MINAT BELAJAR SISWA

MINAT BELAJAR SISWA
1.      Pengertian Minat Belajar
Minat merupakan suatu keadaan di mana seseorang mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan disertai keiinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikannya lebih lanjut. Minat timbul karena adanya perhatian yang mendalam terhadap suatu obyek, di mana perhatian tersebut menimbulkan keinginan untuk mengetahui, mempelajari, serta membuktikan lebih lanjut. Hal itu menunjukkan, bahwa dalam minat, di samping perhatian juga terkandung suatu usaha untuk mendapatkan sesuatu dari obyek minat tersebut.
Menurut M. Buchori (1999 :135) Minat adalah kesadaran seseorang, bahwa suatu objek, seseorang, suatu soal atau situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya. Jadi minat harus dipandang sebagai suatu sambutan yang sadar, kalau tidak demikian minat itu tidak memiliki arti sama sekali. Sardiman AM (188:76) menyatakan, bahwa minat seseorang terhadap suatu obyek akan lebih kelihatan apabila obyek sasaran bekaitan dengan keinginan dan kebutuhan seseorang yang bersangkutan. Pendapat ini memberikan pengertian, bahwa minat merupakan suatu kondisi yang terjadi apabila berhubungan dengan keinginan atau kebutuhan sendiri, dengan kata lain ada kecenderungan apa yang dilihat dan diamati seseorang adalah sesuatu yang berhubungan dengan keinginan dan kebutuhan seseorang tersebut.
Pendapat lain mengatakan, bahwa minat adalah sebagai kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah; keinginan. Sedangkan Cony Semiawan dalam Paimun (1998:48) mengatakan, bahwa minat adalah suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau obyek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan kepadanya. Dengan demikian, minat dapat menimbulkan sikap yang merupakan suatu kesiapan berbuat bila ada stimuli khusus sesuai dengan keadaan tersebut.
Sejalan dengan pendapat di atas, S. Nasution (1987:66) menyatakan bahwa minat merupakan pernyataan psikis yang menunjukkan adanya pemusatan pikiran, perasaan, dan kemauan terhadap suatu obyek, karena obyek tersebut menarik perhatian.
Pengertian minat di atas dapat dipahami, bahwa seseorang menaruh minat terhadap suatu obyek karena adanya rangsangan, stimulus, atau dorongan. Rangsangan atau dorongan tersebut, dapat berasal dari kekuatan minat itu sendiri, sehingga dapat disimpulkan bahwa seseorang tidak dapat dikatakan mempunyai minat terhadap suatu obyek tanpa adanya respon atau dorongan terhadap obyek tersebut.
Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya, dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Marshell dalam Usman (2001:94) mengemukakan 22 macam minat, di antaranya ialah bahwa anak memiliki minat terhadap belajar. Dengan demikian, pada hakikatnya setiap anak berminat pada belajar.
Beberapa ahli pendidikan berpendapat, bahwa cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat yang telah ada. Hal tersebut, dikemukakan oleh Tanner dan Tanner (1975), bahwa agar para pelajar juga berusaha membentuk minat-minat baru pada siswa, ini dapat dicapai dengan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara satu pelajaran yang akan diberikan dengan bahan pelajaran yang lalu, menguraikan kegunaan bagi siswa yang akan datang. Hal senada dikemukakan oleh Rooijakkers (1980), bahwa minat dapat pula dicapai dengan cara menghubungkan bahan pelajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa.
Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajari dengan dirinya sendiri sebagai individu, proses ini berarti menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, dan memuaskan kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya penting, dan jika siswa melihat bahwa hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar ia akan berminat.

2.      Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar
William James, sebagaimana yang dikutif oleh Moh. Uzer Usman (2001:95) melihat bahwa minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa.  Jadi, minat merupakan faktor yang menentukan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar.  Selanjutnya Kurt Singer(1987:95) mengemukakan beberapa faktor yang dapat menimbulkan minat terhadap pelajaran, sebagai berikut:
a.       Pelajaran akan menarik murid jika terlihat adanya hubungan antara pelajaran dan kehidupan nyata.
b.      Bantuan yang diberikan guru terhadap anak didiknya dalam mencapai tujuan tertentu.
c.       Adanya kesempatan yang diberikan guru terhadap siswa untuk berperan aktif  dalam proses belajar mengajar.
d.      Sikap yang diperlihatkan guru dalam usaha meningkatkan minat siswa, sikap seorang guru yang tidak disukai oleh anak didik tentu akan mengurangi minat dan perhatian siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkan oleh guru yang bersangkutan.
Singgih D. Gunarsa dan Ny. Y. Singgih Gunarsa (1995:69) menyebutkan, bahwa minat akan timbul dari sesuatu yang telah diketahui, dan kita dapat mengetahui sesuatu dari belajar. Jadi, apabila seseorang belum pernah mendengar tentang sesuatu maka ia tidak akan menaruh minat terhadapnya. Minat tersebut, muncul dari sesuatu yang telah diketahui dan untuk mengetahui  minat tersebut adalah melalui belajar.
Di samping itu, faktor lain yang dapat mempengaruhi timbulnya minat seseorang adalah adanya kesempatan. Hal ini, sebagaimana yang diungkapkan oleh Andi Mappeira (1983:63), bahwa minat akan muncul jika ada kesempatan untuk pemunculan minat tersebut.  Jadi, dengan adanya kesempatan yang diberikan pada seseorang yang pada awalnya tidak berminat terhadap pelajaran pendidikan agama Islam, namun karena adanya kesempatan dan faktor lainnya, kemungkinan sekali ia akan menjadi berminat untuk mempelajari pelajaran tersebut.
Sedangkan Nasution (1995:197) menyatakan, bahwa minat dapat ditimbulkan atau dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut:
a.      Bangkitkan suatu kebutuhan (kebutuhan untuk menghargai keindahan, untuk mendapatkan penghargaan).
b.     Hubungan dengan pengalaman yang telah lalu.
c.      Beri kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik, “Nothing succed like succed”, tak ada yang lebih memberi hasil yang baik daripada hasil yang baik. Untuk itu, bahan pelajaran harus sesuai dengan kesanggupan individu.
d.     Gunakan berbagai bentuk metode belajar seperti, diskusi, kerja kelompok, membaca, dan sebagainya.

3.      Pentingnya Minat Belajar Siswa
Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. Kemudian Moh. Uzer Usman (2001:17)  juga menyatakan, bahwa minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar, sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat, seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.
Dari pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa orang yang mempunyai minat terhadap sesuatu, ia akan berusaha lebih keras untuk memperoleh sesuatu yang diminatinya atau dengan kata lain dengan adanya minat dalam diri seseorang, maka ia akan termotivasi untuk mendapatkan sesuatu itu. Misalnya, seorang anak menaruh minat terhadap bidang olahraga sepak bola, maka ia akan berusaha untuk mempelajari dan mengetahui lebih banyak tentang olahraga sepak bola.
Mengingat pentingnya minat dalam belajar, Ovide Declory yang dikutip oleh Moh. Uzer Usman, mendasarkan sistem pendidikannya pada pusat minat yang pada umumnya dimiliki oleh setiap orang, yaitu minat terhadap makanan, perlindungan terhadap pengaruh iklim (pakaian dan rumah), memperhatikan diri terhadap macam-macam bahaya dan musuh, bekerjasama dalam olahraga. Dengan demikian, pada hakikatnya setiap anak berminat terhadap belajar, dan guru sendiri hendaknya berusaha membangkitkan minat anak terhadap belajar.


Bahan Bacaan:

Andi Mappire, 1983 Psikologi Orang Dewasa, Surabaya: Usaha Nasional.
Paimun dkk, 1988. Psikologi Perkembangan,. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.  
Kurt Singer, 1987. Membina Hasrat Belajar di Sekolah, terj, Bregmen Sitorus, Bandung: Remaja Rosda Karya.
M. Buchori, 1999.  Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.
Moh. Uzer Usman, 2001 Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosda Karya.
Nasution, 1995. Didaktik Azas-azas Mengaja,r. Bandung: Jemmars, 1995
Sardiman AM, 1988. Interaksi Dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Press.
S. Nasution,1987.  Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta: Bina Aksara.
Slameto, 1991 Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta
Singgih D. Gunarsa & Ny. Y. Singgih D. Gunarsa, 1885. Psikologi Perawatan, Jakarta: Gunung Mulia, 1995





= Baca Juga =



4 Comments

Previous Post Next Post