1.1. Latar
Belakang Masalah
Proses pendidikan disekolah diantaranya adalah
melalui proses pembelajaran. Dalam menjalankan tugas pendidikan di sekolah Guru
mempunyai peran yang utama dalam
melaksanakan dan menyajikan sebuah program pembelajaran yang efektif dan efisien. Proses pembelajaran yang efektif dan efisien
dapat terlaksana jika persiapan guru matang dan terprogram dengan
maksimal. Dengan pembelajaran yang
efektif dan efisien diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa menjadi
lebih baik.
Seperti halnya disekolah lain pada umumnya, guru berupaya untuk meningkatkan hasil belajar
para siswa, karena seringkali guru mengeluh hasil penilaian pembelajaran tidak begitu menggembirakan atau selalu
dibawah ketuntasan yang diharapkan sekolah.
Demikian halnya dengan materi pelajaran IPS kelas VI dengan topik
Perkembangan Adminsitrasi Pemerintahan di Indonesia seringkali dikeluhkan oleh
para siswa sebagai materi yang berat, karena begitu banyakbahan yang harus
difahami dan dihafalkan karena kondisi
materi tidak dapat diperlihatkan secara langsung atau materi kajian berupa
informasi sejarah perkembangan yang bersifat teori. Selain itu pula kondisi
diperparah dengan kurangnya alat peraga, buku sebagai sumber belajar sehingga
pembelajaran tidak menarik, sehingga siswa
kurang termotivasi untuk lebih aktif dan siap belajar. Kecenderungan kondisi diatas berdampak pula
pada pembelajaran IPS sehingga akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
Melihat perkembangan hasil belajar materi pelajaran IPS kelas VI dengan
topik Perkembangan Adminsitrasi Pemerintahan di Indonesia di SD Curug Ganjur melalui
pengamatan dan diskusi antara beberapa orang guru dan kepala sekolah hampir setiap
tahun diperoleh rata-rata kelas selalu dibawah 60 atau dibawah kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah dan bahkan hasil ujian
sekolah pun ada dibawah rata-rata nilai IPA. Para siswa
seringkali tampak kurang bersemangat dan bergairah dalam pembelajaran
dan tampak kesulitan untuk lebih memahami setiap kali guru akan membahas topik
Perkembangan Adminsitrasi Pemerintahan di Indonesia. Hanya ada beberapa siswa
saja yang selalu konsentrasi dan siap dalam mempelajari materi pelajaran yang
bersifat hafalan seperti pada topik ini, siswa lain hanya mampu diam atau bagi
siswa yang aktif bahkan seringkali melakukan hal-hal yang mengganggu teman
lainnya dalam belajar, sehingga proses pembelajaran
seringkali tidak kondusif dan kacau. Setelah ditelusuri ternyata siswa merasa
takut terhadap pelajaran yang bersifat hafalan serta cemas dengan nilai IPS
yang akan diperoleh. Siswa merasa bahwa
pembelajaran mata pelajaran IPS dengan
topik Perkembangan Adminsitrasi Pemerintahan di Indonesia merupakan materi
sulit dan tergantung kepada penjelasan dari guru.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kondisi tersebut terjadi.
Faktor – faktor tersebut diantaranya adalah pelaksanaan pembelajaran yang
kurang melibatkan siswa secara aktif yang memungkinkan dapat terjadi kerjasama
antara siswa satu sama lain karena tingkat kecerdasan yang tidak merata dalam
satu kelas, ada siswa yang pintar, siswa
yang sedang dan siswa yang dibawah serta pemanfaatan sumber belajar yang belum
optimal. Pembelajaran seringkali dilakukan dengan ceramah dan siswa sangat
terbiasa dengan hal tersebut yang menyebabkan siswa menjadi pasif dan sangat
tergantung kepada guru, karena tidak terlatih berinisiatif untuk berbuat
sesuatu seperti menemukan, mengembangkan dan menyampaikan ide/ gagasannya baik
dalam berinteraksi dengan siswa lain maupun guru Faktor lain adalah kurang
terencananya pemberian tugas-tugas terstruktur dan kurang adanya kontrol guru terhadap
tugas-tugas yang dilaksanakan oleh siswa .
Tugas terstruktur merupakan tugas yang melatih siswa untuk mengembangkan
atau menerapkan konsep-konsep yang dipelajari dikelas. Tugas-tugas yang
diberikan oleh guru langsung dikumpulkan saja.
Untuk itu dalam
mencermati situasi yang ada dalam pembelajaran
tersebut seorang guru harus pandai
memilih dan menentukan strategi pembelajaran yang tepat agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan meningkatnya hasil belajar dengan mengelola
situasi belajar agar lebih kondusif dengan memanfaatkan kepintaran beberapa
siswa untuk dapat berbagi kepada siswa lainnya sehingga seluruh siswa dapat
berperan aktif dalam belajar. Salah satu
bentuk alternatif tersebut adalah
menggunakan strategi pembelajaraan kooperatif (Cooperative learning)
dengan model Number Head Together (NHT) pada penelitian tindakan kelas PTK ini
guna meningkatkan hasil belajar siswa.
1.2. Identifikasi
Masalah
Dari latar belakang yang telah diungkapkan terdapat fakta yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :
Rendahnya hasil belajar siswa dalam
mempelajari sistem adminsitrasi pemerintahan di Indonesia yang disebabkan oleh
banyaknya bahan pembelajaran yang harus dihafalkan, terbatasnya alat peraga dan
buku sumber serta pelaksanaan pembelajaran yang kurang melibatkan siswa karena
pembelajaran seringkali menggunakan metode ceramah sehingga siswa kurang terlibat
aktif.
1.3. Pembatasan Masalah
dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah sebagaimana
diuraikan diatas terdapat sejumlah faktor untuk meningkatkan hasil belajar
siswa. Mengingat besarnya permasalahan untuk meningkatkan hasil
belajar, dalam penelitian ini akan dibatasi pada masalah penerapan pembelajaran
kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan hasil belajar IPS.
Berdasarkan pembatasan masalah terserbut,
permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah
penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk menningkatkan hasil belajar
siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan sosial dengan topik perkembangan
sistem administrasi di Indonesia ?
2.
Apakah
pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
pembelajaran Ilmu Pengetahuan sosial dengan topik perkembangan sistem
administrasi di Indonesia ?
1.4. Pemecahan Masalah
Inovasi pembelajaran yang dapat diimplementasikan untuk memecahkan masalah bagaimana meningkatkan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan topik Sistem Adminsitrasi di
Indonesia diantaranya diberi perlakuan
dengan strategi pembelajaraan kooperatif tipe NHT. Dengan strategi ini diharapkan para siswa
dapat bekerja sama dalam kegiatan diskusi dalam menambah pengetahuan secara berkelompok. NHT adalah salah satu
teknik dalam pembelajaran kooperatif.
Teknik ini telah berkembang diberbagai negara dan mengalami kesuksesan ,
namun di Indonesia teknik ini belum banyak digunakan sehingga melalui
penelitian ini diharapkan memperkaya khasanah guru dalam inovasi pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif menganut pandangan konstruktivistik. Dalam pembelajaran konstruktivistik, siswa
perlu untuk menkonstruksi pengertiannya sendiri terhadap konsep-konsep IPS,
sehingga peran utama guru bukan mengajar, menjelaskan atau mentransfer
pengetahuan tetapi mengkreasikan siutuasi yang mendorong siswa membangun
struktur mental yang diperlukannya.
Pembelajaran kooperatif merupakan
suatu pendekatan pembelajaran dimana pembelajaran terpusat pada aktivitas
siswa. Karakteristik pembelajaran
kooperatif adalah siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dengan tingkat
kemampuan yang berbeda atau heterogen, menggunakan berbagai kegiatan untuk
meningkatkan pemahaman terhadap suatu materi, kemudian antar anggota kelompok
dapat saling membantu untuk memahami konsep, sehingga tercipta interaksi untuk
meningkatkan hasil belajar.
Number head together (NHT) adalah salah satu teknik dalam pembelajaran
kooperatif. Didalam NHT, siswa dibagi
dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa dan masing-masing
siswa diberi nomor diri untuk bekerja dalam kelompok. Dalam proses diskusi kelas digunakan nomor
diri untuk pemanggilan secara acak sehingga seluruh anggota harus siap mendapat
giliran dan skor diberikan skor kelompok. Diakhir pembelajaran kelompok yang
memperoleh skor tertinggi diberi penghargaan agar dapat memacu dalam belajar.
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui
efektifitas strategi
pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan hasil belajar pada
pembelajaran Ilmu Pengetahuan sosial dengan topik perkembangan sistem
administrasi di Indonesia.
2.
Untuk mengetahui
prosedur strategi pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS.
1.6. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan :
1. Bagi Guru
|
:
|
Melalui PTK ini guru dapat mengetahui pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk
memperbaiki dan meningkatkan hasil pembelajaran.
|
2. Bagi Siswa
|
:
|
Meningkatkan hasil
belajar siswa dalam mata pelajaran IPS, melalui pembelajaran koperatif tipe
NHT.
|
3. Bagi Sekolah
|
:
|
Hasil penelitian ini diharapkan membantu memperbaiki proses
dan hasil pembelajaran IPS di sekolah.
|
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi pembelajaran yang memiliki
karakteristik adanya kerja sama kelompok, memiliki peran dan tanggung jawab
masing-masing untuk kelompok, dengan karakteristik utama adalah team reward
(penghargaan kelompok), tanggung jawab individu, dan kesempatan yang sama untuk
sukses. (Anita Lie, 2002 )
Pembelajaran kooperatif merupakan gabungan teknik instruksional dan
filsafat mengajar yang mengembangkan kerjasama antar siswa untuk memaksimalkan
pembelajaran siswa sendiri dan belajar dari temannya (Killen, 1998 dalam Poppi
K. Devi, 2007). Dari definisi ini ada dua
komponen penting dalam pembelajaran kooperatif yaitu bekerja sama dalam
kelompok atas dasar tugas dan bekerja sama atas dasar latar belajar siswa.
Strategi pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar mengajar
yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu
diantara sesama dalam struktur kerjasama yang tertuang dalam kelompok yang
terdiri atas dua orang atau lebih. (Killen, 1998 dalam Poppi K. Devi, 2007 ).
Karakteristik pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan Slavin
(1995), yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan
yang sama untuk berhasil.
1. Penghargaan kelompok
pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh
penghargaan kelompok. Penghargaan
kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor diatas kriteria yang
ditentukan. Keberhasilan kelompok
didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam
menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu,
dan saling peduli.
2. Pertanggungjawaban individu
Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua
anggota kelompok. Pertanggungjawaban
tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu
dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban
secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan
tugas – tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.
3. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup nilai
perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang
terdahulu, dengan menggunakan skoring ini setiap siswa sama-sama memperoleh
kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.
Salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif adalah Number Head Together (NHT). Teknik Belajar Number head together
(NHT) dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992).
Langkah-langkah kegiatan dalam NHT :
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat
nomor.
2.
Guru
memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
3.
Kelompok
mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat
mengerjakannya/mengetahui jawabannya.
4.
Guru
memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil
kerjasama mereka.
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6.
Kesimpulan. (Indrawati, 2007)
Penjelasan tipe ini, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap anggota
kelompok diberi nomor kepala. Selanjutnya di setiap kelompok dilakukan diskusi
untuk menjawab permasalahan atau untuk melakukan suatu kegiatan. Dari hasil kegiatan tersebut guru mengundi
nama kelompok dan nomor anggota kelompok yang harus menjawab pertanyaan atau
mempresentasikan kegiatan. Berkaitan
dengan hal ini, maka setiap anggota kelompok dituntut untuk bekerja sama karena
jawaban atau presentasi dari perwakilan anggota kelompok akan menjadi
generalisasi kemampuan atau nilai kelompok.
Menurut Anita Lie (2002)
prosedur teknik number head together adalah saat pemanggilan siswa untuk
menjawab atau melakukan sesuatu yang dIpanggil adalah nomor kepala dari salah
satu kelompok secara acak. Hal ini akan menyebabkan semua siswa harus siap. Dan
penghargaan diberikan jika jawaban benar untuk nilai kelompok. Teknik ini
memberikan kesempatan kepada semua siswa dalam kelompok untuk saling memberikan
ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, mendorong siswa untuk meningkatkan semangat
kerja sama mereka.
Menurut Bobbi De Porter (2001) siswa akan belajar paling baik dalam lingkungan kerja sama. Belajar yang menekankan pada kerja sama
diantara sesama siswa dalam suatu komunikasi belajar dapat lebih menggairahkan.
2.2. Hasil
Belajar
Dalam konsep belajar menurut Wina
Sanjaya (2000) ada dua pendapat. Pendapat pertama menyatakan bahwa belajar
dianggap sama dengan menghafal, dengan karaktristik : (1) menambah sejumlah
pengetahuan; (2) mengembangkan kemampuan intelektual; (3) belajar adalah hasil
bukan proses. Pendapat kedua belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku
sebagai akibat dari pengalaman dan latihan
seperti didalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.
Berdasarkan pendapat
pertama keberhasilan belajar diukur oleh hasil belajar, dengan mengetahui
banyaknya informasi yang didapat dan kemampuan mengungkapkan informasi atau
pengetahuan yang ditentukan pula oleh kecepatan dan ketepatannya.
Hasil belajar adalah
segala sesuatu yang diharapkan (perubahan) setelah seseorang belajar, bisa
berupa penguasaan konsep, keterampilan atau sikap. Hasil belajar siswa ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor diantaranya oleh faktor guru.
Diantara sekian banyak faktor guru dinataranya adalah metoda atau model
pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Dalam konteks
pembelajaran, target hasil belajar dapat diukur dari aspek-aspek pengetahuan,
penalaran, keterampilan, produk, dan afektif. Sedangkan menurut Taksonomi Bloom
tujuan pembelajaran dalam hal ini adalah hasil belajar diukur dalam tiga aspek,
yaitu Kognitif, Afektif, dan Psikomotor.
Kawasan kognitif meliputi tujuan pendidikan (hasil belajar) yang
berkenaan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan pengembangan
kemampuan intelektual dan keterampilan berpikir yang terdiri enam jenjang kamampuan : pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi (Bloom dalam Situmorang.2005). Aspek afektif meliputi hasil belajar yang
berkenaan dengan minat, sikap dan nilai serta pengembangan pengharagaan dan
penyesuaian diri (Krathwohl, Bloom dan Masia dalam Situmorang. 2005). Sedangkan aspek Psikomotor berkenaan dengan
otot, keterampilan motorik, atau gerak yang membutuhkan koordinasi Otot
Bentuk dan tipe hasil
belajar menurut Nana Sujana (2001) belajar dapat dilihat: (1) sebagai proses; (2) sebagai hasil, dan (3)
sebagai fungsi. Sedangkan menurut Howard
Kingsley dalam Nana Sudjana hasil
belajar berupa : (1) Keterampilan dan Kebiasaan ; (2) Pengetahuan dan
pengertian; (3) Sikap dan cita-cita.
Pada pembelajaran konvensional guru menjadi pusat sumber belajar, dimana
siswa hanya menerima informasi dari guru (pasif), sedangkan pada model
pembelajaran kooperatif, khususnya tipe NHT pembelajaran berpusat pada
siswa. Dalam hal ini siswa dengan cara
berkelompok, aktif untuk menemukan informasi. Karena penguasaan konsep ini
diperoleh dengan cara menemukan sendiri, maka siswa belajar lebih bermakna.
Proses pembelajaran merupakan salah satu bagian dari rangkaian kegiatan
dalam proses pendidikan di sekolah, yang diawali dari perencanaan dan diakhiri
dengan evaluasi atau penilaian. Apa yang
diharapkan dari hasil akhir proses pembelajaran yang dilakukan melalui evaluasi
proses pembelajaran adalah hasil belajar siswa yang tertuang dalam tujuan pembelajaran
yang diharapkan dalam perencanaan pembelajaran menguasai komptensi-kompetensi
yang tertuang dalam kurikulum yang berlaku saat ini. Hasil belajar dapat diukur
dengan berbagai cara: seperti prose bekerja, hasil karya, penampilan, rekaman,
tes dan lain-lain.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Subjek dan Objek
Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD N Curug Ganjur tahun
pelajaran 2008/2009 dan guru model.
Dalam hal ini guru model adalah sekaligus peneliti. Objek penelitian ini adalah kegiatan selama
pembelajaran dan hasil belajar siswa. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan.
3.2. Rancangan
Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan langkah
penelitian terdiri dari : perencanaan (Planning),
pelaksanaan (Acting), Pengamatan (Observing) dan refleksi (Reflecting) (Arikunto. 2006)
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan tindakan awal dari setiap siklus, secara terinci,
langkah-langkahnya sebagai berikut :
Tahap perencanaan : yaitu guru
mengusulkan permasalahan yang timbul dari pembelajaran yang biasa
dilakukan dikonsultasikan dan dibahas bersama teman sejawat kemudian dengan
guru senior. Setelah disepakati
permasalahannya, disusun rancangan Rencana pembelajaran yang akan ditampilkan dengan
strategi yang diusulkan. Kemudian membahas urutan langkah-langkah / urutan
strategi yang diusulkan dalam laporan ini. Dan menyusun lembar observasi yang tepat
untuk pengamatan.
2. Pelaksanaan
Dalam tahap ini dilaksanakan pemecahan masalah sebagaimana yang telah
dirancangkan yaitu menggunakan teknik
NHT dalam pembelajaran . Materi yang
diberikan tindakan adalah aspek perkembangan wilayah Indonesia, Kenampakan Alam dam keadaan sosial
negara-negara di Asia Tenggara serta benua-benua.
3. Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksananan pembelajaran baik terhadap proses tindakan,
efek tindakan maupun terhadap hasil tindakan yang dilakukan. Observasi juga dilakukan terhadap seberapa
jauh tindakan yang dilakukan yang membantu pencapaian tujuan yang direncanakan.
kegiatan observasi ini dilakukan
oleh supervisor yang diminta oleh guru peneliti, yang bertugas mengamati
perkembangan dalam pembelajaran tersebut. Kemudian mencatat hal – hal penting
yang terjadi selama pembelajaran dengan
tekanan / fokus pengamatan pada diskusi kelompok dan diskusi kelas.
Tabel 3.1 Lembar Pengamatan Diskusi
No
|
Kelompok
|
No Diri siswa yang
menjawab/menanggapi
|
Jumlah
|
||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
1
|
A
|
||||||||||
2
|
B
|
||||||||||
3
|
C
|
||||||||||
4
|
D
|
||||||||||
5
|
E
|
||||||||||
6
|
F
|
||||||||||
7
|
G
|
||||||||||
8
|
H
|
Keterangan : cara
pengisian : menggunakan talli pada setiap nomor yang melakukan aktivitas
4. Refleksi dilakukan untuk melakukan penilaian terhadap proses yang terjadi,
masalah yang muncul , dan segala yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan.
Pelaksanaan refleksi oleh peneliti utnuk mengevaluasi hasil tindakan dan
merumuskan perencanaan tindakan berikutnya.
3.3. Teknik
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan peneliti untuk
memperoleh data yang menjawab rumusan masalah penelitian. Untuk memperoleh data penelitian tersebut
disusun instrumen penelitian berdasarkan :
1. Pengamatan
Instrumen yang digunakan selama pengamatan adalah lembar pengamatan yang
berisi kisi-kisi pengamatan agar pencatatan pengamatan lebih sistematis. Dalam penelitian ini akan dilakukan
pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan teknik NHT. kisi-kisi pengamatan pelaksanaan pembelajaran
disusun berdasarkan prinsip pada pembelajaran dengan menggunakan teknik NHT
meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan hal-hal
menonjol yang muncul selama proses pembelajaran. Dalam lembar pengamatan ini,
disediakan dua alternatif jawaban yaitu ”ya” jika kegiatan dilaksanakan ”
tidak” jika kegiatan tidak dilaksanakan.
Selain itu, pengamat disediakan tempat untuk membuat catatan pengamatan
untuk merekam kejadian yang tidak terduga.
2. Tes
Tes digunakan untuk menilai keterserapan materi selama pembelajaran oleh
siswa. Materi tes mengacu pada materi yang sedang dipelajari oleh siswa. Tes dilakukan berupa pre-test dan post test. Pre
test dilaksanakan pada kegiatan awal pembelajaran
berjalan dalam waktu 10 menit dan post test dilaksanakan dalam kegiatan akhir belajar dalam waktu 10 menit.
Penilaian tes disesuaikan dengan bobot soal, dengan skor maksimal tes 100
dan skor minimal 0.
3. Dokumentasi
Dokumen kegiatan adalah dokumen yang digunakan selama penelitian yaitu nilai tes, hasil pekerjaan siswa dan
dokumen nilai peningkatan siswa.
4. Angket
Angket yang digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap kegiatan
pembelajaran dengan NHT digunakan angket dengan dua alternatif jawaban yaitu
”ya” jika sesuai pernyataan ” tidak” jika kegiatan tidak sesuai dengan pernyataan terhadap pembelajaran adalah
sebagai berikut :
Tabel 3.2 Angket Sikap
Siswa terhadap NHT
No.
|
Indikator
|
Nomor Butir
|
1
|
Senang mengikuti pembelajaran
|
1
|
2
|
Sulit memahami materi
|
2
|
3
|
Tertantang dengan tugas yang diberikan
|
3
|
4
|
Diskusi kelompok bermanfaat
|
4
|
5
|
Waktu pembelajaran lama
|
5
|
5. Wawancara
Untuk melengkapi informasi mengenai pelaksanaan pembelajaran perlu
dilakukan wawancara. Wawancara dalam hal
ini adalah untuk cross check apabila ada hal-hal yang tidak dapat atau
kurang jelas diamati pada saat observasi maupun hasil angket.
3.4. Data dan Teknik
Analisis Data
Sumber data dalam penelitian ini berasal dari siswa.
Hasil penelitian digambarkan dengan
menganalisis data menggunakan triangulasi data, yaitu dengan
membandingkan peningkatan perolehan nilai siswa yang tergambar dari data pre
dan post test dengan langkah sebagai berikut :
1. Menghitung nilai peningkatan siswa berdasarkan nilai pre test dan post
tesnya.
2. Menghitung peningkatan rata-rata peningkatan siswa dalam satu kelas .
Keberhasilan tindakan yaitu peningkatan hasil belajar siswa dalam
penelitian ini diukur berdasarkan ketuntasan belajar siswa. Ketuntasan siswa dilihat dari nilai tes yang
diperoleh siswa pada awal atau akhir pembelajaran. Indikator ketuntasan hasil belajar siswa
berdasarkan kriteria ketuntasaan belajar minimal (KKM) sebagai berikut :
a. Siswa telah
tuntas jika telah mencapai nilai 60.
b. Kelas telah
belajar tuntas jika terdapat 75 % siswa telah mencapai nilai 60 .
Untuk menganalisis data keterlaksanaan
pembelajaran dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran digunakan teknik
kualitatif (deskriptif).
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Penelitian
A. Kondisi Ruang Kelas
Kelas VI sebagai tempat penelitian memiliki sarana sebagai faktor pendukung
keberhasilan pembelajaran diantaranya kelas cukup tertata rapi dengan jumlah
maksimal 40 siswa. Kursi meja cukup dan dapat disesuaikan untuk
mengubah tempat duduk pada saat diskusi kelas maupun diskusi kelompok. Dinding cukup luas dan dapat digunakan untuk
menempelkan gambar-gambar pendukung belajar serta jendela cukup sehingga
sirkulasi udara dan cahaya dapat keluar masuk dengan baik.
B. Karakteristik Siswa Sasaran
Kondisi siswa berdasarkan jenis kelamin terdiri dari :
Tabel 4.1 Kondisi Siswa
No.
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah
|
Prosentase
|
1.
|
Laki-Laki
|
16
|
41 %
|
2.
|
Perempuan
|
23
|
59 %
|
Jumlah
|
39
|
Kegiatan belajar siswa berlangsung setiap hari sejak pukul 07.00 sampai
12.15 WIB, untuk mata pelajaran IPS
alokasi waktu 3 jam per minggu dan berlangsung setiap hari Rabu.
C. Pra Penelitian
Tindakan
Sebelum pembelajaran dilaksanakan, guru menjelaskan kepada siswa mengenai
teknik NHT dan cara penilaian yang digunakan kepada
siswa, guru juga mengumumkan pembagian kelompok dan sikap- sikap yang harus
dikembangkan oleh siswa selama berdiskusi dalam pembelajaran kooperatif dengan
teknik NHT. Pembagian kelompok seperti tercantum dibawah ini :
Kelompok A
|
Kelompok B
|
||
1.
|
AB
|
1.
|
BA
|
2.
|
AC
|
2.
|
BB
|
3.
|
AD
|
3.
|
BC
|
4.
|
AE
|
4.
|
BD
|
5.
|
BE
|
Kelompok C
|
Kelompok D
|
||
1.
|
CA
|
1.
|
DA
|
2.
|
CB
|
2.
|
DB
|
3.
|
CC
|
3.
|
DC
|
4.
|
CD
|
4.
|
DD
|
5.
|
CE
|
5.
|
DE
|
Kelompok E
|
Kelompok F
|
||
1.
|
EA
|
1.
|
FA
|
2.
|
EB
|
2.
|
FB
|
3.
|
EC
|
3.
|
FC
|
4.
|
ED
|
4.
|
FD
|
5.
|
EE
|
5.
|
FE
|
Kelompok G
|
Kelompok H
|
||
1.
|
GA
|
1.
|
HA
|
2.
|
GB
|
2.
|
HB
|
3.
|
GC
|
3.
|
HC
|
4.
|
GD
|
4.
|
HD
|
5.
|
GE
|
5.
|
HA
|
Penjelasan cara
penyusunan kelompok :
·
Menentukan ketua
kelompok berdasarkan rangking sebanyak 8 orang .
·
Sisanya berhitung dari 1
sampai 8 laki-laki dahulu sampai habis kemudian dilanjutkan siswa wanita.
·
Nomor yang disebutkan
adalah nomor yang merupakan kelompoknya.
·
Siswa bergabung sesuai
dengan kelompoknya.
D. Pelaksanaan
Siklus 1
1. Perencanaan
Pada tahap ini kompetensi dasar yang akan dikuasai siswa adalah
mendeskripsikan perkembangan sistem administrasi Indonesia. Dengan Indikator :
1.1.1. Menjelaskan luas daerah wilayah Indonesia
1.1.2. Mengidentifikasi wilayah administrasi
Indonesia
Secara garis besar rencana tindakan yang akan diberikan
pada Siklus 1 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3. Rencana
Tindakan Siklus 1
No.
|
Tahapan Kegiatan
|
Waktu
|
Kegiatan
|
1.
2.
|
Kegiatan Awal/Pendahuluan
|
(10 menit )
(10 menit)
|
·
Salam
·
Apersepsi dengan tanya
jawab
·
Motivasi
Guru memimpin menyanyikan lagu ”dari sabang sampai merauke”.
·
Pre Test
|
3.
4.
5.
6.
|
Kegiatan inti:
|
(60 menit)
|
-
Penjelasan singkat tentang materi perkembangan system
administrasi Indonesia
-
Kemudian guru membagi kelas dalam 8 kelompok (5 peserta didik tiap kelompok).
Adapun cara pengelompokkan secara acak dan merata baik siswa laki maupun
perempuan maupun yang cerdasnya.
-
Setelah berkelompok, membahas lembar diskusi yang telah
disiapkan oleh guru.
-
Diskusi kelas dengan cara pemanggilan nomor diri dari
tiap anggota kelompok.
Saat penunjukkan
anggota kelompok dilakukan dengan menyebutkan/ memanggil nomor diri yang terdapat ditiap-tiap
kelompok masing-masing. Seperti untuk kelompok satu silahkan bacakan hasil
studi pustakanya tentang tenaga kerja dn seterusnya.
Saat diskusi kelas
dipandu oleh guru membahas soal-soal yang terdapat dalam lembar diskusi
dilakukan seperi cara diatas.Dan setiap jawaban benar diberi penghargaan skor
dan dicatat sebagai skor kelompok masing-masing. Dan pembagian soal dibuat sesuai dengan jumlah kelompok siswa.
|
7.
8.
|
Kegiatan Akhir/ Penutup
|
( 15 Menit)
(10 Menit)
|
·
Kelompok yang
mempunyai nilai tertinggi diumumkan dan diberi pujian.
·
Membuat rangkuman
·
Memberi penguatan
tentang materi yang telah diajarkan
·
Siswa mengikuti Post Test
·
Penugasan
|
2. Pelaksanaan
Tindakan
a. Tahap Pembukaan (20 Menit)
Pelaksanaan pembelajaran dimulai dengan bernyanyi bersama dengan judul lagu
” Dari Sabang sampai Merauke” kemudian dilanjutkan presentasi kelas oleh guru,
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa. Guru melakukan apersepsi dengan mengaitkan
materi dengan contoh kehidupan sehari-hari.
Kemudian menjelaskan sistem penilaian dan mempersiapkan untuk test awal.
Kemudian dilanjutkan dengan mempersilahkan bergabung dengan kelompoknya sesuai
yang telah ditentukan sebelumnya.
b. Kegiatan Inti (60 Menit)
Siswa diberi penjelasan tentang materi secara sepintas, kemudian
dilanjutkan dengan diskusi kelompok membahas lembar diskusi yang telah
disiapkan oleh guru dalam waktu 20 menit. Kemudian selama 40 menit siswa dibimbing oleh
guru untuk berdiskusi membahas hal – hal yang berkaitan dengan materi diskusi
dengan cara NHT. Yaitu dengan cara guru melemparkan pertanyaan kepada tiap
kelompok dengan memanggil nomor diri dari masing-masing kelompok yang tergambar
sebagai berikut :
Tabel 4.4. Daftar
Sebaran Siswa yang Menjawab
No
|
Kelompok
|
No Diri siswa yang
menjawab/menanggapi
|
Jumlah
|
||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
1
|
A
|
V
|
V
|
1
|
1
|
||||||
2
|
B
|
V
|
V
|
1
|
1
|
||||||
3
|
C
|
V
|
V
|
1
|
1
|
||||||
4
|
D
|
V
|
V
|
1
|
1
|
||||||
5
|
E
|
V
|
V
|
1
|
1
|
||||||
6
|
F
|
V
|
V
|
1
|
1
|
||||||
7
|
G
|
V
|
V
|
1
|
1
|
||||||
8
|
H
|
V
|
V
|
1
|
1
|
Setiap jawaban
benar diberi skor dan nilai perolehan
kelompok terpampang di papan tulis.
c. Kegiatan Penutup (25 menit)
Pada tahap ini guru menutup kegiatan dengan membuat rangkuman dan memberi
penguatan pada materi yang sudah
dipelajari dan kelompok yang memperoleh nilai tertinggi diberi pujian. Kemudian siswa mempersiapkan untuk test akhir
secara individu tertulis selama 10 menit , dan terakhir guru memberi tugas
untuk pertemuan minggu depan.
3. Observasi
Hasil perolehan pre test pada siklus 1 dapat digambarkan sebagai
berikut :
Tabel 4.5. Daftar Nilai
Pre Test Siklus 1
No
|
Nama
|
Kelompok
|
Nilai Pre - Test
|
1.
|
AB
|
A
|
20
|
2.
|
AC
|
A
|
20
|
3.
|
AD
|
A
|
20
|
4.
|
AE
|
A
|
30
|
5.
|
BA
|
B
|
40
|
6.
|
BB
|
B
|
30
|
7.
|
BC
|
B
|
20
|
8.
|
BD
|
B
|
20
|
9.
|
BE
|
B
|
30
|
10.
|
CA
|
C
|
30
|
11.
|
CB
|
C
|
20
|
12.
|
CC
|
C
|
30
|
13.
|
CD
|
C
|
10
|
14.
|
CE
|
C
|
20
|
15.
|
DA
|
D
|
20
|
16.
|
DB
|
D
|
10
|
17.
|
DC
|
D
|
20
|
18.
|
DD
|
D
|
20
|
19.
|
DE
|
D
|
20
|
20.
|
EA
|
E
|
10
|
21.
|
EB
|
E
|
20
|
22.
|
EC
|
E
|
30
|
23.
|
ED
|
E
|
20
|
24.
|
EE
|
E
|
20
|
25.
|
FA
|
F
|
20
|
26.
|
FB
|
F
|
20
|
27.
|
FC
|
F
|
20
|
28.
|
FD
|
F
|
20
|
29.
|
FE
|
F
|
20
|
30.
|
GA
|
G
|
20
|
31.
|
GB
|
G
|
20
|
32.
|
GC
|
G
|
20
|
33.
|
GD
|
G
|
20
|
34.
|
GE
|
G
|
20
|
35.
|
HA
|
H
|
30
|
36.
|
HB
|
H
|
30
|
37.
|
HC
|
H
|
20
|
38.
|
HD
|
H
|
10
|
39.
|
HA
|
H
|
30
|
Jumlah siswa
tuntas = 0 , persentase ketuntasan = 0 %
Hasil perolehan hasil post- test pada siklus 1
dapat digambarkan sebagai berikut :
Tabel 4.6. Daftar Nilai Post Test Siklus 1
No
|
Nama
|
Kelompok
|
Nilai Post - Test
|
1.
|
AB
|
A
|
60
|
2.
|
AC
|
A
|
60
|
3.
|
AD
|
A
|
50
|
4.
|
AE
|
A
|
60
|
5.
|
BA
|
B
|
60
|
6.
|
BB
|
B
|
60
|
7.
|
BC
|
B
|
60
|
8.
|
BD
|
B
|
70
|
9.
|
BE
|
B
|
70
|
10.
|
CA
|
C
|
70
|
11.
|
CB
|
C
|
70
|
12.
|
CC
|
C
|
60
|
13.
|
CD
|
C
|
50
|
14.
|
CE
|
C
|
50
|
15.
|
DA
|
D
|
50
|
16.
|
DB
|
D
|
60
|
17.
|
DC
|
D
|
60
|
18.
|
DD
|
D
|
60
|
19.
|
DE
|
D
|
50
|
20.
|
EA
|
E
|
50
|
21.
|
EB
|
E
|
50
|
22.
|
EC
|
E
|
60
|
23.
|
ED
|
E
|
60
|
24.
|
EE
|
E
|
70
|
25.
|
FA
|
F
|
60
|
26.
|
FB
|
F
|
60
|
27.
|
FC
|
F
|
50
|
28.
|
FD
|
F
|
50
|
29.
|
FE
|
F
|
60
|
30.
|
GA
|
G
|
60
|
31.
|
GB
|
G
|
60
|
32.
|
GC
|
G
|
50
|
33.
|
GD
|
G
|
50
|
34.
|
GE
|
G
|
50
|
35.
|
HA
|
H
|
50
|
36.
|
HB
|
H
|
50
|
37.
|
HC
|
H
|
50
|
38.
|
HD
|
H
|
40
|
39.
|
HA
|
H
|
50
|
Jumlah siswa tuntas = 23 persentase ketuntasan = 58,97 %
Setelah selesai pembelajaran siswa mengisi angket sikap siswa terhadap
pembelajaran dengan menggunakan NHT.
Tabel 4.7. Persentase
Sikap Siswa terhadap Pembelajaran NHT siklus 1
No.
|
Indikator
|
Persentase
|
1
|
Senang mengikuti pembelajaran
|
87,18
|
2
|
Sulit memahami materi
|
76,92
|
3
|
Tertantang dengan tugas yang diberikan
|
38,46
|
4
|
Diskusi kelompok bermanfaat
|
82,05
|
5
|
Waktu pembelajaran efektif
|
25,64
|
4. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan hasil analisis nilai tes serta wawancara
informal dengan siswa pada siklus 1 diperoleh refleksi pembelajaran sebagai
berikut :
1. Perencanaan waktu kurang tepat. Pada
pelaksanaannya siswa membutuhkan waktu yang cukup lama untuk berdiskusi dan
presentasi.
2.
Pengaturan
tempat duduk mempengaruhi situasi diskusi dan cukup memakan waktu dan melebihi
target alokasi.
3. Kurangnya buku sumber,
4. Siswa memerlukan bimbingan dan motivasi individu atau kelompok,
5. Guru perlu memberikan penjelasan formal secara keseluruhan materi untuk
mempertegas pemahaman siswa untuk menghindari kesalahan konsep.
6. Terdapat 41,03 % belum tuntas. Pada siklus ini menunjukkan bahwa kelas belum
tuntas, sehingga perlu ditingkatkan lagi.
7. Saat diskusi dengan menggunakan teknik NHT, saat temannya salah dalam
menjawab yang menyebabkan nilai
kelompoknya rendah disikapi dengan marah dan kadang adanya cemoohan.
8.
Guru
kehabisan daftar pertanyaan, dan jumlah pertanyaan harus sesuai dengan jumlah
kelompok.
Hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar
untuk merevisi sekenario pembelajaran pada sikus 1 untuk dilaksanakan pada
siklus 2.
E. Pelaksanaan
Siklus 2
1. Perencanaan
Pada siklus 2 kompetensi dasar yang akan dikuasai siswa adalah
mendeskripsikan perkembangan sistem administrasi Indonesia. Dengan Indikator :
1.1.2. Mengidentifikasi wilayah administrasi
Indonesia
1.1.3.
Mengidentifikasi perkembangan jumlah dan nama propinsi serta ibukota
yang ada di Indonesia.
Pada siklus 2 ini Tahapan kegiatan Siklus 2 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8. Rencana Tindakan Siklus 2
No.
|
Tahapan Kegiatan
|
Waktu
|
Kegiatan
|
1.
|
Kegiatan Awal/Pendahuluan
|
10 menit
|
·
Salam
·
Apersepsi dengan tanya
jawab
·
Motivasi dengan
memperlihatkan satu gambar ” puzle peta wilayah Indonesia”.
|
2.
3.
4.
5.
|
Kegiatan inti:
|
60 menit
|
-
Penjelasan singkat tentang materi perkembangan system
administrasi Indonesia
-
Kemudian guru memberikan waktu siswa untuk duduk
berkelompok, sesuai dengan kelompoknya pada siklus 1.
-
Setelah berkelompok, membahas lembar diskusi yang telah
disiapkan oleh guru.
-
Diskusi kelas dengan cara pemanggilan nomor diri dari
tiap anggota kelompok.
Saat penunjukkan
anggota kelompok dilakukan dengan menyebutkan/ memanggil nomor diri yang terdapat ditiap-tiap
kelompok masing-masing. Seperti untuk kelompok satu silahkan bacakan hasil
studi pustakanya tentang tenaga kerja dn seterusnya.
Saat diskusi kelas
dipandu oleh guru membahas soal-soal yang terdapat dalam lembar diskusi
dilakukan seperti cara diatas.Dan setiap jawaban benar diberi penghargaan
skor dan dicatat sebagai skor kelompok masing-masing. Dan pembagian soal dibuat sesuai dengan jumlah kelompok siswa.
|
6.
7.
|
Kegiatan Akhir/ Penutup
|
15 Menit
15 Menit
|
·
Kelompok yang
mempunyai nilai tertinggi diumumkan dan diberi pujian.
·
Membuat rangkuman
·
Memberi penguatan
tentang materi yang telah diajarkan
·
Siswa mengikuti Post Test
·
Penugasan
|
2. Pelaksanaan
a. Tahap Pembukaan (10 Menit)
Pelaksanaan pembelajaran dimulai dengan presentasi kelas oleh guru, Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa. Guru melakukan apersepsi dengan mengaitkan
materi dengan pembelajaran sebelumnya. Kemudian dilanjutkan dengan mempersilahkan
bergabung dengan kelompoknya sesuai yang telah ditentukan sebelumnya. Test awal
(pre-test) tidak dilakukan dengan asumsi nilai post test pada siklus 1
dijadikan hasil pre-test.
b. Kegiatan Inti (40 Menit)
Siswa diberi penjelasan tentang materi secara sepintas, kemudian
dilanjutkan dengan diskusi kelompok membahas lembar diskusi yang telah
disiapkan oleh guru dalam waktu 20 menit.
Kemudian siswa dibimbing oleh guru untuk berdiskusi membahas hal – hal
yang berkaitan dengan materi diskusi dengan cara NHT selama 20 menit kemudian,
yaitu dengan cara guru melemparkan pertanyaan kepada tiap kelompok dengan
memanggil nomor diri dari masing-masing kelompok yang tergambar sebagai berikut
:
Tabel 4.9 Data Sebaran Siswa Menjawab pada Siklus 2
No
|
Kelompok
|
No Diri siswa yang
menjawab/menanggapi
|
Jumlah
|
||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
1
|
A
|
V
|
V
|
1
|
1
|
||||||
2
|
B
|
V
|
V
|
1
|
1
|
||||||
3
|
C
|
V
|
V
|
1
|
1
|
||||||
4
|
D
|
V
|
V
|
1
|
1
|
||||||
5
|
E
|
V
|
V
|
1
|
1
|
||||||
6
|
F
|
V
|
V
|
1
|
1
|
||||||
7
|
G
|
V
|
V
|
1
|
1
|
||||||
8
|
H
|
V
|
V
|
1
|
1
|
Setiap jawaban
benar diberi skor dan nilai perolehan
kelompok terpampang di papan tulis.
c. Kegiatan Penutup (25 menit)
Pada tahap ini guru menutup kegiatan dengan membuat rangkuman dan memberi
penguatan pada materi sudah dipelajari dan kelompok yang memperoleh nilai
tertinggi diberi pujian. Kemudian siswa
mempersiapkan untuk test akhir secara individu tertulis dengan soal yang sama
dengan pre-test. Selama 10 menit . dan terakhir guru memberi tugas untuk
pertemuan minggu depan.
3. Observasi
Hasil perolehan hasil post- test siklus 2 dapat
digambarkan sebagai berikut :
Tabel 4.10.
Daftar Nilai Post Test Siklus 2
No
|
Nama
|
Kelompok
|
Nilai Post - Test
|
1.
|
AB
|
A
|
60
|
2.
|
AC
|
A
|
80
|
3.
|
AD
|
A
|
60
|
4.
|
AE
|
A
|
60
|
5.
|
BA
|
B
|
80
|
6.
|
BB
|
B
|
60
|
7.
|
BC
|
B
|
60
|
8.
|
BD
|
B
|
60
|
9.
|
BE
|
B
|
60
|
10.
|
CA
|
C
|
80
|
11.
|
CB
|
C
|
80
|
12.
|
CC
|
C
|
100
|
13.
|
CD
|
C
|
100
|
14.
|
CE
|
C
|
60
|
15.
|
DA
|
D
|
80
|
16.
|
DB
|
D
|
80
|
17.
|
DC
|
D
|
60
|
18.
|
DD
|
D
|
80
|
19.
|
DE
|
D
|
80
|
20.
|
EA
|
E
|
60
|
21.
|
EB
|
E
|
80
|
22.
|
EC
|
E
|
80
|
23.
|
ED
|
E
|
60
|
24.
|
EE
|
E
|
80
|
25.
|
FA
|
F
|
60
|
26.
|
FB
|
F
|
60
|
27.
|
FC
|
F
|
60
|
28.
|
FD
|
F
|
60
|
29.
|
FE
|
F
|
80
|
30.
|
GA
|
G
|
80
|
31.
|
GB
|
G
|
60
|
32.
|
GC
|
G
|
70
|
33.
|
GD
|
G
|
70
|
34.
|
GE
|
G
|
90
|
35.
|
HA
|
H
|
80
|
36.
|
HB
|
H
|
70
|
37.
|
HC
|
H
|
80
|
38.
|
HD
|
H
|
50
|
39.
|
HA
|
H
|
70
|
Jumlah siswa tuntas = 38 prosentase ketuntasan = 97,44 %
Setelah selesai pembelajaran siswa mengisi angket sikap siswa terhadap
pembelajaran dengan menggunakan NHT.
Tabel 4.11 Persentase Sikap Siswa terhadap Pembelajaran
NHT
siklus 2
No.
|
Indikator
|
Persentase
|
1
|
Senang mengikuti pembelajaran
|
100
|
2
|
Sulit memahami materi
|
64,10
|
3
|
Tertantang dengan tugas yang diberikan
|
53,85
|
4
|
Diskusi kelompok bermanfaat
|
100
|
5
|
Waktu pembelajaran efektif
|
15,38
|
4. Refleksi
Pengaturan waktu masih ada yang tidak tepat namun secara umum pengaturan
waktu masih terjaga sesuai dengan perencanaan.
Banyaknya siswa yang tuntas belajar adalah mencapai 97,44
%, sehingga tindakan pada pembelajaran ini dapat dikatakan berhasil.
4.2. Pembahasan
Sebelum pembelajaran dilaksanakan, guru membagi siswa dalam kelompok yang
terdiri dari 5 orang. Pembagian kelompok
disesuaikan dengan heterogenitas kepintaran dan jumlah laki-laki dan perempuan
secara seimbang. Penyusunan kelompok sebelum pelaksanaan pembelajaran dapat
mengefektifkan waktu dan siswa dapat mengenal siswa lain dalam kelompoknya
terlebih dahulu. Adanya kesulitan dan kegaduhan saat pembuatan kelompok,
sehingga seringkali memakan waktu yang cukup lama dan kurang diperhitungkan
dari segi waktu. Serta adanya keinginan
siswa untuk bergabung sesuai keinginan masing-masing karena adanya faktor suka
dan tidak suka, sehingga saat pengelompokkan terjadi banyak protes.
Pembelajaran dengan teknik NHT yang telah dilaksanakan menggunakan urutan :
1. Pembukaan, terdiri dari presentasi secara
klasikal oleh guru dalam rangka mempersiapkan siswa pada kondisi untuk belajar.
Pada pembukaan ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran, cara penilaian,
motivasi, apersepsi materi dan mengaitkan materi dengan materi sebelumnya.
2. Inti pembelajaran, diawali dengan penjelasan singkat tentang
materi pembelajaran sistem administrasi Indonesia. Kemudian siswa duduk sesuai
dengan kelompoknya masing-masing untuk berdiskusi membahas lembar kerja siswa
dan guru menjelaskan pembagian tugas dalam kelompoknya masing-masing dan
bagaimana cara menguasai seluruh hasil diskusi untuk dapat dikuasai oleh
masing-masing dengan cara saling memberi dan saling menerima informasi atau
jawaban yang didapat. Dalam penelitian
ini peneliti kesulitan dalam memobilisasi siswa dalam menyusun kelompok karena ukuran
meja kursi cukup besar sehingga memakan waktu untuk dipindahkan dan suara yang
gaduh. Didalam kelompok siswa dituntut
untuk menyelesaikan masalahnya didalam kelompok terlebih dahulu baru kemudian
meminta bantuan kepada guru. Siswa
dimotivasi untuk mengembangkan keterampilan kooperatif didalam kelompoknya.
Pada siklus 1 siswa masih menunjukkan sikap ragu-ragu dan malu-malu, namun pada
siklus berikutnya diskusi dalam kelompok sudah mulai tampak berjalan dengan
sendirinya, campur tangan guru sudah sedikit mulai berkurang.
Pada saat diskusi
kelas dengan cara pemanggilan nomor diri siswa dalam tiap kelompok yang
merupakan kegiatan pokok dalam teknik NHT ini pada siklus 1 pada awal
kegiatannya masih belum menampakkan kesiapan setiap siswa, terkadang siswa lupa
nomor diri masing-masing namun pada siklus berikutnya siswa mulai terbiasa dan
umumnya telah siap dengan pemanggilan nomor dirinya masing-masing. Dengan
menggunakan model NHT, yaitu pada saat pemanggilan siswa diatur secara acak
dengan pemanggilan nomor diri, membuat seluruh anggota merasa untuk selalu
siap. Kondisi ini membuat siswa yang
tadinya kurang berani karena takut salah menjawab menjadi dipaksa untuk
menjawab meskipun salah. Disamping itu
pula termotivasi untuk memperoleh nilai kelompok yang tinggi , dengan memberikan skor bagi
kelompoknya bagi jawaban yang benar.
3. Penutup, yaitu guru mengumumkan kelompok yang memperoleh
skor kelompok tertinggi. Dengan adanya reward untuk kelompok yaitu dengan
pemberian nilai /skor buat kelompok membuat kebanggaan tersendiri buat
pribadinya dan memberikan motivasi untuk berani menjawab/menanggapi pertanyaan
meskipun jawaban atau tanggapannya masih banyak kekurangan atau salah. Namun hal tersebut
bukan tujuan dari penelitian ini. Selanjutnya
guru mengajak para siswa untuk membuat rangkuman bersama-sama sambil memberikan
penegasan pemahaman siswa dan untuk menghindari kesalahan konsep. Dan diakhir
kegiatan diadakan post tes
Dari data yang
diperoleh adanya pengaruh yang signifikan penggunaan model number head together
terhadap keinginan siswa untuk menjawab atau menanggapi pertanyaan yang dilemparkan, yang diatur terstruktur sesuai
dengan jumlah pertanyaan yang ada. Hal ini dilakukan berdasarkan sintaks
kegiatan NHT sendiri dalam rangka membangun tanggung jawab individu terhadap
kelompok dan kesempatan yang sama untuk sukses yang merupakan karakteristik
utama dalam pembelajaran kooperatif (Anita Lie,2002). Diakhir kegiatan diberikan penghargaan
kelompok yang memperoleh skor tertinggi dalam kelompoknya dalam menjawab soal
yang benar diberikan penghargaan buat kelompoknya sebagai team reward yang juga
merupakan karakteristik utama pembelajaran ini.
Pada penelitian
ini juga tampak adanya perubahan hasil
penelitian yang dapat dilihat dari selisih
hasil secara umum pada pre-test dan post test yang dihasilkan para siswa dengan
kenaikan rata-rata 35 pada siklus 1 dan 15
pada siklus 2 seperti dapat dilihat dari data dibawah ini.
Tabel 4.12 Perbandingan Nilai Test
No
|
Nama
|
Kel
|
Siklus 1
|
Siklus 2
|
Kenaikkan
|
||
Nilai Pre - Test
|
Nilai post-test
|
Post test
|
Siklus 1
|
Siklus 2
|
|||
1.
|
AB
|
A
|
20
|
60
|
60
|
40
|
0
|
2.
|
AC
|
A
|
20
|
60
|
80
|
40
|
20
|
3.
|
AD
|
A
|
20
|
50
|
60
|
30
|
10
|
4.
|
AE
|
A
|
30
|
60
|
60
|
30
|
0
|
5.
|
BA
|
B
|
40
|
60
|
80
|
20
|
20
|
6.
|
BB
|
B
|
30
|
60
|
60
|
30
|
0
|
7.
|
BC
|
B
|
20
|
60
|
60
|
40
|
0
|
8.
|
BD
|
B
|
20
|
70
|
60
|
50
|
-10
|
9.
|
BE
|
B
|
30
|
70
|
60
|
40
|
-10
|
10.
|
CA
|
C
|
30
|
70
|
80
|
40
|
10
|
11.
|
CB
|
C
|
20
|
70
|
80
|
50
|
10
|
12.
|
CC
|
C
|
30
|
60
|
100
|
30
|
40
|
13.
|
CD
|
C
|
10
|
50
|
100
|
40
|
50
|
14.
|
CE
|
C
|
20
|
50
|
60
|
30
|
10
|
15.
|
DA
|
D
|
20
|
50
|
80
|
30
|
30
|
16.
|
DB
|
D
|
10
|
60
|
80
|
50
|
20
|
17.
|
DC
|
D
|
20
|
60
|
60
|
40
|
0
|
18.
|
DD
|
D
|
20
|
60
|
80
|
40
|
20
|
19.
|
DE
|
D
|
20
|
50
|
80
|
30
|
30
|
20.
|
EA
|
E
|
10
|
50
|
60
|
40
|
10
|
21.
|
EB
|
E
|
20
|
50
|
80
|
30
|
30
|
22.
|
EC
|
E
|
30
|
60
|
80
|
30
|
20
|
23.
|
ED
|
E
|
20
|
60
|
60
|
40
|
0
|
24.
|
EE
|
E
|
20
|
70
|
80
|
50
|
10
|
25.
|
FA
|
F
|
20
|
60
|
60
|
40
|
0
|
26.
|
FB
|
F
|
20
|
60
|
60
|
40
|
0
|
27.
|
FC
|
F
|
20
|
50
|
60
|
30
|
10
|
28.
|
FD
|
F
|
20
|
50
|
60
|
30
|
10
|
29.
|
FE
|
F
|
20
|
60
|
80
|
40
|
20
|
30.
|
GA
|
G
|
20
|
60
|
80
|
40
|
20
|
31.
|
GB
|
G
|
20
|
60
|
60
|
40
|
0
|
32.
|
GC
|
G
|
20
|
50
|
70
|
30
|
20
|
33.
|
GD
|
G
|
20
|
50
|
70
|
30
|
20
|
34.
|
GE
|
G
|
20
|
50
|
90
|
30
|
40
|
35.
|
HA
|
H
|
30
|
50
|
80
|
20
|
30
|
36.
|
HB
|
H
|
30
|
50
|
70
|
20
|
20
|
37.
|
HC
|
H
|
20
|
50
|
80
|
30
|
30
|
38.
|
HD
|
H
|
10
|
40
|
50
|
30
|
10
|
39.
|
HA
|
H
|
30
|
50
|
70
|
20
|
20
|
rata-rata
|
22
|
57
|
71
|
35
|
15
|
Gambar 4.1 Grafik Rata-Rata Pre Test dan Post Test siklus
1 dan 2
Hasil belajar siswa dari aspek pengetahuan yang menggambarkan keterserapan
materi oleh siswa diukur dengan tes dan nilai tes ini menentukan ketuntasan
belajar siswa. Dalam penelitian ini telah tercapai ketuntasan belajar pada
siklus 2 yaitu sebesar 97,44 % berarti terdapat 97,44 % siswa yang hasil
belajarnya meningkat. Artinya teknik NHT cukup memberikan pengaruh yang positif
terhadap hasil belajar siswa secara umum dengan meningkatkan perolehan
rata-rata kelas baik itu siklus 1 dan siklus 2. khusus untuk siklus 2
peningkatan cukup besar, hal ini disebabkan adanya tingkat pemahaman siswa
terhadap cara belajar dengan teknik NHT.
Selain itu pula hal yang mendukung peningkatan hasil belajar siswa
diantaranya adanya keinginan siswa untuk
menjawab pertanyaan dan memberikan
tanggapan. Siswa yang berusaha
menjawab dan memberikan tanggapan
berarti menggunakan pikirannya untuk mempelajari sesuatu. Siswa yang berpikir dengan mencoba menjawab
dan memberikan tanggapan, sudah dalam kondisi belajar . Dalam kondisi ini guru telah berhasil
mengorganisasi atau menciptakan suatu kondisi lingkungan yang baik untuk terjadinya belajar pada diri siswa. Semakin banyak siswa yang berusaha menjawab, berarti semakin banyak siswa yang berfikir
atau belajar , artinya semakin optimal pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Hal inilah yang menjadi harapan dan keinginan setiap guru dalam membawakan
pembelajarannya didalam kelasnya. Pada
kondisi ini telah terjadi perubahan tingkah laku dari siswa yang tadinya malu
dan takut untuk berusaha menjawab dan menanggapi, maka menurut Bower dan
Hilgard (1981) dalam Paulina Panen ; bahwa siswa tersebut telah “belajar” dari
segi ketrampilan sosial.
Sikap siswa terhadap
pembelajaran IPS dengan topik Sistem Adminsitrasi di Indonesia dengan teknik
NHT pada umumnya positif. Dari wawancara
secara informal dengan siswa, siswa merasa sedang berkompetisi memperoleh skor
namun siswa juga merasa khawatir jika nilai kelompoknya rendah. Bagi siswa
diskusi kelompok sangat bermanfaat karena siswa terlatih untuk berani menjawab,
bertanya dan menumbuhkan rasa solidaritas.
Guru juga merasa lebih santai dalam mengajar meskipun harus membimbing
siswa dalam kelompok. Beberapa siswa
mengeluhkan adanya siswa yang masih malu dalam berdiskusi sehingga membuat
kelompok tidak menarik. Jika hal ini terjadi sebaiknya ada kesadaran saling
mendorong untuk berpartisipasi.
Perbandingan
persentase pernyataan siswa terhadap pembelajaran dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel
4.13. Perbandingan Persentase Sikap Siswa terhadap NHT
No.
|
Indikator
|
Siklus 1
|
Siklus 2
|
1
|
Senang mengikuti pembelajaran
|
87,18
|
100
|
2
|
Sulit memahami materi
|
76,92
|
64,10
|
3
|
Tertantang dengan tugas yang diberikan
|
38,46
|
53,85
|
4
|
Diskusi kelompok bermanfaat
|
82,05
|
100
|
5
|
Waktu pembelajaran efektif
|
25,64
|
15,38
|
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Dari hasil pengamatan pada
pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajan NHT siswa kelas VI
pada pembahasan materi IPS tentang ”Perkembangan Sistem Administrasi di
Indonesia” dapatlah ditarik beberapa simpulan sebagai berikut :
1.
Pembelajaran dengan
menggunakan NHT memberikan pengaruh pada hasil belajar siswa dengan peningkatan
rata-rata 35 pada siklus 1 dan 15 pada
siklus yang kedua, dan ketuntasan belajar klasikal sebesar 97,44 %.
2.
Selain itu pula pada
pembelajaran dengan menggunakan strategi NHT ini memberikan pengaruh pula
terhadap aspek afektif siswa yaitu berkembangnya keterampilan kooperatif dengan
gambaran sebagai berikut:
a.
Penggunaan teknik NHT
dalam diskusi dapat memberikan pengaruh kepada siswa untuk berani menjawab
dan menanggapi pertanyaan sehingga
kegiatan belajar lebih heterogen dan seimbang dengan banyaknya siswa yang
berusaha menjawab dan memberikan tanggapan atau monopoli menjawab sudah
berkurang. Hal itu seperti yang tampak pada siklus kegiatan ke-2 kegiatan
diskusi dengan tidak menunjuk nomor dari tiap kelompok secara acak tapi dengan
membiarkan tunjuk tangan sendiri dari tiap kelompok. Tampak adanya
keinginan siswa yang tadinya kurang adanya
keinginan menjawab ada perubahan
dan keinginan untuk berusaha menjawab.
b.
Dengan
pengondisian pembelajaran dengan strategi NHT memberikan dampak kepada para
siswa dalam hal kepercayaan diri yang tampak dari keberanian siswa dalam
menjawab dan menangapi pertanyaan sehingga kecakapan hidup dapat terbentuk dalam diri siswa.
5.2. Saran
Guna lebih
memantapkan kembali tentang pentingnya belajar dan pembelajaran dari hasil
pengamatan penggunaan teknik NHT ini penulis menyarankan :
a.
Untuk
mengatasi permasalahan dalam tahap pengelompokkan diperlukan latihan dan
pembiasaaan pada siswa, seringkali karena baru pertama banyak kejadian diluar
dugaan.
b.
Ukuran
ruang kelas, jenis kursi dan banyaknya siswa perlu dipertimbangkan agar
proporsional, sehingga memudahkan mobilitas siswa dalam perpindahan kelompok.
c.
Bobot
materi sebagai tugas siswa disesuaikan dengan kemampuan siswa agar diskusi
tidak menghabiskan banyak waktu.
d.
Guru
lebih banyak terlibat dalm bimbingan kelompok, sehingga untuk proses penilaian
atau pengamatan diperlukan seorang atau dua orang pengamat.
e.
Teknik
NHT bukanlah satu-satunya teknik dalam pembelajaran kooperatif , sehingga perlu
sekali kita mempelajari dan menggunakan teknik lainnya untuk menghindari
kejenuhan dalam proses pembelajaran. Penggunaan satu teknik secara
berulang-ulang dapat membuat siswa bosan, sehingga kita perlu membuat variasi
atau trik-trik tertentu dalam memberikan sentuhan dan gaya dalam suatu kegiatan
pembelajaran.
f.
Dalam
hal pengamatan keterampilan sosial yang tampak seperti keberanian sangat
diperlukan siswa sebagai bekal keterampilan sosial (skill life) dan kecakapan
personal (personal skill) dan sangat berguna dalam hidup dan penghidupan siswa
perlu adanya penelitian yang lebih lanjut dan mendalam.
g.
Dan
model NHT ini tidak hanya dapat digunakan pada mata pelajaran IPS saja, namun
sepertinya semua mata pelajaran dapat menggunakan pola ini sebagai upaya
meningkatkan mutu pembelajaran mata pelajaran masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Anita
Lie. (2002). Cooperative Learning (Mempraktikan Cooperative learning diruang-ruang
kelas). Jakarta : Gramedia Widiasarana.
Bobbi DePorter, Mark Raerdon, Sarah S. Nourie.
(2001). Quantum Teaching. Bandung:
Kaifa.
Indrawati. (2007). Pembelajaran Kooperatif. Bandung :
PPPPTK IPA.
Popy K, Devi, (2007). Model
Pembelajaran Kooperatif. Bandung : PPPPTK IPA.
Paulina Panen. 2004. Belajar dan Pembelajaran I. Jakarta:
Universitas Terbuka.
terima kasih atas ilmunya. sangat membantu. dan saya sangat menapresiasi atas pembuatan blog yg sangat menyenangkan dengan pauan musiknya. awalnya saya pikir laptop saya mengalami masalah karna tiba-tiba terdengar musik :D ternyata tidak