PENGERTIAN PRESTASI BELAJAR SISWA DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ok

PENGERTIAN PRESTASI BELAJAR SISWA

 1.      Pengertian Prestasi Belajar Siswa

Salah satu manipestasi dari masalah pendidikan, adalah kegiatan yang disebut dengan “belajar”. Belajar adalah key term (istilah kuno) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan. Perubahan dan kemampuan untuk berubah, merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar. 

Pengertian Prestasi Belajar Siswa

Namun demikian, tidak semua perubahan yang terjadi pada diri seseorang dapat dikatakan bahwa orang tersebut telah belajar. Menurut Hamalik, dalam buku Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar, (1983L21) bahwa belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.
Selain itu, belajar merupakan kepentingan bagi semua orang, karena dengan belajar kita akan memperoleh pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam lingkungan sekolah, proses belajar dilakukan oleh siswa dengan melalui bimbingan guru guna memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan dengan bertambahnya wawasan dalam diri siswa, agar dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat kelak.
Untuk mengetahui sampai di mana prestasi yang telah dicapai oleh seorang siswa dalam belajar, maka harus dilakukan evaluasi. Evaluasi merupakan patokan atau tolak ukur bagi guru untuk mengetahui prestasi siswa dalam belajar.
Prestasi belajar menurut Arifin (1991:2) berasal dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar. Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, dan kemudian dibakukan ke dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi, yang artinya hasil usaha. Sedangkan Mas’ud Hasan, mengartikan prestasi adalah sebagai apa yang telah dapat diciptakan dari hasil pekerjaan, hasil menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan bekerja.
Menurut Tabrani Rusyan (1993:19), bahwa prestasi adalah suatu bukti keberhasilan usaha yang dicapai, Sedangkan meurut Syamsudin (1990: 34) prestasi adalah sebagai kecakapan nyata atau aktual yang menunjukkan pada aspek kecakapan yang dapat dengan segera didemonstrasikan atau diuji sekarang juga. Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah kecakapan nyata atau aktual sebagai hasil dari suatu usaha yang dapat dengan segera diuji dan didemonstrasikan, atau suatu gambaran kongkret yang menyatakan hasil kegiatan atau perbuatan seseorang yang telah dicapai, baik secara individu atau kelompok.
Adapun belajar, kata dasarnya adalah berasal dari kata “ajar” yang artinya petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut). Sedangkan setelah kata “ajar” mendapat imbuhan “bel” menjadi kata “belajar” sehingga maknanya pun menjadi:
1.      Berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu: contohnya membaca.
2.      Berlatih: contohnya mengetik, karate dan lain-lain.
3.      Berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Merumuskan definisi mengenai belajar yang memadai bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, karena itulah maka definisi yang penulis jumpai adalah banyak sekali, mungkin sebanyak ahli yang merumuskannya. Ada beberapa definisi yang dapat dipakai sebagai data untuk mencari inti persoalannya.
Menurut Cronbach dalam Suryabrata (1985:247), belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami, dan dalam mengalami itu si pelajar menggunakan panca inderanya. Usman Efendi (1989:101) mengatakan, bahwa belajar adalah sebagai suatu proses perubahan tingkah laku, yaitu terjadinya perubahan-perubahan aspek tingkah laku kognitif, konatif, afektif, dan psikomotorik secara integral.
Menurut M. Arifin (1984:61), belajar adalah suatu kegiatan anak didik dalam menerima, menanggapi, serta menganalisa yang disajikan oleh pengajar, yang berakhir pada kemampuan untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan itu. Belajar adalah proses pertumbuhan yang tidak disebabkan oleh proses pendewasaan biologis, karena belajar merupakan proses perubahan tingkah laku (baik yang bisa dilakukan maupun yang tidak) maka keberhasilan belajar terletak pada adanya perubahan yang secara relatif bersifat permanen.
Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan yang dilakukan oleh individu sebagai hasil usaha berdasarkan pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungan yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan dan kepandaian. Hal ini menunjukkan bahwa individu yang belajar, pada akhirnya akan menyadari atau merasakan terjadinya suatu perubahan pada dirinya, seperti menyadari bahwa dia telah memiliki pengetahuan tentang bahasa, berhitung, menulis, dan sebagainya. Kalau kita simpulkan, maka kita dapatkan hal-hal pokok dalam belajar adalah sebagai berikut:
a.       Bahwa belajar itu membawa perubahan.
b.      Bahwa belajar itu merupakan didapatnya suatu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik.
c.       Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru.
d.      Bahwa perubahan itu terjadi karena adanya usaha yang disengaja.
Jadi, belajar adalah suatu proses perubahan perilaku sebagai hasil usaha individu berdasarkan pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungan. Individu yang belajar, pada akhirnya akan menyadari atau merasakan terjadinya suatu perubahan pada dirinya.
Berdasarkan pengertian kedua istilah di atas, maka yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah merupakan segala perilaku yang dimiliki oleh siswa sebagai akibat dari terjadinya proses belajar yang ditempuh, baik yang bersifat kognitif, maupun afektif atau psikomotor yang menggambarkan perilaku siswa secara umum. Sedangkan Muhibin Syah (1995:150) mengatakan, bahwa prestasi belajar yang ideal adalah meliputi segenap aspek psikologis yang berubah sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar siswa.
Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah merupakan kecakapan nyata yang dimiliki siswa setelah ia mengalami proses belajar dengan melalui penilaian tertentu, baik yang bersifat kognitif, afektif maupun psikomotorik.

2.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Keberhasilan atau prestasi dalam belajar yang dicapai oleh siswa di sekolah merupakan salah satu ukuran terhadap penguasaan materi pelajaran yang disampaikan. Peran guru dalam menyampaikan materi pelajaran dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa penting sekali untuk diketahui, yaitu dalam rangka membantu siswa mencapai prestasi belajar seoptimal mungkin.
Prestasi belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa, terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa yang akan dicapai.
Di samping faktor kemampuan yang dimiliki oleh siswa, juga ada faktor lain seperti motivasi belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Adapun pengaruh dari dalam diri siswa, merupakan hal yang logis dan wajar, sebab hakekat perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang diniati dan disadarinya, siswa harus merasakan adanya suatu kebutuhan untuk belajar dan berprestasi.
Sungguh pun demikian, prestasi yang dapat diraih masih juga bergantung dari lingkungan, artinya ada faktor-faktor yang berada di luar dirinya yang dapat menentukan dan mempengaruhi prestasi belajar yang dicapai. Salah satu lingkungan belajar yang dominan mempengaruhi prestasi belajar di sekolah adalah kualitas pengajaran. Yang dimaksud dengan kualitas pengajaran menurut Sudjana (1989:140) ialah tinggi rendahnya atau pun efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran. Oleh sebab itu, prestasi belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran.
Menurut Gunawan Undang dkk (1998:15), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah sebagai berikut:
1.      Faktor intern, adalah merupakan faktor yang datang dari dalam individu (siswa) yang bersangkutan karena kemampuan yang dimilikinya. Misalnya, kematangan, kecerdasan, bakat dan minat.
2.      Faktor ekstern, merupakan faktor yang datang dari luar individu (siswa) yang bersangkutan, seperti perhatian orang tua, status sosial ekonomi keluarga, perhatian guru, sarana dan prasarana, kesempatan yang tersedia, dan teman sebaya atau lingkungan masyarakat.
Sedangkan Sutari Imam Barnadib dalam bukunya Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis (1989:35) mengungkapkan, bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa terbagi ke dalam lima hal, yaitu:
1.      Faktor tujuan
Tujuan merupakan suatu arahan ke mana siswa setelah selesai mengikuti kegiatan belajar mengajar.
2.      Faktor pendidik
Pendidik dalam hal ini guru, adalah subyek yang langsung berinteraksi dengan siswa pada saat belajar. Kemampuan guru dalam penguasaan materi dan keterampilan menyampaikan materi kepada siswa mutlak diperlukan. Guru harus dapat memilih metode pengajaran yang tepat sesuai dengan materi, situasi dan kondisi siswa. Oleh karena itu, guru memegang peranan kunci dalam proses belajar mengajar, artinya berhasil tidaknya suatu pengajaran secara umum gurulah yang menentukan.
Hal ini sebagaimana pendapat Muh. Zein (1976:10), bahwa guru adalah orang yang bertanggung jawab tentang jalannya proses pendidikan dan pengajaran itu. Di atas bahunyalah dibebankan tugas mengajar dan mendidik secara keseluruhan dengan segala hasilnya. Dialah yang mengarahkan siswa kepada tujuan yang akan dicapai.
Sedangkan prinsip-prinsip yang berlaku secara umum untuk guru yang baik, sebagaimana pendapat S. Nasution (1982:12-17), antara lain:
a.       Memahami dan menghormati murid.
b.      Menghormati pelajaran yang diberikan.
c.       Menyesuaikan metode mengajar dengan bahan pelajaran yang diberikan.
d.      Menyesuaikan bahan pelajaran dengan kesanggupan murid.
e.       Mengaktifkan murid dalam hal belajar.
f.       Memberikan pengertian bukan hanya kata-kata belaka.
g.      Mempunyai tujuan tertentu dengan tiap pelajaran yang diberikan.
h.      Menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan murid.
i.        Tidak terikat oleh satu teks book.
3.      Faktor anak didik
Anak didik adalah faktor yang tidak dapat diabaikan, karena kondisi individual peserta didik atau siswa sangat berpengaruh terhadap proses dan prestasi belajar. Kondisi individusiswa ini menurut Muhibbin Syah, (1995:132) dapat dibedakan menjadi dua faktor, yaitu:
a.       Faktor fisiologis (Bersifat jasmaniah).
b.      Faktor psikologis (Bersifat rohaniah).
Mengkonsumsi makanan yang bervitamin dan berprotein, sangat dibutuhkan seseorang yang sedang menjalani aktivitas belajar. Dengan mengkonsumsi makanan yang sehat, dapat menjadikan jasmani sehat sehingga dapat menyelesaikan kegiatan atau tugas yang ada hubungannya dengan belajar. Sebaliknya, orang yang kurang sehat akibat dari kurang gizi atau protein akan mengakibatkan badannya lemah, mengantuk, dan cepat lelah, sehingga sulit untuk menerima pelajaran apalagi mengkonsentrasikan dirinya dalam belajar.
Selain kondisi fisiologis secara umum, keadaan alat indera juga tidak kalah pentingnya untuk kepentingan belajar. Alat indera sebagai alat untuk mengenal dunia luar sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Berfungsinya alat indera dengan baik, merupakan syarat dapat berlangsungnya belajar dengan baik dan cepat. Oleh karena itu, kewajiban bagi para pendidik untuk selalu menganjurkan kepada anak didik untuk selalu menjaga panca inderanya agar dapat berfungsi dengan baik, baik yang bersifat kuratif maupun preventif.
Di samping faktor fisiologis, faktor psikologis juga memegang peranan penting dalam kegiatan belajar. Menurut Muhibbin Syah (1995:139)  bahwa yang menyangkut faktor psikologis adalah minat, intelegensi, sikap, bakat, dan motivasi.
Berkaitan dengan motivasi, adalah merupakan kekuatan pendorong yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Proses dan hasil belajar akan dimungkinkan mencapai tujuan yang diharapkan apabila dalam belajar ada motivasinya. Hal ini sebagaimana ungkapan S. Nasution (1992:76), bahwa motivasi merupakan usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi sehingga anak itu mau dan ingin melakukannya.
Anak yang memiliki intelegensi tinggi, mungkin gagal dalam pelajaran karena kurangnya motivasi, hasil yang baik dicapai dengan motivasi yang kuat. Oleh karena itu, maka anak perlu diberi motivasi agar terkondisikan sedemikian rupa sehingga anak itu mau belajar, karena sadar akan kebutuhan belajar. Hal ini seperti ungkapan Ngalim Purwanto (1998:105), bahwa jika guru atau orang tua dapat memberikan motivasi yang baik pada anak-anak timbullah dalam diri anak itu dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik. Anak dapat menyadari apa gunanya belajar dan apa tujuan yang hendak dicapai dengan pelajaran itu, jika diberi perangsang, diberi motivasi yang baik dan sesuai. 
4.      Faktor alat-alat
Yang dimaksud alat-alat di sini adalah suatu perbuatan atau situasi atau benda yang disengaja diadakan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Alat pendidikan meliputi aspek yang sangat luas, meliputi peralatan lunak (software) seperti materi pelajaran, approach, metode, dan teknik pengajaran, dan perangkat keras (hardware) seperti papan tulis, kapur, penghapus, gambar atau alat peraga, radio, tape recorder, laboratorium, dan sebagainya.
5.      Faktor alam sekitar
Faktor alam sekitar atau lingkungan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a.       Lingkungan sosial
Yang dimaksud dengan lingkungan sosial sebagaimana ungkapan Ngalim Purwanto (1998:78), yaitu semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita.
Dalam proses belajar mengajar, lingkungan yang kondusif dapat mempermudah pencapaian hasil belajar yang baik. Karena anak pada usia perkembangan termasuk siswa MTs akan belajar dan mengerjakan sesuatu apabila mendapat pengawasan dari pihak luar. Kesadarannya akan belajar bukanlah timbul dari dalam dirinya, namun sedikit banyak harus mendapat dorongan dan pengawasan dari orang-orang yang ada di sekitarnya.
b.      Lingkungan non sosial.
Lingkungan non sosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa.


DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsudin, Psikologi Pendidikan, Bandung: IKIP Bandung, 1990
Anonimous, Pendidikan di Indonesia dari Zaman ke Zaman, (Jakarta: Balai Pustaka, 1987
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996
Oemar Hamalik, Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar, Bandung: Tarsito, 1983
 Zaenal Arifin, Evaluasi Intruksional, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991
 Mas’ud Hasan, Kamus Ilmiah Populer,(Bandung: PT. Bintang Pelajar,
Tabrani Rusyan, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1993
 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1985
 Usman Efendi, Pengantar Psikologi, Bandung: Aksara, 1989
M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1984
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru, 1989
Gunawan Undang dkk, Peningkatan Mutu Proses Belajar Mengajar Sekolah Dasar, Bandung: CV. Siger Tengah, 1998
 Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, Yogyakarta: Andi Offset, 1989
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Bahasa Arab (Bahasa Al-Qur’an), Jakarta: Hidakarya Agung, 1981
Muh. Zein, Proses Belajar Mengajar, Yogyakarta: Sumbangsih, 1976
S.  Nasution, Didaktik Azas-azas Mengajar, Bandung: Jemmars, 1982
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1998





= Baca Juga =



2 Comments

Previous Post Next Post