BAB I PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang Masalah
Qur’an menurut bahasa adalah “bacaan”. Adapun  definisi
al-quran adalah kalam Allah SWT. yang merupakan  mu’jizat  yang
diturunkan  (diwahyukan)  kepada Nabi Muhammad SAW.
dan  membacanya  adalah  ibadah. Dengan
definisi  ini, maka kalam Allah yang  diturunkan  kepada
nabi-nabi selain Nabi Muhammad  Saw tidak dinamakan Al-quran.
Al-Qur’an adalah kitab suci  yang diturunkan  Allah
kepada Nabi Muhammad Saw, sebagai  salah satu  rahmat  yang
tidak ada taranya  bagi  alam semesta. Di dalamnya  terkumpul  wahyu
illahi   yang menjadi petunjuk, pedoman, dan pelajaran bagi siapa   yang  mempercayainya  serta  mengamalkannya.
Bukan itu saja, tetapi juga Al-quran itu adalah  kitab
suci  paling terakhir yang diturunkan  Allah,  yang
isinya  mencakup  segala  pokok-pokok syariat  yang  terdapat  dalam
kitab-kitab   suci  yang diturunkan  sebelumnya.  Karena
itu, setiap orang yang mempercayai Al-quran, akan bertambah cinta kepadanya, cinta untuk
membacanya, untuk mempelajari dan memahaminya  serta pula  untuk
mengamalkan dan mengajarkannya.
Setiap mukmin  yakin,  bahwa  membaca  Al-quran  termasuk  amal  yang
sangat mulia  dan akan mendapatkan  pahala. Al-quran  adalah
sebaik-baik bacaan  bagi orang mukmin, baik  di kala
senang maupun  dikala susah dikala gembira ataupun  di kala  sedih,  bahkan  membaca al quran  menjadi obat  dan penawar  bagi
orang yang gelisah jiwanya.
Setiap  mukmin  yang mempercayai  Al-quran,
mempunyai  kewajiban  dan tanggung jawab terhadap  kitab
sucinya itu. Diantara tanggung jawab  itu ialah mempelajarinya  dan
mengajarkannya. Belajar  dan  mengajarkan  Al-quran  adalah
kewajiban suci dan mulia. Rasulullah  SAW. bersabda “Yang
sebaik-baik kamu  ialah orang  yang mempelajari  Al-quran  dan
mengajarkannya”.
Kini kita  hidup  di dunia  yang
tanpa  batas (borderless), era globalisasi. Berbagai informasi  baik
itu  diperlukan   atau tidak, buruk atau baik  menghampiri  rumah-rumah  kita setiap saat tanpa dapat dibendung. Banjir informasi yang
sebagian  besar  tidak  diperlukan  ini
bagi  sebagian  kecil  orang merupakan anugerah,
namun bagi sebagian besar  lainya  lebih  sering  berakibat
buruk walaupun kadang kurang  disadarinya.
Era informasi yang  oleh  Alvin
Tofler  disebut  dengan istilah  gelombang  ketiga “third
wave” ini melanda  seluruh dunia. “Barang  siapa  yang
menguasai  informasi  maka dia  akan
menguasai  dunia” bukanlah  isapan  jempol.
Sayangnya, yang menguasai  pusat-pusat informasi adalah mereka yang bermodal besar namun
minim  tanggung  jawab moral, sehingga program-program yang
disuguhkan sebagian besar program yang tidak mendidik bahkan
cenderung  merusak moral. Bagi mereka  tidak masalah
apapun  program  yang disajikan  selama itu
disukai  masyarakat dan mendatangkan keuntungan yang
banyak. Akibat  selanjutnya  adalah terjadinya dekadensi moral melanda sebagian
besar masyarakat. Pergaulan  bebas,  gaya
hidup yang serba  bebas,  obat-obatan  terlarang,
minum-minuman keras,  dan efek-efek negatif lainnya.
Untuk mengantisipasi  dampak  negatif  media  informasi   yang
merusak  perlu adanya  gerakan  kembali  kepada
Al-quran  dalam rangka  menggali  nilai-nilai
Al-quran  sebagai perisai  guna  membentengi  diri  dalam
menghadapi  budaya-budaya   yang merusak moral.
Belajar Al-quran   hendaknya  dilakukan  dari
semenjak  dini sekitar  5 atau 6  tahun,  sehingga   ketika  beranjak  remaja  anak  diharapkan   familiar  dengan
bacaan-bacaan  Al-quran  bahkan  sudah
mampu  menghafal  surat-surat pendek.Belajar  Al-quran  dapat
dibagi   kepada beberapa tingkatan, yaitu belajar membacanya sampailancar dan baik, menuruti qaedah-qaedah yang berlaku  dan
qiraat dan  tajwid,  belajar  arti  dan
maksudnya sampai  mengerti  akan maksud-maksud  yang  terkandung  di
dalamnya  dan belajar  menghafalnya  di luar
kepala.
Tidak  dapat  dipungkiri  masih  terlalu  banyak  anak-anak  yang
belum bisa  membaca  dan menulis  Al-quran  dengan
berbagai  alasan padahal Al- quran   merupakan
rujukan  utama  bagi umat Islam. Bagaimana  bisa  menggali   nilai-nilai  Al-quran  dalam
rangka  membentengi diri dalam menghadapi  budaya-budaya  yang
merusak  moral jika   anak  tidak  dapat  membaca  dan
menulis  Al-quran.
Berdasarkan  uraian  tersebut  di
atas  penulis  tertarik  untuk melakukan  Penelitian  Tindakan  Kelas  dengan
judul : “Meningkatkan kemampuan  membaca  dan menulis
Al-quran siswa dengan menggunakan metode  demonstrasi  di
Kelas V SD”.
1.2   Identifikasi Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka
pokok-pokok masalah yang akan  dibahas dalam penelitian ini  adalah
sebagai berikut :
1.     Kemampuan  siswa
kelas V SD  dalam membaca  Al-Qur’an  kurang
lancar
2.     Kemampuan  siswa
kelas V SD dalam menulis  Al-Qur’an  masih kurang.
3.     Penggunaan metode
pembelajaran masih terlalu sulit,  sehingga prestasi yang dicapai
masih rendah.
1.3   Pembatasan dan Rumusan Masalah
1.3.1  Pembatasan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak terlalu meluas,
maka penulis akan membatasinya pada : Penggunaan metode demonstasi dalam
meningkatkan kemampuan membaca  dan menulis Al-Quran siswa kelas
V  SD. 
1.3.2  Rumusan Masalah
Masalah adalah pertanyaan-pertanyaan yang sengaja diajukan
untuk dicari jawabannya  melalui penelitian, Sudjana N. (1997:21).
Menurut pendapat di atas masalah  yaitu masalah-masalah yang
sengaja diajukan jawabannya diperoleh melalui penelitian.
Berdasarkan rumusan masalah  di atas, maka masalah  penelitian
ini adalah :
a.      Apakah metode
demonstrasi dapat meningkatkan aktifitas siswa membaca dan menulis Al quran di
kelas V SD?
b.      Apakah metode
demonstrasi dapat  meningkatkan  kemampuan membaca  dan
menulis Al quran  siswa di SD?
c.      Apakah metode
demonstrasi dapat  meningkatkan  prestasi  membaca  dan
menulis Al quran  siswa di SD?
1.4  Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian
tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :
1.    Untuk Meningkatkan aktifitas
belajar siswa  dalam pembelajaran PAI aspek Al quran melalui metode
demonstrasi di SD.
2.    Untuk mengetahui efektifitas metode
demonstrasi dalam meningkatkan kemampuan membaca dan menulis siswa dalam
pembelajaran PAI aspek Al quran
3.    Meningkatkan  prestasi  belajar
siswa  dalam pembelajaran PAI aspek Al quran melalui metode  demonstrasi  di
SD.
1.5  Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberikan
manfaat terhadap perbaikan kualitas pendidikan dan pembelajaran, di antaranya :
1.    Bagi siswa, dapat lebih
meningkatkan pemahaman dan penghayatan siswa, berani bertanya, mengemukakan
pendapat dan dapat meningkatkan hasil belajar PAI aspek AlQur’an
2.    Bagi guru, sebagai salah satu
alternatif dalam upaya meningkatkan hasil belajar PAI dengan metode
demonstrasi.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul : Meningkatkan kemampuan
membaca dan menulis Al-Qur’an siswa melalui metode demonstrasi di kelas 5  pada
semester 2 di SD.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1   Pengertian Membaca
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan
oleh pembaca untuk  memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh
penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut
agar  kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan  terlihat
dalam suatu pandangan  sekilas, dan agar makna kata-kata secara
individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang
tersurat dan yang tersirat tidak akan tertanggkap atau dipahami, dan proses
membaca itu tidak terlaksana dengan baik (Hodson, 1960:43-44).
Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian
kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding process), berlainan
dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding).
Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written
word)  yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan (oral language
meaning) yang mencakup pengubahan  tulisan/cetakan menjadi bunyi yang
bermakna. (Andrson, 972 : 202-210).
2.2    Tujuan Membaca
Tujuan utama membaca adakah untuk mencari serta memperoleh
informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat
sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca.
2.3      Pengertian Menulis
Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan
penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat
atau medianya. Pesan adalah isi  atau muatan yang
terkandung dalam suatu  tulisan. Tulisan  merupakan  sebuah
simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakaiannya.
Dengan demikian,  dalam komunikasi tulis paling tidak terdapat
empat  unsur yang terlibat  : Penulis  sebagai
penyampai pesan (penulis), pesan atau isi tulisan, salursan  atau
media berupa tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.
2.4      Manfaat Menulis
Adapun manfaat dari kegiatan menulis ini  di
antaranya adalah sebagai berikut :
meningkatkan kecerdasan;
mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas;
menumbuhkan keberanian; dan
mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
2.5    Hakikat Belajar dan Mengajar
Berbicara tentang pendidikan  selalu berkenaan
dengan upaya pembinaan manusia, maka keberhasilan pendidikanpun tergantung pada
unsur manusianya. Adapun unsur manusia yang paling menentukan berhasilnya
pendidikan adalah pelaksana pendidikan, yaitu guru. Karena gurulah yang secara
langsung mempengaruhi, membina, mengembangkan kemampuan siswa agar menjadi
manusia yang bertaqwa, cerdas dan terampil.
Agar proses belajar mengajar berjalan dengan lancar maka guru
harus menguasai  bahan yang akan diajarkan dan terampil pula dalam
hal menyajikannya. Guru diharapkan dapat memilih dan menggunakan metode-metode
pembelajaran yang sesuai dengan pokok-pokok bahasan atau sub pokok bahasan.
Adapun belajar adalah “Proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat
ditunjukkan dalam berbagai bentuk perubahan seperti perubahan pengetahuan,
pemahaman, sikap dan tingkah laku,  keterampilan, kecakapan,
kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar”
(Sudjana, 1989:5).
Selanjutnya, “Mengajar  adalah bimbingan kegiatan
siswa belajar. Mengajar adalah mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada
di sekitar siswa, sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan
kegiatan belajar mengajar.” (Sudjana, 1987:7)
2.6    Metode Demonstrasi
Metode adalah  cara guru  menyampaikan  materi
pelajaran  kepada  siswa untuk mencapai  tujuan.
Depdiknas (2003) menurut  Syaepul Sagala (2005:210) metode  demonstrasi  adalah
pertunjukan  tentang  proses  terjadinya   suatu  peristiwa   atau
benda  pada penampilan  tingkah laku   yang  dicontohkan  agar
dapat  diketahui  dan  dipahami  oleh
peserta didik secara nyata.
Yang  dimaksud  dengan metode  demonstrasi
dalam belajar  dan mengajar  yaitu metode   yang  digunakan  oleh
seorang  guru atau  orang luar  yang  sengaja  didatangkan  atau
murid  sekalipun   untuk  mempertunjukkan
gerakan-gerakan  suatu proses  dengan  peraturan   yang
benar.  Menurut  Sudirman (1991:113), demonstrai  adalah  cara  penyajian  pelajaran  dengan  meragakan   atau
mempertunjukkan  kepada siswa  suatu proses  situasi  atau  benda  tertentu   yang
sedang  dipelajari, baik  sebenarnya  ataupun  tiruan  yang  sering
disertai  dengan penjelasan  lisan, metode  ini  baik  digunakan   untuk
mendapatkan  gambaran  yang  lebih jelas  tentang
hal-hal yang berhubungan   dengan  proses  mengatur  sesuatu,
membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, membandingkan  suatu  cara  dengan
cara  lain,  untuk mengetahui  atau melihat  kebenaran
sesuatu.
Ada beberapa  kelebihan  dan
kekurangan  dalam menggunakan  metode  demontrasi
:
a.    Kelebihan
1.     Metode ini  dapat  membuat  pengajaran  menjadi  lebih
jelas  dan  lebih konkrit, dengan  demikian  dapat
menghindarkan  verbalisme.
2.     Siswa  diharapkan  lebih
mudah  dalam memahami  apa yang dipelajari
3.     Proses pelajaran  akan
lebih menarik
4.     Siswa  dirancang  untuk
aktif  mengamati, menyesuaikan  antara teori  dengan  kenyataan  dan
mencoba  melakukannya  sendiri
5.     Melalui  metode
ini  dapat  sajikan  materi pelajaran  yang  tidak
mungkin  atau kurang  sesuai  dengan
menggunakan  metode lain
b.    Kelemahannya
Kelemahan metode ini antara lain :
1.      Metode ini  memerlukan  keterampilan  guru
secara  khusus,  karena  tanpa  ditunjang  dengan
hal itu, pelaksanaan  demonstrasi  tidak akan  efektif
2.      Fasilitas  seperti  peralatan,
tempat  dan biaya   yang memadai  tidak  selalu  tersedia  dengan
baik
3.      Demonstrasi  memerlukan   kesiapan  dan
perencanaan  yang matang   disamping  sering  memerlukan  waktu
yang  cukup panjang  yang mungkin  terpaksa  mengambil  waktu
jam  pelajaran lain.
2.7    Cara Pelaksanaan
Untuk menggunakan metode demonstrasi dengan baik, beberapa
langkah perlu ditempuh antara lain :
Penentuan tujuan demonstrasi yang akan dilakukan. Dalam hal
ini pertimbangkan apakah tujuan yang akan dicapai dengan belajar melalui
demonstrasi itu tepat dengan menggunakan metode demonstrasi.
Materi  yang akan didemonstrasikan terutama hal-hal
yang penting ingin ditonjolkan
Siapkan fasilitas penunjang demonstrasi seperti peralatan,
tempat, dan mungkin juga biaya yang dibutuhkan
Penataan peralatan dan kelas pada posisi yang baik
Pertimbangkan jumlah siswa yang dihubungkan  dengan
hal yang akan didemonstrasikan agar siswa dapat melihatnya dengan jelas
Buatlah garis besar langkah atau pokok-pokok yang akan
didemonstrasikan secara berurutan dan tertulis pda papan tulis atau padakertas
lembar agar dapat dibaca siswa  dan gurunya secara keseluruhan
Untuk menghindari kegagalan dalam pelaksanaan, sebaiknya
demonstrasi yang direncanakan dicoba terlebih dahulu. Tak jarang demonstrasi
gagal hanya karena hal kecil seperti kabel listrik yang kurang panjang,
penerangan (lampu) yang kurang terang, atau penempatan peralatan yang kurang
strategis.
2.8    Pelaksanaan Demonstrasi
Setelah  segala sesuatu  direncanakan  dan
disiapkan, langkah  berikutnya   ialah mulai  melaksanakan  demonstrasi.
Beberapa  hal yang  perlu  diperhatikan  antara
lain :
1.     Sebelum memulai,
periksalah  sekali lagi  kesiapan  peralatan   yang
akan  didemonstrasikan, pengaturan  tempat,
keterangan  tentang   garis besar  langkah  dan
pokok-pokok  yang akan  didemonstrasikan.
2.     Siapkan  siswa,
barangkali  ada hal  yang perlu  mereka catat
3.     Mulailah demonstrasi  dengan
menarik  perhatian siswa
4.     Ingatlah Pokok-pokok  materi  yang  didemonstrasikan  agar
demonstrasi  mencapai sasaran
5.     Pada waktu  berjalannya  demonstrasi,
sekali-kali  perhatikan  keadaan, apakah  semua  mengikuti  dengan
baik
6.     Untuk menghindarkan  ketegangan,
ciptakan  suasana  yang  harmonis
7.     Berikanlah  kesempatan  kepada
siswa  untuk secara  aktif  memikirkan  lebih  lanjut  tentang  apa  yang  dilihat  dan
didengarnya  dalam bentuk pertanyaan, membandingkannya  dengan  yang  lain
serta  mencoba  melakukannya  sendiri   dengan
bimbingan  guru.
BAB IIIMETODE PENELITIAN
       Waktu Penelitian
dan Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 3 bulan,
yaitu dari  Januari s/d Maret 2009. Siklus  I
dilaksanakan  tanggal 04 Februari 2009, sedangkan siklus II
dilaksanakan tanggal 11 Februari 2009.
Tempat penelitian ini dilakukan  di SD Subjek  penelitian  adalah
siswa  kelas V  yang berjumlah  38 orang.
Penelitian ini dilaksanakan  dengan dua siklus dan setiap
siklus  terdiri dari  dua pertemuan.
        Metode
Penelitian
Metode yang digunakan  dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif karena  dalam pelaksanaannya tidak terbatas  pada
pengumpulan data, melainkan  dilanjutkan  dengan  pengolahan  data  yaitu  dengan
cara  mengumpulkan data, menyusun,  mengolah dan
menginterpretasikan data.
        Prosedur
Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian  tindakan
kelas, adapun  tahapan-tahapan  yang dilakukan  dalam
tindakan kelas ini menggunakan  model yang digunakan  oleh
Kurt Lewin. Tahapan-tahapan penelitian  tindakan  kelas ini
dibagi menjadi 4 tahapan  pada setiap siklus yaitu :
1.    Perencanaan (planning)
2.    Aksi atau tindakan (acting)
3.    Obervasi (Observing)
4.    Refleksi (reflecting). Dikdasmen
(h. 16.2003).
Prosedur  pelaksanaan  penelitian  tindakan
kelas  meliputi  2 siklus yang terdiri dari : a.
perencanaan, b. tindakan, c. pengamatan, dan refleksi.
1.     Perencanaan meliputi  aktivitas  sebagai
berikut  :
a.     Mendiskusikan  dan
menetapkan  rancangan  pembelajaran yang akan  diterapkan
sebagai tindakan dalam siklus
b.     Menyusun  rencana
pembelajaran  dengan menggunakan  metode demonstrasi  sesuai  materi
yang telah ditetapkan
c.      Mengembangkan skenario
pembelajaran
d.     Mengembangkan  format  observai
dan format evaluasi
2.     Pelaksanaan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan
sekenario pembelajaran yang telah direncanakan, melaksanakan evaluasi dalam
bentuk tes
3.     Pengamatan
Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan
tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang disiapkan
4.     Refleksi
a.     Melakukan evaluasi tindakan
yang telah dilakukan pada skenario pembelajaran
b.     Melakukan pertemuan  untuk
membahas hasil evaluasi tentang skenario, tes kemampuan pemahaman dan lain-lain
c.     Memperbaiki pelaksanaan
tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan pada pertemuan berikutnya.
Tahap pelaksanaan ini terus  dilakukan secara  berulang  dan
berkesinambungan sesuai siklus.
o   Indikator keberhasilan
Yang menjadi indikator keberhsilan penelitian ini adalah :
a.     Instrumen-instrumen yang
telah disiapkan pada tiap-tiap siklus dapat dilaksanakan dengan baik
b.     Aktivitas siswa dalam belajar
meningkat
c.     Lebih dari 70% siswa yang
mendapat  nilai 65 ke atas
3.4   Teknik Pengumpulan Data
1)    Data
Sumber data pada penelitian ini  seluruh
siswa,  sedangkan data yang dikumpulkan adalah data kuantitatif dan
kualitatif. Data yang dikumpulkan meliputi :
a.     Data tes kemampuan pada
siklus 1  dan 2
b.     Data observasi pada waktu
proses pembelajaran
c.      Jurnal harian (catatan
harian)
d.     Foto, diambil pada waktu
proses pembelajaran
2)    Teknik pengumpulan data
Data yang dikumpulkan diperoleh melalui observasi, tes
kemampuan pemahaman dan catatan harian
3)    Obervasi
Observasi dilakukan untuk memperolah  informasi
kegiatan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Di dalam
observasi pengamatan, kita akan memperoleh masukan tentang akitifitas siswa,
cara belajar, kerjasama antar siswa dan sebagainya.
4)    Jurnal harian
Jurnal harian semacam catatan harian yang dikumpulkan selama
proses pembelajaran baik itu aktifitas maupun kegiatan guru di dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar
5)    Data tes kemampuan pemahaman
Data ini diambil dari pertemuan pertama maupun pertemua
kedua, ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan hasil selama kegiatan
dilakukan dan menggunakan data kuantitatif.
6)    Foto
Foto digunakan untuk melengkapi informasi data agar peristiwa
yang tejadi  dalam kegiatan penelitian dapat direkam dan dijadikan
sebagai alat bukti dalam pengumpulan data.
3.5  Analisis Data
a.     Data observasi
Data tes observasi ini diambil dari hasil pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti selama kegiatan berjalan dengan menggunakan ceklis
kemudian dipersentasikan
b.     Data tes kemampuan
Data tes ini untuk menemukan nilai setiap siswa dari hasil
tes dengan skala nilai 100 untuk menentukan banyaknya siswa yang mendapatkan
nilai 65 ke atas.
BAB V  SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari uraian tersebut di atas  penulis  dapat
menarik  kesimpulan  sebagai berikut :
1.     Pembelajaran membaca dan
menulis Al-Qur’an dengan menggunakan  metode demonstrasi dapat
membuat pengajaran lebih atraktif dan kelas tampak lebih hidup, sehingga siswa
lebih dapat  memahami apa yang dipelajari.
2.     Pembelajaran dengan
menggunakan  metode demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman dan
meningkatkan aktivitas siswa, hal ini dapat dibuktikan dari hasil perbedaan
nilai rata-rata pretes dan postes.
Saran
Untuk  keberhasilan  dalam
pembelajaran  ini penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut
:
1.     Guru hendaknya mengkondisikan
kelas sebelum memulai pembelajaran
2.     Selama proses pembelajaran
guru hendaknya mampu membangkitkan motivasi dan aktivitas siswa dengan memilih
metode dan teknik yang tepat.
3.     Dalam proses belajar mengajar
guru hendaknya dapat menciptakan kondisi kelas yang  menyenangkan
sehingga interaksi antara guru dan  murid berjalan harmonis,
merangsang siswa untuk bertanya dan menyatakan pendapatnya.
4.     Pada saat memberikan bahan
pengajaran guru hendaknya tidak terpaku pada buku paket saja, tetapi hendaknya
menggali bahan pengajaran dari pengalaman siswa atau buku lain yang berkaitan
dengan bahan yang akan diajarkan.
KEPUSTAKAAN
Henry Guntur Tarigan. (1979). Membaca Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.
Suparno dan Muhamad Yunus. (2006). Keterampilan Dasar
Menulis. Jakarta : Universitas Terbuka
Sujana N. (1995) Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah.
Bandung : Sinar Baru
Suhardjono, Azis Hoesein, dkk. (1996). Pedoman
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit
Pengembangan Profesi Widyaiswara. Jakarta : Depdikbud, Dikdasmen.
Suhardjono (2006). Laporan Penelitian sebagai KTI,
makalah pada pelatihan peningkatan mutu guru dalam pengembangan profesi di
Pusdiklat Diknas Sawangan, Jakarta, Februari 2006.
Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi (2006) Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Tim Bina Karya Guru (2004) Pendidikan Agama Islam untuk
SD kelas V. Penerbit : Erlangga.


TERIMA KASIH
ردحذف