RESOURCE-BASED LEARNING

Pengertian Resource-Based Learning

a. Pengertian Resource-Based Learning
Resource-Based Learning ialah segala bentuk belajar yang langsung menghadapkan murid dengan suatu atau sejumlah sumber belajar secara individual atau kelompok dengan segala kegiatan belajar yang bertalian dengan itu, jadi bukan dengan cara yang konvensional dimana guru menyampaikan bahan pelajaran pada murid, tetapi setiap komponen yang dapat memberikan informasi seperti perpustakaan, laboratorium, kebun, dan semacamnya juga merupakan sumber belajar.


Dalam Resource-Based Learning guru bukan merupakan sumber belajar satu-satunya. Murid dapat belajar dalam kelas, dalam laboratorium, dalam ruang perpustakaan, dalam ruang sumber belajar yang khusus bahkan diluar sekolah, bila ia mempelajari lingkungan berhubungan dengan tugas atau masalah tertentu.


Dalam segala hal, murid itu sendiri aktif, apakah ia belajar menurut langkah-langkah tertentu, seperti dalam belajar berprograma, atau menurut pemikirannya sendiri untuk memecahkan masalah tertentu. Jadi Resource-Based Learning dipakai dalam berbagai arti, apakah dalam pelajaran berprogram atau modul yang mengikuti langkah-langkah yang telah ditentukan, atau dalam melakukan tugas yang bebas berdasarkan teknik pemecahan masalah, penemuan, penelitian, bergantung kepada putusan guru serta kemungkinan yang ada dalam rangka kurikulum yang berlaku di sekolah.


Resource-Based Learning biasanya bukan satu-satunya metoda yang digunakan di suatu sekolah. Disamping itu masih dapat digunakan metoda pembelajaran lainnya, metoda belajar ini hanya merupakan salah satu diantara metoda-metoda lainnya, jadi metoda yang lain bukan tidak perlu ditiadakan sama sekali. Perubahan yang besar diakibatkan oleh metoda belajar ini antara lain pentingnya peranan ahli perpustakaan dan mereka yang memproduksi bahan, media atau sumber belajar. Sumber belajar tidak sama artinya dengan audio visual aids. Dengan audio visual aids yang dimaksud adalah alat-alat yang membantu guru dalam kegiatan pembelajaran, karena itu juga disebut intructional aids, atau alat pengajaran. Terserah kepada guru untuk menggunakannya atau tidak, kebanyakan guru tidak merasa perlu untuk membuat atau menggunakannya. Akan tetapi sumber belajar yang esensial harus digunakan oleh murid. Jadi sumber belajar ditujukan kepada murid, bukan kepada guru. Resource-Based Learning bukan sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan bertalian dengan sejumlah perubahan-perubahan yang mempengaruhi pembinaan kurikulum, antara lain :
1). Perubahan dalam sifat dan pola ilmu pengetahuan manusia.
2). Perubahan dalam pemikiran masyarakat dan tafsiran kita tentang tuntunannya,
3). Perubahan tentang pikiran kita mengenai pengertian kita tentang anak dan caranya belajar.
4). Perubahan dalam media komunikasi.

Sumber yang sejak lama digunakan dalam pembelajaran adalah buku-buku dan hingga sekarang buku-buku masih memegang peranan penting. Oleh sebab itu ahli perpustakaan mendapat peranan yang penting sekali dalam Resource-Based Learning ini. Kerjasama antara guru dan ahli perpustakaan menjadi syarat yang penting dalam pembelajaran. Disamping itu para ahli perpustakaan harus mendapat pendidikan khusus untuk mendapat pendidikan khusus untuk menjalankan peranannya sebagai pustakawan dan memberikan pelayanan kepada para siswa yang membutuhkan.

Guru dan para pustakawan di sekolah harus saling mengenal kemampuan masing-masing. Disamping itu diperlukan pula media spesialis, yakni ahli dalam bidang media, karena sumber tidak hanya terbatas pada buku-buku saja. Resource-Based Learning adalah cara belajar yang bermacam-macam bentuk dan segi-seginya. Metoda ini dapat dipersingkat atau diperpanjang, berlangsung selama satu jam pelajaran atau selama setengah semester dengan pertemuan dua kali seminggu, selama satu atau dua jam. Metoda ini penggunaanya dalam pembelajaran begitu fleksibel atau lugas, tergantung pada kemampuan guru menggunakannya. Resource-Based Learning ini, dapat diarahkan oleh guru atau berpusat pada kegiatan murid, dapat mengenai satu pelajaran tertentu atau melibatkan berbagai disiplin, dapat bersifat individual atau klasikal, dapat menggunakan audio visual yang diamati secara individual atau diperlihatkan kepada seluruh kelas.

Model ini tampaknya sebagai sesuatu yang terdiri dari atas berbagai komponen yang meliputi pengajaran langsung oleh guru, penggunaan buku pelajaran, latihan-latihan formal, maupun kegiatan penelitian, pencarian bahan dari berbagai sumber, latihan memecahkan soal dan penggunaaan alat-alat audio visual. Model ini dapat pula didasarkan atas penelitian, pengajaran proyek, pengajaran unit yang integrasi, pendekatan interdisipliner, pelajaran individual dan pelajaran aktif.

Dalam Resource-Based Learning diutamakan tujuan untuk mendidik murid menjadi seorang yang sanggup belajar dan meneliti sendiri, maka ia harus dilatih untuk menghadapi masalah-masalah yang terbuka bagi jawaban-jawaban yang harus diselidiki kebenarannya, berdasarkan data yang dikumpulkan dari berbagai sumber, seperti dari penelitian perpustakaan, eksperimen dalam laboratorium, maupun sumber-sumber lainnya.

Model ini dapat pula didasarkan atas penelitian, pengajaran proyek, pengajaran unit yang terintegrasi, pendekatan interdisipliner, pengajaran aktif yang penting setiap model yang digunakan bertalian dengan tujuan yang akan dicapai. Resource-Based Learning tidak hanya sesuai bagai pelajaran ilmu sosial, tetapi juga bagi ilmu pengetahuan alam. Nasution, (2000 : 19).


Resource-Based Learning tidak meniadakan peranan guru, juga tidak berarti bahwa guru dapat duduk bermalas-malasan dan membiarkan murid belajar di perpustakaan, laboratorium dan sumber-sumber lainnya.

Agar pembelajaran tetap pada suasana yang dinamis, guru perlu merumuskan dengan jelas tujuan apa yang ingin dicapainya dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan ini bukan hanya mengenai bahan materi ajar yang harus dikuasai oleh guru, akan tetapi juga keterampilan emosional dan sosial dalam menggunakan metoda dan pendekatan pembelajaran. Resource-Based Learning berarti kerjasama antara suluruh staf dan penggunaan secara maksimal fasilitas yang tersedia seperti buku-buku perpustakaan, alat pengajaran, keahlian dan keterampilan guru serta anggota masyarakat yang bersedia memberi sumbangannya.

b. Tujuan.
Informasi yang diperoleh, diserap, dikembangkan sehingga dapat mengubah tingkah laku siswa, sumbernya bisa beragam, bisa diperoleh dari guru tanpa perantara, dari tokoh masyarakat, mungkin pula diperoleh informasi dari nara sumber yang sengaja diundang atau mungkin juga siswa diberi suatu alat kemudian melakukan eksperimen di laboratorium sehingga ia menemukan suatu konsep sendiri.

Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan proses kajian terhadap bahan ajar yang dilakukan siswa dan dipandu guru dengan melibatkan segala potensi yang ada sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.Ase dkk, (2002 : 55).


Dalam konteks ini para siswa perlu diberikan peluang dan kesempatan untuk melakukan kegiatan belajar dengan melibatkan seluruh sumber daya yang tersedia.

Sifat ketergantungan siswa kepada guru seperti dalam sistem pengajaran yang tradisional secara bertahap harus dikurangi dengan lebih mendorong siswa untuk belajar lebih aktif. Mutu belajar siswa dalam PBM tergantung kepada aktivitas belajar siswa itu sendiri, dengan aktivitas siswa dalam belajar sitidaknya akan mengacu kepada belajar mengetahui, belajar melakukan, belajar menjadi diri sendiri dan belajar hidup dalam kebersamaan.

Dilihat dari kenyataan yang ada, bagaimanapun juga guru memiliki kekurangan dan keterbatasan. Kenyataan ini akan dapat menghambat proses belajar siswa. Untuk mencapai tujuan dan hasil belajar siswa tidak mungkin guru hanya mengandalkan kemampuan dirinya dalam menyajikan bahan ajar tanpa sumber belajar lain. Apalagi bila hanya mengandalkan metoda ceramah, sadar atau tidak metoda ceramah akan membuat siswa mendengarkan secara pasif sehingga dapat menghambat proses belajar yang kreatif dan kurang dinamis.

Pemberdayaan media dan sumber belajar secara fungsional akan sangat membantu proses pembelajaran dengan memanfaatkan sumber belajar secara aktif, akan mampu mengurangi beban guru dalam proses penyampaian bahan ajar dan mempermudah daya tangkap siswa, juga akan mampu menciptakan, memelihara suasana belajar yang menyenangkan. Ase dkk, (2002 : 57 ).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan Resource-Based Learning adalah segala bentuk belajar yang langsung menghadapkan murid dengan sumber belajar baik secara individual, ataupun kelompok, yang dapat mentransfer pengalaman dan ilmunya kepada siswa secara lebih mudah dan lama diingat.

3. Manfaat.
Sesuai dengan misi dari pembelajaran IPS yakni membantu peserta didik mengembangkan kompetensi-kompetensi dirinya dalam mengembangkan sumber-sumber fisik dan sosial yang ada dilingkungannya sehingga mereka dapat selaras dengan lingkungannya. Di samping itu mempersiapkan peserta didik dalam menyongsong masa depannya dan berkemampuan untuk memecahkan persoalan-persoalan sosial yang dihadapinya.

Pentingnya lingkungan bagi pengajaran adalah sebagai bukti bahwa dipermukaan bumi ini terjadi interaksi antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam maupun alam dengan alam. Adanya interaksi tersebut dapat dilihat dari hasilnya sebagai media belajar, sehingga pengajaran tidak hanya bukti-bukti yang berada di dalam buku-buku melainkan bukti langsung yang ada di sekitar siswa Gurniawan Kamil, (2001 : 28).

Maka proses belajar mengajar di dalam kelas tidak selamanya efektif tanpa adanya alat peraga sebagai pengalaman pengganti yang dapat memperkuat pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan.

”Minimnya alat peraga yang tersedia menuntut guru untuk memanfaatkan Potensi Lingkungan sekitar untuk dijadikan sumber belajar”. Gurniawan Kamil, (2000 : 28).

Jadi penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sangat baik bagi pemahaman materi pelajaran pada siswa.

Tidak seperti pengalaman dengan kata-kata, pengalaman nyata sangat efektif untuk mendapatkan suatu pengertian, karena pengalaman nyata itu adalah cara yang wajar dan memuaskan dalam proses belajar, siswa akan sanggup mengembangkan pengertian tentang semua yang dialaminya Sulaeman dalam Gurniawan Kamil, (2000 : 30 ).

Menurut Peneliti pengalaman langsung sangat bermanfaat sekali bagi pengajaran yang memerlukan pembuktian di lapangan.

Membawa siswa keluar kelas dapat dianggap sebagai metoda karyawisata. Seperti dikemukakan Witterington dalam Gurniawan Kamil, (2000 : 31), sebagai berikut : Kehidupan diantara keempat dinding kelas sangat terbatas. Di luar kelas mereka berhadapan dengan kehidupan yang kaya akan hal-hal yang dapat mereka pelajari. Darmawisata bukan piknik melainkan memindahkan kelas untuk sementara keluar. Dengan darmawisata kita menggunakan sumber-sumber lingkungan dan mempererat hubungan antara sekolah dan lingkungan masyarakat, disamping itu akan membangkitkan minat, aktivitas dan kreatifitas siswa.

Resource-Based Learning untuk pengajaran IPS dapat dilakukan siswa bersama-sama dengan memanfaatkan waktu luang di luar kelas atau siswa membawa pengalamannya sendiri ke dalam kelas untuk diceritakan tentang apa yang sudah dilihat dan dialaminya.
Banyak keuntungan yang dikemukakan Surahmad dalam Gurniawan Kamil, (2000 : 31), sebagai berikut :
a. Anak didik dapat mengamati kenyataan-kenyataan yang beraneka ragam dari dekat.
b. Anak didik dapat menghayati pengalaman-pengalaman baru dengan mencoba turut serta dalam kegiatan.
c. Anak didik dapat menjawab masalah-masalah dengan melihat, mendengar, mencoba dan membuktikan secara langsung.
d. Anak didik dapat memperoleh informasi dengan jalan mengadakan wawancara atau mendengarkan ceramah yang diberikan nara sumber lain.
e. Anak didik dapat mempelajari sesuatu secara integral (menyeluruh) dan komprehensif (mampu menangkap dengan baik, dan lengkap).

Materi pelajaran yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan harus cocok dengan kurikulum guna pencapaian program sehingga materi pelajaran terarah, dapat ditangkap, dipahami pada akhirnya materi tersebut dapat bertahan lama dalam pikiran siswa.

Nilai yang dapat muncul dari hasil proses belajar tersebut akan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari, yang tentunya bagi siswa dapat mengetahui lingkungannya.
Ini patut dicatat dan direnungkan sehubungan dengan kegiatan belajar mengajar dari sumber belajar lingkungan tentang tujuan dan manfaat dari padanya, yakni :
a. Hasil belajar akan lebih efektif apabila dilaksanakan dengan pengalaman langsung yang sesuai dengan kebutuhan anak.
b. Dalam proses belajar seperti kegiatan menata rumah, bagaimana menabung, menjahit dalam beberapa hal dapat dijadikan sebagai wahana untuk menanamkan rasa tanggung jawab pada dirinya.

Untuk lebih jelasnya peneliti akan menguraikan contoh yang termasuk ke dalam jenis sumber belajar diantaranya :
1). Perpustakaan.
Sumber belajar yang kongkrit dan umumnya tersedia di sekolah-sekolah untuk difungsikan dalam proses belajar mengajar adalah koleksi buku-buku kalau mungkin disusun dalam sebuah koleksi perpustakaan. Tujuan dan peran perpustakaan di sekolah adalah untuk membantu, memperkaya dan sekaligus sebagai tempat belajar dan mengajar. Perpustakaan merupakan fasilitas, media sekaligus sumber belajar yang secara esensial harus tersedia di sekolah, meski kenyataan di lapangan banyak kekurangan dan keterbatasan ruang dan tenaga pustakawan.

Perpustakaan biasa disebut juga dengan istilah pusat sumber belajar. Di tempat inilah tersedia sejumlah sumber belajar yang terpilih untuk diberdayakan dalam proses belajar mengajar, terdapat tiga peluang yang dapat dimanfaatkan dalam perpustakaan yakni : sebagai sumber belajar, tempat belajar dan layanan belajar siswa.

2). Laboratorium.
Laboratorium tidak perlu diartikan sebagai fasilitas pembelajaran yang luar biasa Ase, dkk (2002 : 62) mengemukakan bahwa :
“Laboratorium merupakan fasilitas pembelajaran dan ruangan dimana guru dan siswa melaksanakan kajian lebih mendalam”.

Sejalan dengan pengertian di atas , maka keterbatasan fasilitas dan ruangan tidak perlu menjadi hambatan bagi para guru. Guru harus inovatif dalam mengelola ruang laboratorium meski hanya ada di luar kelas.

3). Bengkel Kerja.
Bengkel kerja (praktek) dapat diartikan sebagai suatu ruangan dimana para siswa, dengan bimbingan guru dapat dengan leluasa melakukan kegiatan praktek, seperti halnya laboratorium. Dalam bengkel kerja dapat membantu siswa untuk berlatih keterampilan tertentu, kebersamaan, ketelitian dan kerapihan dalam bekerja.
“Bahan-bahan yang dipergunakan untuk kegiatan praktek dapat diambil dari bahan-bahan yang sederhana yang berada di sekitar lingkungan sekolah”. Ase dkk, (2002 : 63 ).

Pelaksanaan dari kegiatan bengkel kerja ini bisa dilakukan di dalam jam pelajaran maupun di luar jam pelajaran tergantung waktu yang tersedia. Dan sudah barang tentu materi harus sesuai dengan bahan materi pokok pembelajaran yang disajikan.

4). Sarana Prasarana.
Fasilitas pembelajaran dapat berupa sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah, seperti lapangan olah raga, mesjid, kebun sekolah, kantor, sanggar pramuka dan lain-lain. Sarana prasarana ini termasuk pula peralatan olah raga dan kesenian yang menunjang kegiatan pembelajaran siswa.

5). Sumber Daya Potensial di Sekolah.
Bagaimanapun juga sekolah adalah bagian dari masyarakat dan menjadi milik masyarakat. Hal-hal yang berada di sekitar kehidupan siswa perlu lebih dipahami agar mereka dapat mengetahui, mempersepsi, secara positif dan mampu memahaminya secara komprehensif. Ase, dkk. (2002 : 64).

Kalau kita perhatikan, sangat banyak sekali sumber daya potensial yang berada di sekolah yang dapat kita jadikan sebagai sumber belajar. Di sekitar sekolah kita terdapat masjid, kolam, kebun, dan lain-lainnya. Secara fungsional itu semua bisa dimanfaatkan secara proporsional untuk kepentingan dalam proses belajar mengajar siswa. Tempat atau ruangan yang dirancang khusus untuk tujuan pengajaran misalnya : bangunan sekolah, perpustakaan, ruang laboratorium dan sebagainya.

Sedangkan tempat atau ruangan yang tidak dirancang khusus untuk tujuan pengajaran, namun dapat dimanfaatkan untuk sumber belajar umpamanya : gedung bersejarah, bangunan industri, lingkungan pertanian, tempat suaka dan sebagainya. Lingkungan yang dapat diselidiki antara lain : rumah, sekolah, lingkungan sekitar anak.

(a) Unit Rumah
Di dalam unit ini anak-anak dapat menyelidiki macam-macam jenis rumah, besar keluarga, pekerjaan orang untuk menjamin hidup keluarga, peranan dan tugas setiap anggota keluarga, kelakuan baik yang diwujudkan dari anggota keluarga, pembagian waktu adalah dalam keluarga (waktu makan, bangun tidur, belajar, tidur dan sebagainya) alat-alat yang digunakan dalam rumah tangga.

Anak-anak dapat menyelediki cara orang membuat rumah, bahan-bahan yang diperlukan. Anak-anak akan memahami tiap keluarga memerlukan makanan, pakaian, perumahan, bagaimana cara setiap keluarga untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.

Dapat pula diberikan tugas pekerjaan rumah berupa lembar kerja siswa untuk ditanyakan kepada anggota keluarganya bagaimana keadaan rumah pada zaman dulu. Bisa pula berupa tugas kliping untuk mengumpulkan gambar-gambar rumah daerah dan gambar-gambar rumah negara lain yang digunting dari surat kabar atau majalah.

Unit ini dapat mendorong anak melakukan bermacam-macam kegiatan seperti; karyawisata memperhatikan rumah sekitar sekolah, kalau mungkin mengunjungi dua, tiga rumah dengan seizin pemiliknya. Dengan demikian siswa akan mengamati, membuat bagan rumah, mencatat tugas setiap anggota keluarga, keperluan rumah tangga dan lain sebagainya.

(b) Unit Sekolah
Anak-anak yang baru masuk sekolah perlu diberi kesempatan untuk mengenal sekolahnya. Peraturan-peraturannya, kelakuan-kelakuan yang diharapkan dari anak agar ia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pergi ke sekolah untuk pertama kali merupakan pengalaman yang sangat mengesankan bagi anak kehidupan di sekolah berbeda sekali dengan di rumah, dia harus pandai bergaul dengan anak-anak lain.

Anak-anak dapat disuruh membuat model sekolah, denah sekolah, mereka dapat pula meninjau sekolah-sekolah lain dan membandingkan dengan sekolah sendiri. Anak-anak dapat membuat peta jalan yang mereka tempuh dari rumah masing-masing ke sekolah.

(c) Unit Masyarakat di Sekitar Anak
Lingkungan di sekitar tempat tinggal anak memberi bahan yang luas untuk IPS. Dalam lingkungan itu anak-anak melihat orang melakukan macam-macam pekerjaan. Mereka dapat memperolah pengertian, bahwa setiap pekerjaan apakah itu tukang sampah, penjual sayuran, tukang beca, dokter, dsb. Anak-anak akan mengerti bahwa setiap pekerjaan mulia merupakan sumbangan kepada masyarakat. Tanpa jasa orang lain tak mungkin manusia dapat hidup.

Hal-hal yang telah disajikan di atas sebenarnya telah menjadi pengetahuan dan orientasi pemikiran para guru selama ini. Oleh karenanya penulis menyajikan penelitian ini lebih ditujukkan kepada re-aktulisasi pemahaman dan pemikiran kita bersama yang mengacu kepada implementasi atau pelaksanaan peningkatan dalam praktek pembelajaran IPS yang merupakan modal utama untuk menemukan cara dan model pembelajaran yang lebih berkualitas.


= Baca Juga =



1 Comments

Previous Post Next Post