 Cikeusik, antara lain:
a)    Rendahnya kompetensi guru
b)    Keterbatasan sarana dan prasana pembelajaran
c)    Masih kurangnya tenaga kependidikan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan.
d)    Tidak berfungsinya peran pengawas sekolah
e)    Motivasi guru dan tenaga kependidikan lainnya masih rendah







3. Pembatasan Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi masalah seperti yang diuraikan diatas, permasalahan dalam penelitian tindakan sekolah  ini dibatasi pada rendahnya kompetensi guru

4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan dalam penelitian di rumuskan sebagai berikut:
Bagaimana efektivitas upaya peningkatan kompetensi guru melalui  kegiatan supervisi akademik yang dilakukan kepala SMPN 2 Cikeusik

5. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah:
a)    mengetahui bagaimana kepala sekolah menerapkan supervisi akademik di sekolah
b)    mengetahui efektivitas penerapan supervisi akademik terhadap pningkatan kualitas guru. 

6. Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini akan memberikan manfaat untuk perbaikan dan peningkatan proses hasil belajar terutama bagi perorangan atau institusi di bawah ini.
1. Bagi Siswa : Dengan menggunakan keterampilan guru dalam penerapan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) siswa akan tergugah semangat belajarnya sehingga menambah akan keberanian untuk bertanya, menjawab, melakukan sesuatu tindakan yang berpola terstruktur, menemukan dan mengembangkan ide-ide baru, sehingga aktivitas dan antusias belajar siswa lebih meningkat.
2.     Bagi Guru : Kemampuan menerapkan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) akan memberi kemudahan dalam melaksanakan tugas mengajarnya, karena yang lebih aktif adalah  siswa, dan guru hanya mengarahkan saja.
3.     Bagi Sekolah : Hasil dari proses belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.






BAB II  LANDASAN TEORI

A. Belajar dan Pembelajaran
1.    Belajar Aktif
Winkel (1996) mendefinisikan belajar sebagai suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, dan sikap. Perubahan itu bersifat tetap dan berbekas. Belajar dapat dipandang sebagai usaha untuk melakukan proses perubahan tingkah laku kearah menetap sebagai pengalaman berinteraksi dengan lingkungannya.
Belajar merupakan usaha seseorang untuk membangun pengetahuan dalam dirinya. Dalam proses belajar terjadi perubahan dan peningkatan mutu kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan siswa, baik dari segi kognitif, psikomotor maupun afektif.
Belajar aktif (sering dikenal sebagai “cara belajar siswa aktif”) merupakan suatu pendekatan dalam pengelolaan sistem pembelajaran melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar yang mandiri. Kemampuan belajar mandiri merupakan tujuan akhir dari belajar aktif. Untuk dapat mencapai hal tersebut, kegiatan pembelajaran dirancang sedemikian rupa agar bermakna bagi siswa. Belajar yang bermakna terjadi bila siswa berperan secara aktif dalam proses belajar dan akhirnya mampu memutuskan apa yang akan dipelajarinya.
Belajar aktif merupakan perkembangan dari teori Dewey learning by doing (1859-1952). Dewey sangat tidak setuju pada rote learning “belajar dengan menghafal”. Dewey merupakan pendiri sekolah Dewey School  yang menerapkan prinsip-prinsip learning by doing, yaitu bahwa siswa perlu terlibat dalam proses belajar secara spontan. Keingintahuan siswa akan hal-hal yang belum diketahuinya mendorong keterlibatannya secara aktif dalam suatu proses belajar. Menurut Dewey, guru berperan untuk menyediakan sarana bagi siswa untuk dapat belajar. Dengan peran serta siswa dan guru dalam belajar aktif, akan tercipta suatu pengalaman belajar yang bermakna.
Belajar aktif mengandung berbagai kiat yang berguna untuk menumbuhkan kemampuan belajar aktif pada diri siswa dan menggali potensi siswa dan guru untuk sama-sama berkembang dan berbagi pengetahuan, keterampilan, serta pengalaman.
Melalui pendekatan belajar aktif, siswa diharapkan akan lebih mampu mengenal dan mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang dimilikinya. Di samping itu siswa secara penuh dan sadar dapat menggunakan potensi sumber belajar yang terdapat di sekitarnya, lebih terlatih untuk berprakarsa, berpikir secara sistematis, kritis, tanggap, sehingga dapat menyelesaikan masalah sehari-hari melalui penelusuran informasi yang bermakna baginya.
Selanjutnya, belajar aktif menuntut guru bekerja secara profesional, mengajar secara sistematis, dan berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif dan efisien. Artinya, guru dapat merekayasa model pembelajaran yang dilaksanakan secara sistematis dan menjadikan proses pembelajaran sebagai pengalaman yang bermakna bagi siswa. Untuk itu guru diharapkan memiliki kemampuan :
a.    Memanfaatkan sumber belajar di lingkungannya secara optimal dalam proses pembelajaran.
b.    Berkreasi dan mengembangkan gagasan baru
c.    Mengurangi kesenjangan pengetahuan yang diperoleh siswa dari sekolah dengan pengetahuan yang diperoleh di masyarakat
d.    Memperjelas relevansi dan keterkaitan mata pelajaran bidang ilmu dengan kebutuhan sehari-hari dalam masyarakat
e.    Mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku siswa secara bertahap dan utuh
f.    Memberi kesempatan kepada siswa untuk  dapat berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuannya
g.    Menerapkan prinsip-prinsip belajar aktif.
Dengan demikian, belajar aktif diasumsikan sebagai pendekatan belajar yang efektif untuk dapat membentuk siswa sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai kemampuan untuk belajar mandiri sepanjang hayatnya, dan untuk membina profesionalisme guru.

2.    Pembelajaran 
Mengajar atau “teaching” adalah membantu siswa memperoleh  informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekpresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar (Joyce dan Well, 1996). Pembelajaran  adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Secara implisit dalam pengertian ini terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada. Kegiatan-kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran. Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakekat perencanaan atau perancangan (disain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang mungkin dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu pembelajaran menaruh perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa”, dan bukan pada “äpa yang dipelajari siswa”. Dengan demikian perlu diperhatikan  adalah bagaimana cara mengorganisasi pembelajaran, bagiaman cara menyampaikan isi pembelajaran, dan bagaimana menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada agar dapat berfungsi secara optimal. Pembelajaran perlu direncanakan dan dirancang secara optimal agar dapat memenuhi harapan dan tujuan.
Rancangan Pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.    Pembelajaran diselenggarakan dengan pengalaman nyata dan lingkungan otentik, karena hal ini diperlukan untuk memungkinkan seseorang berproses dalam belajar (belajar untuk memahami, belajar untuk berkarya, dan melakukan kegiatan nyata) secara maksimal.
b.    Isi pembelajaran harus didesain agar relevan dengan karakteristik siswa karena pembelajaran difungsikan sebagai mekanisme adaptif dalam proses konstruksi, dekonstruksi dan rekonstruksi pengetahuan, sikap, dan kemampuan.
c.    Menyediakan media dan sumber belajar yang dibutuhkan. Ketersediaan media dan sumber belajar yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar secara konkrit, luas, dan mendalam, adalah hal yang perlu diupayakan oleh guru yang profesional dan peduli terhadap keberhasilan belajar siswanya. 
d.    Penilaian hasil belajar terhadap siswa dilakukan secara formatif sebagai diagnosis untuk menyediakan pengalaman belajar secara berkesinambungan dan dalam bingkai belajar sepanjang hayat (life long  contiuning education).
Bagaimana pembelajaran yang efektif? Pembelajaran efektif adalah pembelajaran dimana siswa memperoleh keterampilan-keterampilan yang spesifik, pengetahuan dan sikap serta merupakan pembelajaran yang disenangi siswa. Intinya bahwa pembelajaran dikatakan efektif apabila terjadi perubahan-perubahan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor (Reiser Robert, 1996).
a. Ciri-ciri pembelajaran efektif :
o    Aktif bukan pasif
o    Kovert bukan overt
o    Kompleks bukan sederhana
o    Dipengaruhi perbedaan individual siswa
o    Dipengaruhi oleh berbagai konteks belajar
b. Kriteria :
o    Kecermatan penguasaan
o    Kecepatan unjuk kerja
o    Tingkat alih belajar
o    Tingkat retensi (Reigeluth & Merril, 1989)






B. Supervisi Akademik
1. Pengertian Supervisi Akademik
Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Daresh, 1989, Glickman, et al; 2007). Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja  guru dalam mengelola pembelajaran. Sergiovanni (1987) menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian kinerja guru dalam supervise akademik adalah melihat kondisi nyata kinerja guru untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas?, apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas?, aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang bermakna bagi guru dan murid?, apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik?, apa kelebihan dan kekurangan guru dan bagaimana cara mengembangkannya?. Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini akan diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Namun satu hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa setelah melakukan penilaian kinerja berarti selesailah pelaksanaan supervisi akademik, melainkan harus dilanjutkan dengan tindak lanjutnya berupa pembuatan program supervisi akademik dan melaksanakannya dengan sebaik-baiknya. 

2. Tujuan dan Fungsi Supervisi Akademik 
Tujuan supervisi akademik adalah:  
a. membantu guru mengembangkan kompetensinya, 
b. mengembangkan kurikulum, 
c. mengembangkan kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan kelas (PTK) (Glickman, et al; 2007, Sergiovanni, 1987).  
Supervisi akademik merupakan salah satu (fungsi mendasar (essential function) dalam keseluruhan program sekolah (Weingartner, 1973; Alfonso dkk., 1981; dan Glickman, et al; 2007). Hasil supervisi akademik berfungsi sebagai sumber informasi bagi pengembangan profesionalisme guru.  

3.  Prinsip-Prinsip Supervisi Akademik 
Prinsip-Prinsip pelaksanaan Supervisi Akademik adalah sebagai berikut:
a)    Praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah. 
b)    Sistematis, artinya dikembangan sesuai perencanaan program supervisi yang matang dan tujuan pembelajaran. 
c)    Objektif, artinya masukan sesuai aspek-aspek instrumen. 
d)    Realistis, artinya berdasarkan kenyataan sebenarnya.      
e)    Antisipatif, artinya mampu menghadapi masalah-masalah yang mungkin akan terjadi. 
f)    Konstruktif, artinya mengembangkan kreativitas dan inovasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran.
g)    Kooperatif, artinya ada kerja sama yang baik antara supervisor dan guru dalam mengembangkan pembelajaran. 
h)    Kekeluargaan, artinya mempertimbangkan saling asah, asih, dan asuh dalam mengembangkan pembelajaran. 
i)    Demokratis, artinya supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi akademik. 
j)    Aktif, artinya guru dan supervisor harus aktif berpartisipasi. 
k)    Humanis, artinya mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor (Dodd, 1972). 
l)    Berkesinambungan (supervisi akademik dilakukan secara teratur dan berkelanjutan oleh Kepala SD/MI). 
m)    Terpadu, artinya menyatu dengan dengan program pendidikan.  
n)    Komprehensif, artinya memenuhi ketiga tujuan supervisi akademik di atas. 

4.  Teknik  Supervisi Akademik 
Teknik supervisi akademik ada dua, yaitu teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok. Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi  perseorangan terhadap guru. Supervisor di sini hanya berhadapan dengan seorang guru sehingga dari hasil supervisi ini akan diketahui kualitas pembelajarannya.  Sedangkan teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Kemudian kepada mereka diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang mereka hadapi. Menurut Gwynn (1961), ada tiga belas
Adapun teknik supervisi yang akan diteliti atau dilaksanakan dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini adalah teknik supervisi individual berupa a) kunjungan kelas, b) observasi kelas,  dan c) pertemuan individual.
a)    Teknik Kunjungan Kelas
Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah untuk mengamati proses pembelajaran di kelas. Tujuannya adalah untuk menolong guru dalam mengatasi masalah di dalam kelas.  
Cara melaksanakan kunjungan kelas: 
a)    dengan  atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu tergantung sifat tujuan dan masalahnya, 
b)    atas permintaan guru bersangkutan, 
c)    sudah memiliki instrumen atau catatan-catatan, dan 
d)    tujuan kunjungan harus jelas.  
Adapun kriteria kunjungan kelas, adalah : 
a)    memiliki tujuan-tujuan tertentu;  
b)    mengungkapkan aspek-aspek yang dapat memperbaiki kemampuan guru;  
c)    menggunakan instrumen observasi untuk mendapatkan data yang obyektif;  
d)    terjadi interaksi antara pembina dan yang dibina sehingga menimbulkan sikap saling pengertian;  
e)    pelaksanaan kunjungan kelas tidak menganggu proses pembelajaran; dan 
f)    pelaksanaannya diikuti dengan program tindak lanjut.

b)  Teknik Observasi Kelas
Observasi kelas adalah mengamati proses pembelajaran secara teliti di kelas. Tujuannya adalah untuk memperoleh data obyektif  aspek-aspek situasi pembelajaran, kesulitan-kesulitan guru dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran.  
Aspek-aspek yang diobservasi adalah:  
a)    usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran, 
b)    cara menggunakan media pengajaran 
c)    variasi metode, 
d)    ketepatan penggunaan media dengan materi 
e)    ketepatan penggunaan metode dengan materi, dan 
f)    reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar.  
Pelaksanaan observasi kelas ini melalui tahap:  
a)    persiapan,  
b)    pelaksanaan,  
c)    penutupan,  
d)    penilaian hasil observasi; dan  
e)    tindak lanjut. Supervisor: 1) sudah siap dengan instrumen observasi, 2) menguasai masalah dan tujuan supervisi, dan 3) observasi tidak mengganggu proses pembelajaran.  


c). Pertemuan Individual 
Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran antara supervisor guru. Tujuannya adalah:  
a.    memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan yang dihadapi; 
b.    mengembangkan hal mengajar yang lebih baik; 
c.    memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada diri guru; dan 
d.    menghilangkan atau menghindari segala prasangka. 
Jenis-jenis pertemuan individual mengacu pada pendapat Swearingen (1961) yang mengklasifikasi empat jenis pertemuan  (percakapan) individual sebagai berikut 
a)    classroom-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di dalam kelas ketika murid-murid sedang meninggalkan kelas (istirahat). 
b)    office-conference. Yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di ruang kepala sekolah atau ruang guru, di mana sudah dilengkapi dengan alat-alat bantu yang dapat digunakan untuk memberikan penjelasan pada guru. 
c)    causal-conference. Yaitu percakapan individual yang bersifat informal, yang dilaksanakan secara kebetulan bertemu dengan guru 
d)    observational visitation. Yaitu percakapan individual yang dilaksanakan setelah supervisor melakukan kunjungan kelas atau observasi kelas. 
Pelaksanaan pertemuan individual Supervisor harus berusaha mengembangkan segi-segi positif guru, mendorong guru mengatasi kesulitan-kesulitannya, memberikan pengarahan, dan melakukan kesepakatan terhadap hal-hal yang masih meragukan. 





BAB III  METODE PENELITIAN


1.    Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan sekolah ini dilakukan di SMPN 2 Cikeusik, Kabupaten Pandeglang. 

2.    Perencanaan Tindakan
Dalam penelitian tindakan sekolah ini  ini teknik supervisi akademik yang akan dilaksanakan adalah Teknik supervisi individual. Sedangkan teknik supervisi yang akan diteliti atau dilaksanakan dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini adalah a) teknik kunjungan kelas, b) observasi kelas,  dan c) pertemuan individual.
a) Teknik Kunjungan Kelas
Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah untuk mengamati proses pembelajaran di kelas. Tujuannya adalah untuk menolong guru dalam mengatasi masalah di dalam kelas.  
Cara melaksanakan kunjungan kelas: 
e)    dengan  atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu tergantung sifat tujuan dan masalahnya, 
f)    atas permintaan guru bersangkutan, 
g)    sudah memiliki instrumen atau catatan-catatan, dan 
h)    tujuan kunjungan harus jelas.  
Adapun kriteria kunjungan kelas, adalah : 
g)    memiliki tujuan-tujuan tertentu;  
h)    mengungkapkan aspek-aspek yang dapat memperbaiki kemampuan guru;  
i)    menggunakan instrumen observasi untuk mendapatkan data yang obyektif;  
j)    terjadi interaksi antara pembina dan yang dibina sehingga menimbulkan sikap saling pengertian;  
k)    pelaksanaan kunjungan kelas tidak menganggu proses pembelajaran; dan 
l)    pelaksanaannya diikuti dengan program tindak lanjut.

b)  Teknik Observasi Kelas
Observasi kelas adalah mengamati proses pembelajaran secara teliti di kelas. Tujuannya adalah untuk memperoleh data obyektif  aspek-aspek situasi pembelajaran, kesulitan-kesulitan guru dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran.  
Aspek-aspek yang diobservasi adalah:  
g)    usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran, 
h)    cara menggunakan media pengajaran 
i)    variasi metode, 
j)    ketepatan penggunaan media dengan materi 
k)    ketepatan penggunaan metode dengan materi, dan 
l)    reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar.  
Pelaksanaan observasi kelas ini melalui tahap:  
f)    persiapan,  
g)    pelaksanaan,  
h)    penutupan,  
i)    penilaian hasil observasi; dan  
j)    tindak lanjut. Supervisor: 1) sudah siap dengan instrumen observasi, 2) menguasai masalah dan tujuan supervisi, dan 3) observasi tidak mengganggu proses pembelajaran.  

c). Pertemuan Individual 
Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran antara supervisor guru. Tujuannya adalah:  
e.    memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan yang dihadapi; 
f.    mengembangkan hal mengajar yang lebih baik; 
g.    memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada diri guru; dan 
h.    menghilangkan atau menghindari segala prasangka. 
Jenis-jenis pertemuan individual yang akn diterapkan mengacu pada pendapat Swearingen (1961) yang mengklasifikasi empat jenis pertemuan  (percakapan) individual sebagai berikut 
a)    classroom-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di  dalam kelas ketika murid-murid sedang meninggalkan kelas (istirahat). 
b)    office-conference. Yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di ruang kepala sekolah atau ruang guru, di mana sudah dilengkapi dengan alat-alat bantu yang dapat digunakan untuk memberikan penjelasan pada guru. 
c)    causal-conference. Yaitu percakapan individual yang bersifat informal, yang dilaksanakan secara kebetulan bertemu dengan guru 
d)    observational visitation. Yaitu percakapan individual yang dilaksanakan setelah supervisor melakukan kunjungan kelas atau observasi kelas. 
Pada pelaksanaan pertemuan individua,l supervisor harus berusaha mengembangkan segi-segi positif guru, mendorong guru mengatasi kesulitan-kesulitannya, memberikan pengarahan, dan melakukan kesepakatan terhadap hal-hal yang masih meragukan. 


3.    Pelaksanaan Tindakan
a.    Perencanaan
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah:
1).    Membiming guru untuk membuat persiapan mengajar   (RPP) yang akan digunakan    
2).    Menyusun lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar.
3).    Menyusun daftar pertanyaan yang akan digunakan dalam diskusi antara kepala sekolah sebagai peneliti dan guru sebagai mitra peneliti..

b.    Pelaksanaan Tindakan 
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan antara peneliti dan mitra peneliti. Kegiatan peneliti (kepala sekolah)  pada siklus I ini adalah mengamati jalannya proses pembelajaran sementara itu kegiatan guru sebagai mitra peneliti adalah melaksanakan tindakan berupa kegiatan pelaksanaan pengajaran sesuai dengan rencana yang telah disusun.
c.    Pengamatan.
Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan siklus I adalah sebagai berikut :
1).    Mengobservasi tampilan Guru yaitu  mengamati :
(a).    Pengembangan materi pengajaran yang dilakukan guru.
(b).    Strategi belajar mengajar yang dikembangkan guru.
(c).    Metoda pembelajaran yang dipilih dan ditampilkan guru dalam pembelajaran di kelas.
(d).    Media pengajaran yang dipilih dan ditampilkan guru dalam pembelajaran di kelas.
(e).    Sumber belajar yang dipilih dan dipergunakan guru dalam kegiatan pembelajaran.
2).    Mengobservasi aktivitas siswa yaitu mengamati :
(a).    Keaktifan dalam menjawab pertanyaan guru.
(b).    Keaktifan dalam mengajukan pertanyaan.
(c).    Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
(d).    Keaktifan siswa dalam diskusi kelompok.
(e).    Keaktifan siswa 


d.    Refleksi 
    Hasil yang diperoleh dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisa dalam tahap refleksi ini. Disamping data hasil observasi dipergunakan pula jurnal yang dibuat saat guru selesai melaksanakan kegiatan pengajaran sebagai acuan bagi guru untuk dapat mengevaluasi diri. Hasil analisa dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan pada siklus berikutnya.


2.    Proses Penelitian Siklus II
    a.    Perencanaan
        Kegiatan perencanaan yang dilakukan adalah :
1). Mengadakan diskusi dan memberi pendampingan bagi guru untuk membuat persiapan mengajar   (RPP) yang akan digunakan    
2).    Mempersiapkan lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar.
3).    Mempersiapakan daftar pertanyaan yang akan digunakan dalam diskusi antara kepala sekolah sebagai peneliti dan guru sebagai mitra peneliti..

b.    Pelaksanaan Tindakan.

Sama seperti pada siklus 1, kegiatan pelaksanaan tindakan pada siklus 2 adalah melaksanakan skenario pembalajaran yang telah disusun dan direncanakan sebelumnya yaitu kegiatan mitra peneliti adalah mengamati jalannya proses pembelajaran, sementara kegiatan peneliti adalah melaksanakan kegiatan pengajaran sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya dengan diberikan beberapa perbaikan sesuai dengan hasil temuan pada siklus sebelumnya.

c.    Pengamatan

Melakukan pemantauan selama kegiatan proses belajar mengajar berlangsung dengan lembar observasi yang telah tersedia, dan menyiapkan instrumen tape recorder dan tustel sebagai alat perekam kegiatan adalah sebagai berikut :
1).    Mengobservasi tampilan Guru yaitu  mengamati :
(a).    Pengembangan materi pengajaran yang dilakukan guru.
(b).    Strategi belajar mengajar yang dikembangkan guru.
(c).    Metode pembelajaran yang dipilih dan ditampilkan guru dalam pembelajaran di kelas.
(d).    Media pengajaran yang dipilih dan ditampilkan guru dalam pembelajaran di kelas.
(e).    Sumber belajar yang dipilih dan dipergunakan guru dalam kegiatan pembelajaran.

2).    Mengobservasi aktivitas siswa yaitu mengamati :
(a).    Keaktifan dalam menjawab pertanyaan guru.
(b).Keaktifan dalam mengajukan pertanyaan.
(c).    Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
(d).    Keaktifan siswa dalam diskusi kelompok.
(e).    Keaktifan siswa dalam mengimplementasikan konsep model pembelajaran Resource-Based Learning. (Pedoman Observasi terlampir).

d.    Refleksi
    Hasil yang diperoleh dalam siklus II dikumpulkan serta dianalisa dalam tahap ini. Hasil analisa dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan kegiatan pada siklus berikutnya atau mengakhiri kegiatan Penelitian Tindakan Sekolah ini apabila data yang diperoleh sudah cukup memadai..




= Baca Juga =



11 Comments

Previous Post Next Post