Contoh Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) IPS SMP Kelas 8

LAPORAN PTK : PENGGUNAAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS 8A PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP


BAB  I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Seorang guru yang profesional dituntut untuk memiliki berbagai  kompetensi, seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, bahwa guru sebagai penggagas perubahan di tengah masyarakat, dituntut untuk menguasai kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Oleh karena itu seorang guru harus berusaha memikul tanggung jawab besar terhadap pembelajaran khususnya kepada peserta didik demi meningkatkan pengetahuan dan hasil pengalaman belajarnya. Sebagai agen pembelajaran guru tidak hanya bertugas sebagai pengajar dan  pendidik saja, tetapi harus pula memiliki kemampuan dalam memilih metode pembelajaran  yang paling akomodatif dan kondusif  untuk siswa , sehingga siswa dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara efektif dan efisien.

Namun dalam kenyataannya guru seringkali mendapat kendala bagaimana memilih dan menggunakan metode dalam pembelajaran, metode dan strategi yang bagaimana yang  paling tepat untuk membahas satu materi pembelajaran, atau metode apakah yang paling diminati oleh sebagian besar siswa, sehingga tercipta pembelajaran yang “PAIKEM GEMBROT” yaitu pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, edukatif, menyenangkan, gembira dan berbobot.
Penulis sebagai guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sering kali menghadapi berbagai kendala dalam menyampaikan materi pembelajaran, khususnya dalam memilih metode, apalagi mata pelajaran IPS di SMP merupakan mata pelajaran non eksakta yang disampaikan secara terpadu  terdiri dari materi Sejarah, Geografi, Sosiologi, dan Ekonomi yang dianggap materi pelajaran hapalan yang membosankan. Kekomplekan materi ini membutuhkan ekstra kerja keras agar pembelajaran tidak  membosankan.
Pembelajaran yang membosankan ini tentu akan terus berlangsung apabila para guru khususnya guru IPS hanya menggunakan metode yang konvensional saja, tidak melakukan inovasi dalam kegiatan pembelajarannya. Apalagi kenyataan yang penulis hadapi saat ini minat siswa khususnya siswa kelas 9A terhadap mata pelajaran IPS masih kurang yang menyebabkan hasil belajarnyapun kurang memuaskan yaitu sekitar 67,57 % siswa belum mencapai KKM (Kriteri Ketuntasan Minimal). Hasil belajar siswa kelas 8A ini sangat rendah dibandingkan dengan hasil belajar kelas-kelas yang lainnya dan jauh dari target pencapaian KKM yang sudah ditetapkan.
Berdasarkan pada kenyataan tersebut, penulis menganggap sangat perlu  melakukan penelitian berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan mencoba menggunakan metode pembelajaran koperatif atau Cooperative Learning yang sedang gencar disosialisasikan sebagai alternatif dan berharap dengan metode ini bisa meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu metode yang akan dicoba adalah Model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw.
Berdasarkan hal itu maka itu penulis menuliskan judul dalam Penelitian ini adalah : Penggunaan Metode Cooperative Learning Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 8A Pada Mata Pelajaran IPS Di SMP Negeri 1 Cipeundeuy Kabupaten Bandung Barat.
Kelas yang akan dijadikan sasaran penelitian adalah kelas 9A, karena kelas ini  memiliki karakteristik yang berbeda dengan kelas yang lainnya, yaitu :
1)   Siswa kelas 8A banyak bicara, sering gaduh, tidak mau diam dan   mayoritas laki-laki, yaitu terdiri dari siswa laki-laki 29 orang, siswa perempuan 8 orang.
2)   Minat dan aktivitas belajar siswa kelas  9A masih kurang dalam Mata Pelajaran IPS.
3)   Masih rendahnya hasil belajar siswa kelas 9A dalam Mata Pelajaran IPS.
B.    Rumusan Masalah
Dalam  penelitian  ini  yang  menjadi  masalah utama adalah    masih rendahnya  hasil  belajar  siswa  kelas  9A  pada  mata  pelajaran  IPS  di SMPN I  Cipeundeuy  Kabupaten Bandung
Barat.  Masalah tersebut dapat dirumuskan  sebagai  berikut :  Apakah penggunaan metode cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas  9A dalam mata pelajaran IPS di SMPN 1 Cipeundeuy Kabupaten Bandung Barat ?
C.    Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas  9A dalam mata pelajaran IPS  dengan menggunakan metode cooperative learning tipe jigsaw di SMPN 1 Cipeundeuy Kabupaten Bandung Barat.
D.    Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1)   Bagi siswa dapat  dijadikan sebagai pengalaman belajar dan dapat  meningkatkan minat siswa untuk mempelajari materi pelajaran IPS berikutnya sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.
2)   Bagi penulis merupakan alat untuk mengembangkan diri sebagai guru yang profesional.
3)   Bagi rekan guru IPS khususnya dan guru lainnya dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw sebagai alternatif  dan menambah variasi dalam melaksanakan pembelajaran.
4)   Bagi Sekolah dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan.


BAB  II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, HIPOTESIS TINDAKAN
A.    Kajian Teori
1.     Pengertian Belajar
Menurut R.Gagne seperti yang dikutip oleh Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, memberikan dua definisi belajar,  yaitu:
Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.
Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.
Menurut Skinner yang dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono dalam bukunya yang berjudul Belajar dan Pembelajaran, bahwa belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respon yang tercipta melalui proses tingkah laku .
M.Sobri Sutikno mengemukakan, belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dlam interaksi dengan lingkungannya.
Berdasarakan beberapa pengertian di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa belajar adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diberbagai bidang yang tejadi akibat interaksi terus menerus dengan ligkungannya.
2.         Pengertian Hasil Belajar
Hasil Belajar atau disebut juga sebagai prestasi merupakan kemampuan intelektual siswa, yang dapat  menentukan keberhasilan dalam meperoleh prestasi pada setiap kegiatan belajar. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.
Menurut W.J.S Purwadarminto ( 1987 :767 ) ”Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan”. Jadi prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai  menurut kemampuan yang tidak dimiliki dan ditandai dengan perkembangan serta perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang diperlukan dari belajar dengan waktu tertentu, prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes atau ujian.
Sehubungan dengan hasil belajar, Poerwanto (1986 : 28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “ hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport”.
Sedangkan menurut S. Nasution (1996 : 17) “Prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni : kognitif, afektif, dan psikomotorik, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”
Hasil belajar diperoleh pada akhir proses pembelajaran dan berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu bahan yang telah diajarkan. Seperti yang dikemukakan Dimyati dan Mujiono (2006 : 3) “Hasil belajar merupakan hasil dari suatu intrerksi tindakan belajar dan mengaja. Disisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, disisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.”
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi atau hasil belajar adalah tingkat keberhasilan yang diperoleh seseorang dari kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai.
3.     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa
Setiap aktifitas yang dilakukan oleh  seseorang tentu ada faktor-faktor yang yang mempengaruhinya, baik yang bersifat mendorong maupun yang menghambat. Demikian pula dalam belajar, faktor yang mempengaruhi prestasi atau hasil belajar siswa itu adalah faktor intern dan faktor ekstern. (Ahmadi, 1998 : 72). Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhinya antara lain faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa (faktor eksern).
a.     Faktor Intern
Faktor Intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapu yang tergolong faktor intern adalah keerdasan, bakat, minat, dan motivasi.
Kecerdasan atau intelegensia adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang diadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensia, intelegensia yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya.Slameto (1995 : 56 ) mengatakan bahwa “ Tingkat intelegensia yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensia yang rendah.”
 Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki sesorang sebagai kecakapan pembawaan.Ngalim Purwanto (1986 : 28 ) mengemukakan “ bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan – kesanggupan tertentu.” Menurut Syah Muhibbin (1999 : 136) “bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada pendidikan dan latihan.” Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tumbuhnys keahlian tertentu pada diri seseorang sangatlah ditentukan oleh bakat yang dimilikinya.
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan  mengenali beberapa kegiatan atau kecenderungan yang mantap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang tertentu. Siswa yang kurang baerminat dalam pelajaran tertentu akan menghambat dalam hasil belajarnya.  Menurut Winkel (1996 : 24) “Minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang / hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.”
Motivasi adalah dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi dalam belajar adalah faktor penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan kegiatan belajar.Seperti  yang dikemukakan oleh Nasution (1995 : 73) “motivasi adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.”
b.        Faktor Ekstern
Yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang bersifat dari luar diri siswa, yaitu keadaan keluarga, sekolah dan sekitarnya.
Keadaan Keluarga dapat menentukan keberhasilan anak dalam belajar. Adanya rasa aman dan nyaman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang memperoleh belajar.Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah peertama kali anak mendapatkan pendidikan dan bimbingan.
Faktor Guru, guru sebagai tenaga bependidikan memiliki tugas menyelenggarakan kegiatan blajar mengajar, membimbing, mengolah, meneliti, dan mengembangkan serta memberikan pelajaran kepada siswa. Keterampilan guru dalam mengajar, keprofesionalan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sangat mnentukan keberhasilan siswa dalam belajar.
Sumber Belajar, merupakan faktor yang menunjang keberhasilan dalam proses belajar dan mengajar. Sumber belajar yang lengkap dan memadai adalah perangkat yang dapat digunakan siswa dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga hasil belajar dapat meningkat.
Metode Mengajar, Yaitu cara-cara yang dilakukan oleh guru  menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dalam kegiatan pembelajaran.
4.      Penggunaan Metode Cooperative Learning (CL)
a.      Pengertian metode
Metode berasal dari bahasa Yunani “Methodos” yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. Pengetahuan tentang metode-metode sangat diperlukan oleh para pendidik, karena berhasil tidaknya siswa belajar sangat bergantung kepada tepat tidaknya metode mengajar yang yang digunakan oleh guru. Metode mengajar mampu membangkitkan motivasi, minat atau gairah belajar siswa bahkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008 : 740) metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. Menurut Sudjana dalam Adang Heriawan dkk.(2012:73) Metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungannya dengan siswa  pada saat berlangsungnya pengajaran, peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses mengajar dan belajar.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara yang digunakan oleh seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Dalam hal ini adalah cara-cara yang dilakukan oleh guru dan peserta didik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
b.      Pengertian Metode Cooperative Learning (CL)
Cooperative Learning adalah salah satu model pembelajaran berbasis teori belajar sosial Robert Bandura yang dipopulerkan oleh Spencer Kagan, Robert Slavin dan Johnson &Johnson.
Cooperative Learning adalah metode pembelajaran yang menekankan kepada proses kerja sama dalam suatu kelompok yang biasa terdiri dari 3 sampai 5 orang siswa untuk mempelajari suatu materi akademik yang spesifik sampai tuntas. (Adang Heriawan dkk,2012:109).
Menurut Slavin dalam Isjoni (2010 : 12) Cooperative Learning adalah model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen.
Inti dari pembelajaran kooperatif menurut Robert E.Slavin yang diterjemahkan olehNarulita Yusron (2010 : 8) “Dalam metode pembelajaran kooperatif , para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru.”
Menurut Johnson &Johnson dalam Isjoni (2010 : 17) Cooperataive Learning adalah mengelompokkan siswa di  dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja bersama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Metode Coopetatif Learning adalah salah satu metode pembelajaran yang mengutamakan kerjasama kelompok dalam menyelesaikan materi pembelajaran, memecahkan masalah atau menyelesaikan sebuah tujuan.
5. Jenis-Jenis Metode Cooperatif Learning
Ada beberapa metode dalam model pembelajaran Cooperative Learning diantaranya adalah :
1)     Jigsaw
2)       Student Team Achievement Division (STAD)
3)      Team Game Tornament (TGT)
4)       Number Head Together (NHT)
5)       Group Investigation
6)        Team Assisted Individualization (TAI)
6.   Metode Cooperative Learning Tipe JIGSAW
Pembelajaran Kooperatif JIGSAW merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal dengan cara membentuk tim ahli. Dalam metode ini terdapat tahap-tahap dalam penyelenggaraannya, yaitu  :
1)     Pembentukan kelompok siswa yang terdiri dari 4-6 orang .    sebaiknya heterogen.
2)     Setiap anggota kelompok ditugaskan untuk mempelajari materi tertentu
3)      Setiap anggota kelompok yang mempelajari materi yang sama bertemu dalam satu kelompok baru membentuk  ‘Tim Ahli’. Selanjutnya materi tersebut didiskusikan, dipelajari apabila menemukan masalah dibahas bersama.
4)    Setelah masing-masing perwakilan dalam tim ahli tersebut dapat menguasai materi yang ditugaskannya, kemudian masing-masing perwakilan tersebut kembali ke kelompok masing-masing atau kaelompok asalnya.
5)    Masing-masing anggota tersebut saling menjelaskan kepada teman satu kelompoknya.sehingga teman dalam satu kelompoknya dapat memahami materi yang ditugaskan guru.
6)    Siswa diberi tes/kuis untuk mengetahui apakah siswa sudah dapat mamahami suatu materi atau belum.
Dengan demikian melalui penyelenggaraan model Jigsaw   dalam proses belajar mengajar dapat menumbuhkan tanggung jawab siswa sehingga terlibat langsung secara aktif dalam memahami suatu persoalan dan menyelesaikannya secara kelompok.
Pada kegiatan ini ini keterlibatan guru dalam belajar mengajar semakin berkurang, dalam arti guru tidak lagi menjadi pusat kegiatan kelas. Guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri  serta menumbuhkan rasa tanggung jawab serta siswa akan merasa senang berdiskusi tentang materi pelajaran dalam kelompoknya.
Metode Jigsaw sangat cocok untuk mata pelajaran IPS karena dalam IPS banyak materi naratifnya, seperti yang dikemukakan oleh Isjoni (2010 : 58) model Jigsaw dapat digunakan secara efektif di tiap level dimana siswa telah mendapatkan keterampilan akademis dari pemahaman, membaca maupun keterampilan kelompok untuk belajar bersama, jenis materi yang paling mudah digunakan untuk pendekatan ini adalah bentuk naratif seperti ditemukan dalam literatur, penelitian sosial membaca, dan ilmu pengetahuan.
7.     Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yaitu salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Menengah Pertama yang disampaikan secara terpadu, terdiri dari materi pelajaran Geografi, Sejarah, Ekonomi, dan Sosiologi.
Materi Ilmu Pengetahuan Sosial ini memiliki beban belajar sebanyak 4 jam pelajaran dalam satu minggu dengan waktu 40 menit setiap jam pelajarannya.
Perjuangan Bangsa Indonesia dalam Merebut Irian Barat
Materi Pelajaran yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah Perjuangan Bangsa Indonesia dalam Merebut Irian Barat merupakan salah satu pokok bahasan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial  termasuk bidang kajian Sejarah yang diberikan pada Semester Genap, termasuk  Standar Kompetensi : 6. Memahami Usaha Mempertahankan Republik Indonesia dan Kompetensi Dasar : 6.2. Mendeskripsikan Perjuangan Bangsa Indonesia dalam Merebut Irian Barat.
B.     Kerangka Berpikir
Kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa untuk membangun makna dan pemahaman terhadap suatu objek atau suatu peristiwa. Sedangkan kegiatan mengajar merupakan kegiatan untuk menciptakan suasana yang mendorong inisiatif, motivasi dan tanggung jawab pada siswa untuk selalu menerapkan potensi diri dalam membangun gagasan melalui kegiatan belajar sepanjang hayat.
Berdasarkan Kerucut Pengalaman Belajar Sheal Peter diketahui bahwa siswa akan mencapai hasil belajar yaitu 10 % dari apa yang dibaca, 20 % dari apa yang didengar, 30 % dari apa yang dilihat dan di dengar, 70 % dariapa yang dikatakan, dan 90 % dari apa yang  dikatakan dan dilakukan. Artinya guru yang mengajar dengan meminta siswa untuk melakukan dan melaporkannya maka siswa akan mengingat 90 %.
Belajar akan lebih baik dan bermakna apabila anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya , bukan hanya sekedar mengetahuinya. Proses pembelajaran yang berlangsung secara alamiah dan dalam bentuk kegiatan siswa “bekerja” dan “mengalami” , bukan sekedar transfer pengetahuan dari guru kepada siswa.
Materi  IPS tentang Perjuangan Bangsa Indonesia dalam Merebut Irian Barat termasuk dalam Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan Perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut Irian Barat, membutuhkan pembahasan dan pemaparan secara mendalam bukan hanya disampaikan secara informatif tetapi juga secara visual yang bisa dipahami siswa         dengan mencari dan melakukannya sendiri. Tentunya melalui bantuan berbagai alat peraga, seperti buku sumber, peta/atlas, gambar, dan sumber pembelajaran lain   yang berhubungan dengan materi.
Selain itu melalui pembelajaran kelompok penyelesaian terhadap tugas –tugas akan lebih mudah karena siswa belajar secara kerja sama dan saling membantu dalam memahami materi.
Penjelasan materi ini apabila didominasi oleh guru tentunya akan membosankan. Yang terpenting adalah bagaimana, hasil belajar siswa  menjadi meningkat terhadap materi ini . Penulis berkeyakinan melalui metode cooperative Learning tipe Jigsaw diharapkan ada peningkatan hasil belajar siswa dari  hasil pembelajaran sebelumnya.         
C.    Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :
“ Penggunaan metode cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan  hasil belajar siswa kelas 9A pada mata pelajaran IPS di SMPN I Cipeundeuy Kabupaten Bandung Barat ”






BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.   Setting  Penelitian
1.     Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas  IX A SMP Negeri I Cipeundeuy kabupaten Bandung Barat yang berjumlah 37 orang, yang terdiri dari 29 orang siswa laki-laki dan 8 orang siswa perempuan.
2.   Objek Penelitian
Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS dengan Standar Kompetensi : 6. Memahami usaha mempertahankan Republik Indonesia dan  Kompetensi Dasar : 6.1. Mendeskripsikan perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut Irian Barat.
3.   Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada Semester Genap di  minggu kedua bulan Februari hingga minggu kelima bulan Februari 2012. Dilaksanakan dengan 2 Siklus, dengan rincian sebagai berikut :
Materi Pelajaran dan Waktu Pelaksanaan  Siklus I
Pertemuan
Ke-
Tanggal
Materi Pembelajaran
1
8    Februari  2012
Latar Belakang Masalah Irian Barat
 Perjuangan Dliplomasi Merebut Irian Barat
Perjuangan Politik Merebut Irian Barat
 Perjuangan  Ekonomi
2
15 Februari  2012
Latar Belakang Perjuangan Merebut Irian Barat
Perjuangan Diplomasi dengan Belanda
Perjuangan Diplomasi di Forum PBB
 Perjuangan Diplomasi di KAA.
Pembatalan Perjanjian KMB

3
16  Februari  2012
Tes Siklus I
Materi Pelajaran dan Waktu Pelaksanaan  Siklus II
Pertemuan
Ke-
Tanggal
Materi Pembelajaran
1
20  Februari  2012
Pembentukan Provinsi Irian Barat
Pememutusan Hubungan Diplomatik dengan Belanda
Gerakan Pembebasan Irian Barat
Perjuangan dengan Konfrontasi Ekonomi .
Perjuangan Trikora

2
22 Februari  2012
Pembentukan Komando Mandala
Peristiwa Laut Aru
Persetujuan New York
Penyerahan Kekuasaan kepada Indonesia
Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera)
3
27  Februari  2012
Tes Siklus II
4. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di SMP Negeri I Cipeundeuy , Jl. SMP Desa Cipeundeuy, Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat.
5. Saran yang diharapkan
Melalui penelitian ini diharapkan adanya perubahan dalam metode mengajar yang digunakan oleh guru, yaitu lebih inovatif, kreatif, dan variatif. Sehingga memberi dampak yang positif terhadap hasil belajar siswa.
B.       Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK). yaitu penelitian yang dilakukan di dalam kelas dengan pemberian tindakan dan bertujuan untuk memperbaiki serta meningkatkan kualitas pembelajaran.
Seperti yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2002) bahwa Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari 3 kata : Penelitian + Tindakan + Kelas. Penelitian adalah mencermati suatu objek menggunakan aturan, metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat secara sistematis dan penting bagi peneliti. Tindakan yaitu sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.

C.      Prosedur / Langkah-langkah Penelitian
Prosedur atau langkah-langkah penelitian yang dilakukan terbagi dalam  2 siklus  kegiatan masing-masing siklus terdiri dari 3 pertemuan (2 kali pertemuan materi dan 1 kali test) dan masing-masing siklus  meliputi empat kegiatan pokok yaitu Perencanaan, Pelaksanaan,  Tindakan, Pengamatan, dan Refleksi. Secara keseluruhan Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.Pra Penelitian :
Membuat Surat Izin dari kepala sekolah untuk melaksanakan PTK,
Menyusun Proposal Penelitian.(surat izin dan proposal terlampir)
Menyiapkan Kolaborator, berbincang dengan siswa bahwa akan dilakukan penelitian.
2.Pelaksanaan
a.        Siklus I
1)        Perencanaan
a)        Siklus I  direncanakan 2 kali pertemuan materi, dan 1 kali tes .
Waktu dan Materi Pelajaran pada Siklus I adalah sebagai  berikut :
Pertemuan
Ke-
Tanggal
Materi Pembelajaran
1
8  Februari  2012
Latar Belakang Masalah Irian Barat
Perjuangan Dliplomasi Merebut Irian Barat
Perjuangan Politik Merebut Irian Barat
 Perjuangan  Ekonomi
2
15 Februari  2012
Latar Belakang Perjuangan Merebut Irian Barat
Perjuangan Diplomasi dengan Belanda
Perjuangan Diplomasi di Forum PBB
 Perjuangan Diplomasi di KAA.
Pembatalan Perjanjian KMB
3
16  Februari  2012
Tes Siklus I
b)      Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
c)      Menyiapkan Lembar Observasi
d)     Menyiapkan Lembar Kerja Siswa
e)      Menyiapkan Buku Sumber
2)            Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pada tahapan ini dilakukan tindakan berupa pelaksanaan program pembelajaran, melaksanakan langkah-langkah kegiatan pembelajaran sesuai RPP, mengisi lembar observasi, mengumpulkan dan menganalisis hasil tes. Langkah-langkah pelaksanaan Siklus I dengan menggunakan Metode Cooperative Learning Tipe Jigsaw melalui tahapan berikut :
 Pertemuan I
         Kegiatan Awal :
   Memeriksa Kebersihan dan kelengkapan kelas
   Memeriksa kehadiran siswa
   Apersepsi
   Motivasi
Kegiatan Inti  :
Guru membagi kelas dalam 9 kelompok , setiap kelompok terdiri dari 4 siswa.
Guru membagi kartu  soal kepada seluruh siswa
Siswa yang memiliki kartu soal dengan pokok masalah yang sama, berkumpul membentuk kelompok baru yang disebut dengan kelompok “ tim ahli”
Kelompok Tim Ahli 1 membahas tentang isi KMB dan latar belakang perjuangan bangsa indonesia merebut irian barat.
Kelompok Tim Ahli 2 membahas tentang paerjuangan bangsa indonesia melalui diplomasi : diplomasi dengan Belanda, diplomasi di forum PBB, diplomasi di forum KAA.
Kelompok Tim Ahli 3 membahas tentang perjuangan bangsa indonesia melalui konfrontasi politik : pembatalan perjanjian KMB, Pembentukan provinsi irian barat, pemutusan hubungan diplomatik dengan Belanda
Kelompok Tim Ahli 4 membahas tentang perjuangan indonesia merebut irian barat melalui konfrontasi ekonomi : mogok buruh, nasionalisasi perusahaan Belanda, pelarangan pruduk Belanda, pemecatan warga negara Belanda yang bekerja di Indonesia.
Masing-masing tim ahli mendiskusikan permasalahan yang sudah diberikan
Setelah Tim Ahli mendiskusikan pokok masalah dan mendapatkan jawabannya, masing –masing siswa yang tergabung dalam tim ahli, kembali ke kelompok asal dan memparentasikan hasil diskusi kepada kelompoknya.secara bergiliran.
Kegiatan Akhir  :
Refleksi   : Guru dan siswa menyimpulkan materi yang dibahas
Informasi: Memberitahukan materi yang akan datang.
      Pertemuan II

       Kegiatan Awal :
    Memeriksa Kebersihan dan kelengkapan kelas
   Memeriksa kehadiran siswa
    Apersepsi 
    Motivasi
Kegiatan Inti  :
Guru membagi kelas menjadi 7 kelompok , 5 kelompok  terdiri   dari 5 orang siswa. 2 kelompok terdiri dari 6 orang
Guru membagi materi pembelajaran menjadi  kartu  soal / pokok masalah kepada seluruh siswa.
Siswa yang memiliki kartu soal dengan pokok masalah yang sama, berkumpul membentuk kelompok baru yang disebut dengan kelompok “ tim ahli”
Kelompok Tim Ahli 1 membahas tentang isi KMB dan latar belakang perjuangan bangsa indonesia merebut irian barat.
Kelompok Tim Ahli 2 membahas tentang perjuangan bangsa indonesia melalui diplomasi langsung dengan Belanda.
Kelompok Tim Ahli 3 membahas tentang perjuangan bangsa indonesia melalui diplomasi di forum PBB.
Kelompok Tim Ahli 4 membahas tentang perjuangan indonesia merebut irian barat melalui diplomasi di KAA.
Kelompok Tim Ahli 5 membahas tentang perjuangan politik indonesia melalui pembatalan perjanjian KMB.
Masing-masing tim ahli mendiskusikan permasalahan yang sudah diberikan.
Setelah Tim Ahli mendiskusikan pokok masalah dan mendapatkan jawabannya, masing –masing siswa yang tergabung dalam tim ahli, kembali ke kelompok asal dan mempresentasikan hasil diskusi kepada kelompoknya secara bergiliran.
Kegiatan Akhir  :
Refleksi   : Guru dan siswa menyimpulkan materi yang dibahas
Informasi: Memberitahukan materi yang akan datang.
3)      Pengamatan Siklus I : mengamati dan mencatat aktivitas siswa dalam pembelajaran dan melakukan tes diakhir siklus untuk mengetahui hasil belajar siswa. Aspek yang diamati adalah sebagai berikut :
a)         Aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran
b)        Aktivitas guru yang meliputi : kegiatan pendahuluan, keagiatan inti dan kegiatan akhir
c)         Kendala yang dihadapi selama kegiatan pembelajaran
d)        Ketuntasan Belajar Klasikal
4)            Refleksi / Evaluasi Siklus I :
Pada tahapan ini dilakukan refleksi pembelajaran, mencatat kekurangan – kekurangan dan kendala yang dihadapi sehingga dapat melakukan tindak lanjut untuk dianalisis dan dijadikan sebagai acuan pada pembelajaran di siklus II.
Pada kegiatan pembelajaran di siklus I masih terdapat kendala dan kekurangan khususnya pada siklus I  pertemuan pertama, sehingga kegiatan pembelajaran tidak berjalan secara efektif, diantaranya :
Guru belum menyampaikan tujuan pembelajaran
Pada pertemuan pertama siswa masih kelihatan bingung dengan metode jigsaw
Pembagian kelompok siswa terlalu banyak (9 kelompok) sehingga terbentuk  kelompok tim ahli yang anggotanya terlalu banyak, mengakibatkan diskusi tidak efektif.
Masih ada beberapa siswa yang tidak mengikuti pembelajaran seperti mengerjakan tugas mata pelajaran lain, diam saja.
Penentuan materi untuk dibahas tim ahli terlalu banyak sehingga tidak ada kelompok tim ahli yang selesai merumuskan materi yang diberikan
Siswa tidak sempat presentasi
Siswa tidak sempat menyimpulkan materi
Pembelajaran dianggap gagal dan pada pertemuan berikutnya harus ada revisi  materi yang diberikan.
b.            Siklus II
1)       Perencanaan :
a)        Penelitian Tindakan Kelas  pada siklus II ini direncanakan 2 kali pertemuan materi , dan 1 kali pertemuan untuk tes.
Rencana  Materi Pelajaran dan Waktu Pelaksanaan   Siklus II :
Pertemuan
Ke-
Tanggal
Materi Pembelajaran
1
20       Februari  2012
Pembentukan Provinsi Irian Barat
2           Pememutusan Hubungan Diplomatik dengan Belanda
3           Gerakan Pembebasan Irian Barat
Perjuangan dengan Konfrontasi Ekonomi .
Perjuangan Trikora
2
22 Februari  2012
Pembentukan Komando Mandala
Peristiwa Laut Aru
Persetujuan New York
Penyerahan Kekuasaan kepada Indonesia
Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera)
3
27  Februari  2012
Tes Siklus II
b)Menyusun instrumen penelitian berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
c)Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS)
d)            Menyiapkan Lembar Observasi
e)Menyiapkan Buku Sumber
f) Menyusun Soal Tes
g)          Melaksanakan Tes Siklus II pada tanggal 27 Februari 2012.
2)       Pelaksanaan :
Pada tahap ini dilakukan tindakan pelaksanaan program sesuai dengan langkah-langkah dalam RPP yang sudah mengalami perubahan dan perbaikan-perbaikan. Kekurangan pada siklus I ditindaklanjuti pada tahap ini. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
    Pertemuan I
        Kegiatan Awal :
   Memeriksa Kebersihan dan kelengkapan kelas
   Memeriksa kehadiran siswa
   Apersepsi  : 
–    Masih ingatkah kalian perjuangan diplomasi yang dilakukan Indonesia dalam merebut Irian Barat ?
–    Motivasi :
–    Tahukah kalian  perjuangan apa saja yang dilakukan bangsa indonesia dalam merebut IrianBarat ?
–    Memberitahukan Tujuan Pembelajaran yang harus dicapai

Kegiatan Inti  :
Berdasarkan pengalaman pada Siklus I : pembagian kelompok terlalu banyak, materi terlalu banyak sehingga siswa tidak selesai mendiskusikan soal yang ditentukan, pada kegiatan pertemuan II ini dilakukan perubahan dan memperempit materi dengan membagi menjadi sub-sub materi.
Guru membagi kelas menjadi 7 kelompok , 5 kelompok terdiri dari 5 orang siswa. 2 kelompok terdiri dari 6 orang
Guru membagi materi menjadi sub-sub materi pembelajaran menjadi 5 kartu  soal / pokok masalah kepada seluruh kelompok siswa.
Masing-masing kelompok mendapat 5 kartu soal dan setiap anggota mendapat 1 kartu soal yang berisi 1 sub materi.
Siswa yang memiliki kartu soal dengan pokok masalah yang sama, berkumpul membentuk kelompok baru yang disebut dengan kelompok “ tim ahli”
Guru membagikan Lembar Kerja Siswa kepada kelompok tim ahli
Kelompok Tim Ahli 1 membahas tentang perjuangan mengembalikan Irian Barat melalui pembentukan provinsi baru Irian Barat
Kelompok Tim Ahli 2 membahas tentang perjuangan melalui pemutusan hubungan diplomatik dengan Belanda dalam upaya mengembalikan Irian Barat.
Kelompok Tim Ahli 3 membahas tentang perjuangan melalui gerakan pembebasan Irian Barat dalam upaya
mengembalikan Irian Barat.
Kelompok Tim Ahli 4 membahas tentang perjuangan merebut Irian Barat melalui konfrontasi ekonomi.
Kelompok Tim Ahli 5 membahas tentang perjuangan TRIKORA dalam merebut Irian Barat.
Masing-masing tim ahli mendiskusikan permasalahan yang sudah diberikan
Setelah Tim Ahli mendiskusikan pokok masalah dan mendapatkan jawabannya, masing –masing siswa yang tergabung dalam tim ahli, kembali ke kelompok asal dan memparentasikan hasil diskusi kepada kelompoknya masing-masing secara bergiliran.

Kegiatan Akhir  :
Refleksi   : Guru dan siswa menyimpulkan materi yang dibahas
Informas i: Memberitahukan materi yang akan datang.
         Pertemuan II
  Kegiatan Awal :
   Memeriksa Kebersihan dan kelengkapan kelas
   Memeriksa kehadiran siswa
   Apersepsi  : 
–            Masih ingatkah kalian bagaimana perjuangan secara politik, ekonomi, dan militer  yang dilakukan Indonesia dalam merebut Irian Barat ?
   Motivasi :
–            Bagaimana akhir dariperjuangan bangsa indonesia dalam merebut Irian Barat ?
Memberitahukan Tujuan Pembelajaran yang harus dicapai
Kegiatan Inti  :
Guru membagi kelas menjadi 7 kelompok , 5 kelompok terdiri dari 5 orang siswa. 2 kelompok terdiri dari 6 orang
Guru membagi materi menjadi sub-sub materi pembelajaran menjadi 5 kartu  soal / pokok masalah kepada seluruh kelompok siswa.
Masing-masing kelompok mendapat 5 kartu soal dan setiap anggota mendapat 1 kartu soal yang berisi 1 sub materi.
Siswa yang memiliki kartu soal dengan pokok masalah yang sama, berkumpul membentuk kelompok baru yang disebut dengan kelompok “ tim ahli”
Guru membagikan Lembar Kerja Siswa kepada kelompok tim ahli
Kelompok Tim Ahli 1 membahas tentang perjuangan mengembalikan Irian Barat melalui pembentukan Komando Mandala
Kelompok Tim Ahli 2 membahas tentang peristiwa Laut Aru  dalam upaya mengembalikan Irian Barat.
Kelompok Tim Ahli 3 membahas tentang akhir  perjuangan Indonesia melalui Persetujuan New York dalam upaya mengembalikan Irian Barat.
Kelompok Tim Ahli 4 membahas tentang
penyerahan kekuasaan Irian Barat kepada Indonesia.
Kelompok Tim Ahli 5 membahas tentang Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera)
Masing-masing tim ahli mendiskusikan permasalahan yang sudah diberikan
Guru mengawasi dan membimbing kerja kelompok tim ahli
Setelah Tim Ahli mendiskusikan pokok masalah dan mendapatkan jawabannya, masing –masing siswa yang tergabung dalam tim ahli, kembali ke kelompok asal dan memparentasikan hasil diskusi kepada kelompoknya masing-masing secara bergiliran.
Perwakilan Kelompok mempresentasikan hasil diskusi tim ahli di depan kelas
Guru memperjelas materi dan memberi penguatan.

Kegiatan Akhir  :
Refleksi   : Guru dan siswa menyimpulkan materi yang dibahas
Informasi: Memberitahukan rencana evaluasi.
3)      Pengamatan
Mengamati dan mencatat aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran dan melakukan tes untuk mengetahui hasil belajar siswa. Aspek yang diamati adalahsevagai berikut :
a)        Aktivitas Siswa, yang meliputi :
–          Cara Siswa membentuk tim ahli
–          Cara Kelompok tim ahli merumuskan materi yang diberikan
–          Kegiatan siswa saat presentasi di dalam kelompok masing-masing
–          Kegiatan Siswa saat presentasi secara klasikal.
b)        Aktivitas Guru, yang meliputi :
–          Kegiatan Awal
–          Kegiatan Inti
–          Kegiatan Akhir
c)    Kendala yang dihadapi saat pembelajaran berlangsung
d)    Ketuntasan Belajar Klasikal melalui hasil tes
4)       Refleksi/ Evaluasi Siklus II
Setelah melakukan pengamatan selama kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan evaluasi dan refleksi terhadap kekurangan- kekurangan dan berbagai kendala yang dihadapi, untuk dijadikan sebagai dasar pada saat pengambilan kesimpulan. Hasil refleksi pada siklus II adalah sebagai berikut :
a)Penentuan materi sudah lebih spesifik
b)Kelompok tim ahli jumlahnya sudah cukup
c)Aktivitas positif siswa sudah meningkat
d)            Presentasi siswa sudah terarah
e)Pengaturan tempat duduk dan posisi tim ahli masih belum kondusif. Sehingga menyita waktu untuk kegiatan belajar.
f) Masih ada siswa yang tidak ikut diskusi pada tim ahli dengan alasan tidak kebagian buku sumber.
D.           Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang  digunakan peneliti dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut :
Observasi adalah pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang dilakukan. Seperti yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (2008) dalam  www.Google.com. By Bin hasyim Tanggal 29 Februari 2012, “Observasi adalah metode atau cara-cara yang menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau  mengamati individu atau kelompok secara langsung. Cara atau metode tersebut dapat juga dikatakan dengan menggunakan teknik dan alat-alat khusus seperti blangko-blangko, cek lis atau daftar isian yang telah dipersiapkan sebelumnya “
Peneliti mengadakan pengamatan langsung terhadap subjek dan objek penelitian yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran , yang dibantu oleh rekan sebagai observer atau kolaborator. Observasi ini dilakukan dengan cara :
a.        Melaksanakan pengamatan selama proses pembelajaran dari awal sampai akhir mengenai penjelasan guru, kegiatan atau ktivitas siswa, proses belajar mengajar sampai dengan mengerjakan tugas.
b.        Mencatat hasil observasi dengan mengisi lembar observasi yang telah dipersiapkan dan memberi cecklist pada kolom yang disediakan, untuk menguji penggunaan metode Diskusi Kelompok dalam upaya  meningkatkan hasil belajar siswa.
Data penelitian dikumpulkan dan disusun melalui perangkat teknik pengumpulan data yang terdiri dari : sumber data, jenis data, teknik pengumpulan data, dan instrumen yang digunakan . Teknik pengumpulan data dapat dilhat pada tabel berikut ini :
Tabel 1. Sumber Data dan Instrumen
No
Sumber Data
Jenis Data
Teknik Pengumpulan Data
Instrumen
1
Siswa
Lembar Kerja Siswa
Jumlah siswa yang menjawab benar soal dalam tahap evaluasi di akhir siklus
Mengumpumpulkan
LKS
Melaksanakan tes tertulis
PertanyaanSoal
2
Guru
Langkah-langkah pembelajaran
Observasi
Pedoman Observasi
3
Guru dan Siswa
Aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung
Observasi
Pedoman Observasi
Tes  adalah pengujian atas kemampuan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa berupa nilai / angka. Tes ini dilakukan setiap siklus berakhir.
Dokumentasi, yaitu bukti-bukti tertulis berupa catatan hasil kegiatan, naskah soal, hasil kegiatan siswa, hasil tes , foto-foto kegiatan. Teknik dokumentasi ini bertujuan  untuk mendukung dan melengkapi data yang dibutuhkan dalam penelitian tindakan ini.
E.       Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian tindakan kelas ini adalah Deskriptif Persentase. Data yang diperoleh dianalisis dan hasilnya dipersentasekan. Adapun data yang dianalisis adalah data dari observasi dan data dari hasil tes.
F.        Indikator Keberhasilan
Bersumber pada hasil yang diperoleh dari tes siklus I dan tes siklus II yang mencerminkan pemahaman siswa pada konsep pembelajaran, diharapkan adanya peningkatan Aktivitas yang positif  dan hasil belajar siswa sesuai nilai yang diperoleh
 masing-masing siswa, minimal ada kemajuan dari sebelumnya.
Minimal 85 % dari jumlah siswa mencapai nilai hasil belajar tuntas untuk mata pelajaran IPS yaitu mencapai nilai KKM = 75.


  BAB  IV
     HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
           Penelitian yang dilakukan penulis terdiri dari 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan pembelajaran dan 1 pertemuan untuk tes. Materi yang dibahas adalah materi kelas 9 yang diberikan pada semester genap tentang Perjuangan Bangsa Indonesia dalam Merebut Irian Barat. Penelitian  dilakukan mulai tanggal 8 Februari  2012 sampai dengan tanggal 27 Februari 2012, dibantu oleh seorang kolaborator/ observer yang berfungsi sebagai teman diskusi dalam tahap refleksi. Adapun hasilnya seperti terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2 Data Awal Sebelum Tindakan
No
Aspek Penelitian
Sebelum TindakanPertemuan I
Refleksi
1
Minat Belajar  dan Aktivitas Siswa
Kurang
Guru sangat perlu memberi motivasi kepada siswa
Segera sosialisasikan PAIKEM
Harus mengevaluasi langkah-langkah pembelajaran
2
Aktivitas Guru
Cukup
Sebaiknya menuliskan tujuan pembelajaran
Sampaikan tujuan pembelajaran secara bertahap
Kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
3
Kendala yang dihadapi
Masih ada siswa yang datang terlambat
Terdapat siswa yang mengobrol saat pembelajaran
Terdapat siswa yang mengerjakan tugas mata pelajaran lain
Terdapat siswa yang diam saja
Harus segera cari solusi
Guru sangat perlu mengubah metode dalam pembelajaran
Perlu mengevaluasi langkah-langkah pembelajaran yang lebih efektif
Segera sosialisasikan PAIKEM
4
Hasil  Tes
Nilai terendah 50 ada 10 orang = 31,43%
Nilai 60 ada 12 orang = 32,43 %
Nilai 70 ada 3 orang = 8,11 %
Nilai 80 ada 9 orang = 24,32 %
Nilai 90 ada 2 orang = 5,41 %
Nilai 100 ada 1 orang = 2,70 %
Segera mengubah metode
Dicoba metode jigsaw
5
KetuntasanBelajar Klasikal
Dari 37 orang siswa yang tuntas 12 orang= 32,43 %
Perlu kerja keras untuk meningkatkan ketuntasan
Tabel 3. Hasil Pengamatan tiap Aspek pada Siklus I
No.
Aspek Penelitian
Tindakan 1Pertemuan 2
Refleksi

1
Aktivitas Siswa
89,19 %4 Orang siswa tidak aktif diskusi daalam tim ahli
Masih bingung dengan metode jigsaw
Beri  kesempatan siswa untuk bertanya .

2
Aktivitas Guru
Cukup
Agar menjelaskan kembali cara-cara jigsaw
Guru agar menyampaikan tujuan pembelajaran
Guru kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya


3
Kendala yang dihadapi
Kekurangan waktu untuk menyimpulkan materi dan memberi penguatan
Siswa belum terbiasa dengan metode Jigsaw
Menyiapkan tempat duduk menyita waktu
Pembagian kelompok terlalu banyak
Ke;ompok Tim Ahli anggotaya terlalu banyak
Diskusi Tim Ahli tidaak eektif
Masih ada beberapa siswa tidakmengikuti pembelajaran
Penentuan materi yang dibahas terlalu banyak.
Sisw tidak sempat presentasi
Siswa tidak sempat menyimpulkan materi
Pembelajaran dianggap gagal

4
Hasil Belajar
Nilai terendah 65 ,ada 3 orang = 8,11 %
Nilai 70 ada 6 orang = 16,22 %
Nilai 75 ada 10 orang = 27,03%
Nilai 80 ada 7 orang = 18,92 %
Nilai 85 ada 4 orang =10,81
Nilai 90 ada 5 orang = 13,51 %
Nilai tertinggi, 100 ada 2  orang = 8,11 %
Perlu kerja keras lagi untuk meningkatkan
hasil belajar melalui pemberian motivasi
agar mengevaluasi langkah-langkah pembelajaran


5
Ketuntasan Belajar Klasikal
Ada peningkatan siswa yang mencapai ketuntasan  belajar sebanyak 28 orang = 56,76 %
Tingkat kesukaran soal perlu diperhatikan
Jumlah soal perlu ditambah agar lebih banyak alternatif

Tabel 4. Hasil Pengamatan Tiap Aspek Siklus II
No
Aspek Penelitian
Data Awal Sebelum Tindakan
Refleksi
1
Aktivitas Belajar Siswa
94,59 %
Hampir semua siswa (35 orang dari 37 siswa ) aktif
Masing-masing siswa sudah terbiasa dengan Jigsaw
Perlu bimbingan dan pengawaasan dari guru agar aktifitas belajar lebih berkualitas
Perlu menambah sumber belajar
2
Aktivitas Guru
CukupKegiatan Awal, Kegiatan Inti dan Kegiatan Akhir sudah dilaksanakan secara sistematis sesuai dengan RPP.
Gurutentang pokok –pokok materi sebelum jigsaw dimulai
Agar menyediakan buku sumber yang lebih bervariasi
Lakukah motivasi dalam setiap pembelajaran
4
Hasil Belajar
Nilai 70 ada 6 orang =  10,81%
Nilai   75 ada 4 orang = 10,81 %
Nilai 80 ada 6 orang =  16,22%
Nilai 85 ada 5 orang = 13,51 %
Nilai 90 ada 7 orang = 18,92 %
Nilai 95 ada 6 orang =  16,22 %
Nilai 100 ada 3 orang = 8,11 %
Jenis dan bentuk soal agar lebih bervariasi
5
Ketuntasan Belajar Klasikal
Dari 37 orang siswa yang sudah  mencapai ketuntasan belajar , sebanyak 31 orang = 83,78 %.
Siswa yang belum tuntas sebanyak 6 orang = 16,22  %
Perlu ditingkatkan lagi hingga mencapai tingkat ketuntasan ideal yaitu sebesar 85 %
Karena penelitian ini lebih fokus pada hasil belajar siswa, berikut rekapitulasi hasil tes yang menunjukan hasil belajar siswa
Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II :
Tabel  5 .  Hasil Tes Siklus I dan Siklus II
No
Nilai
Jumlah Siswa  /  Persentase
Sebelum Tindakan
Siklus I
Siklus II
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
1
50
10
27,02
-
-
-
-
2
60
12
32,43
-
-
-
-
3
65
-
-
3
8,11
-
-
4
70
3
8,11
6
16,22
6
16,22
5
75
-
-
10
27,03
4
10,81
6
80
9
24,32
7
18.92
6
16,22
7
85
-
-
4
10,81
5
13,51
8
90
2
5,41
5
13,51
7
18,92
9
95
-
-
-
-
6
16,22
10
100
1
2,70
2
5,41
3
8,11
Rata2 nilai
65,67
79,46
84,19
B.     Pembahasan
1.       Aktivitas Siswa
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dalam penelitian tindakan  yang terdiri dari 2 siklus kegiatan,  diperoleh data bahwa aktivitas atau keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan. Berdasarkan data awal sebelum dilakukan tindakan , persentase keaktifan siswa  termasuk kategori kurang atau rendah , ini dilihat dari jumlah siswa yang aktif belajar belum maksimal, terbukti menurut catatan masih ada siswa yang  datang terlambat, siswa yang mengobrol saat pembelajaran berlangsung, terdapat siswa yang mengerjakan tugas mata pelajaran lain, dan masih ada siswa yang hanya diam saja . Hal ini disebabkan oleh berbagai kendala atau permasalahan yang beragam diantaranya karakteristik siswa kelas 9A yang agak sulit dikendalikan, kurang tepatnya metode pembelajaran yang digunakan ,atau faktor lain yang bisa mempengaruhi kurangnya aktivitas siswa, sehingga kegiatan pembelajaran yang seharusnya menjadi inti kegiatan , banyak terganggu oleh masalah yang dihadapi oleh masing-masing siswa baik secara teknis maupun adanya kegiatan pribadi yang tidak ada kaitannya dengan materi pembelajaran.
Sedangkan pada pertemuan berikutnya yaitu Siklus I, aktivitas belajar siswa menunjukan peningkatan yaitu sebesar 89,19 % . Besaran persentase ini dilihat dari jumlah siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran yaitu sebanyak 33 orang. Dari 37 orang siswa ada 4 orang yang tidak ikut diskusi dalam tim ahli. Sedangkan pada Siklus II, terjadi peningkatan yang cukup signifikan dari  aktivitas belajar siswa hingga mencapai 94,59 %, yaitu 35 orang siswa sudah mengikuti kegiatan belajar dengan baik. Peningkatan Aktivitas yang positif ini  terjadi setelah adanya tindakan melalui penggunaan Metode Pembelajaran Kooperataif tipe Jigsaw, dimana metode ini mengharuskan siswa  untuk aktif mempelajari materi dan menguasainya untuk didiskusikan dalam kelompok tim ahli, siswa harus bertanggung jawab atas tugasnya karena harus menjelaskan kembali kepada kelompok asalnya.
2.      Ativitas Guru
Observasi atau pengamatan yang dilakukan oleh rekan guru yang bertindak sebagai observer atau kolaborator menyatakan bahwa aktivitas guru sudah cukup bahkan sudah baik, meskipun masih ada beberapa hal yang harus diperbaiki berkaitan dengan bagaimana menciptakan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dipandang sesuai dengan kenyataan dimana aktivitas guru banyak berfungsi sebagai fasilitator dan motivator yang
melayani siswa, baik dalam menguasai materi pembelajaran maupun dalam meningkatkan kualitas belajar siswa. ini  Perlu dilakukan ekstra kerja keras untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih baik dan berkualitas.
3.       Kendala yang dihadapi
Kendala awal yang dihadapi adalah :
Masih ada siswa yang datang terlambat
Terdapat siswa yang mengobrol saat pembelajaran
Terdapat siswa yang mengerjakan tugas mata pelajaran lain
Terdapat siswa yang diam saja
Aktivitas Belajar siswa belum optimal
Hasil Belajar Siswa masih rendah.
Untuk menghadapi berbagai kendala tersebut dibutuhkan kemampuan  guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan berbagai cara diantaranya menggunakan metode pembelajaran yang paling sesuai dengan materi dan kebutuhan siswa, sehingga guru mampu menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif , dan menyenangkan, serta terus melakukan penelitian tindakan agar mampu mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi.  Dalam hal ini peneliti menggunakan Metode Cooperative Learning tipe Jigsaw.
Kendala atau kekurangan pada  Siklus I  adalah :
1)   Pembagian  materi yang terlalu banyak
2)   Pengelompokan siswa yang belum efektif
3)   Anggota Kelompok Tim Ahli terlalu banyak
4)   Siswa belum terbiasa dengan metode Jigsaw
Untuk mengatasi kendala tersebut peneliti melakukan tindakan pada Siklus II, yaitu dengan cara :
1)   Mengelompokkan siswa menjadi 7 kelompok  terdiri dari 5-6 orang (5 kelompok terdiri dari 5 orang dan 2 kelompok terdiri dari 6 orang), sehingga kelompok tim ahli tidak taerlalu banyak
2)   Membagi materi menjadi sub-sub materi yang lebih spesifik.
3)   Memperjelas kembali cara-cara jigsaw
4)   Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya
5)   Menyediakan buku sumber yang cukup
6)   Kendala yang dihadapi pada Siklus II adalah :
7)   Pengaturan posisi tempat duduk untuk diskusi tim ahli menyita waktu
8)   Masih ada siswa tidak partisipatif dalam diskusi tim ahli
Kendala-kendala atau permasalahan tersebut secara berangsur berkurang seiring dengan meningkatnyan kualitas belajar dan mengajar yang disajikan oleh guru dan siswa.
4.      Hasil Tes
Hasil tes siswa kelas 9A sebelum tindakan menunjukan angka yang rendah, nilai terendah yaitu 50  sangatlah jauh dari target ketuntasan minimal pelajaran IPS yang mencapai angka 75. Setelah diadakan tindakan, pada Siklus I mengalami peningkatkan, nilai terendah mencapai angka 65 bahkan pada Siklus II berikutnya mengalami kenaikan, nilai terendah mencapai 70. Dengan kata lain mengalami kenaikan yang cukup signifikan.
Hasil keseluruhan hasil tes siklus I dan siklus II terlihat pada tabel (Tabel 6) berikut :
No
Nilai
Jumlah Siswa  /  Persentase
Sebelum Tindakan
Siklus I
Siklus II
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
1
50
10
27,02
-
-
-
-
2
60
12
32,43
-
-
-
-
3
65
-
-
3
8,11
-
-
4
70
3
8,11
6
16,22
6
16,22
5
75
-
-
10
27,03
4
10,81
6
80
9
24,32
7
18.92
6
16,22
7
85
-
-
4
10,81
5
13,51
8
90
2
5,41
5
13,51
7
18,92
9
95
-
-
-
-
6
16,22
10
100
1
2,70
2
5,41
3
8,11
Rata2 nilai
65,67
79,46
84,19

5.      Ketuntasan Belajar Klasikal
Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal atau KKM  untuk mata pelajaran IPS di SMPN 1 Cipeundeuy sudah ditentukan sejak awal tahun pelajaran yaitu 75. Sebelum tindakan, nilai ketuntasan belajar klasikal siswa kelas 9A hanya mencapai 32,43 % yaitu hanya 12 orang dari jumlah siswa 37 orang  yang sudah mencapai nilai KKM.
Setelah diadakan tindakan pada siklus I  ternyata mengalami peningkatan yaitu mencapai 75,68 % yaitu sebanyak 28 orang sudah mencapai KKM. Bahkan pada siklus berikutnya Siklus II, mengalami peningkatan menjadi 83,78 % yaitu sebanyak 31 orang yang mencapai KKM. Ketuntasan Belajar secara klasikal dapat dilihat pada tabel  7. berikut :
No
Pencapaian Nilai
Sebelum Tindakan
Siklus I
Siklus II
Jml. Siswa
Presen        %
Jml. Siswa
Prosen  %
Jml Siswa
Prosen %
1
Dibawah KKM
25
67,57
9
24,32
6
16,22
2
Ambang KKM
-
-
10
27,03
4
10,81
3
Diatas   KKM
12
32,43
18
48,65
27
72,97
4
Mencapai KKM
12
32,43
28
75,68
31
83,78
Kenyataan ini menunjukan hal yang positif, meskipun belum sesuai dengan target indikator keberhasilan ketuntasan belajar ideal yang harus mencapai 85 %,  Namun sudah menunjukkan kemajuan yang cukup berarti bagi keberhasilan belajar siswa.
BAB  V    SIMPULAN DAN SARAN
A.     SIMPULAN
Penelitian Tindakan Kelas tentang Penggunaan metode Cooperative Learning Tipe Jigsaw untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa telah dilaksanakan dalam 2 siklus kegiatan, dapat penulis simpulkan sebagai berikut :
Hasil Belajar Siswa Kelas 9A SMPN I Cipeundeuy pada Siklus I mengalami peningkatan , yang dibuktikan dengan perolehan nilai atau hasil tes siswa yang semakin menunjukkan kemajuan. Siswa yang berhasil mencapai nilai KKM , meningkat menjadi 28 orang atau  75,67 %   atau terdapat peningkatan sebesar 31,67 % dari sebelumnya.
Hasil Belajar Siswa Kelas 9A SMPN I Cipeundeuy pada Siklus II mengalami peningkatan dari hasil belajar pada siklus I yang dibuktikan dengan perolehan nilai atau hasil tes yang diperoleh siswa. Siswa yang berhasil mencapai nilai KKM meningkat menjadi 31 orang atau  83,78 %   atau terdapat peningkatan sebesar 51,35 % dari sebelumnya.
Ketuntasan Belajar secara Klasikal menunjukkan adanya peningkatan yang cukup signifikan, meskipun belum mencapai kriteria ideal yang menunjukkan tingkat keberhasilan pembelajaran (85 %). Jumlah siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal meningkat menjadi 31 orang, yaitu  sebesar 83,78 %.
Penggunaan Metode Cooveratieve Learning Tipe Jigsaw dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 9A pada Mata Pelajaran IPS di SMPN I Cipeundeuy Kabupaten Bandung Barat.
B.      SARAN
Bagi siswa yang akan mengikuti pembelajaran harus lebih semangat lagi dan mempersiapkan diri dengan mempelajari materi terlebih dahulu di rumah dan memperhatikan petunjuk serta arahan yang disampaikan oleh guru tentang metode Jigsaw.
Bagi  rekan guru yang akan menggunakan metode Jigsaw dalam pembelajaran, agar :
1)   Menggunakan waktu seefektif mungkin dari setiap langkahnya.
2)   Membagi materi menjadi sub-sub materi sesuai dengan jumlah anggota dalam kelompok.
3)   Membimbing dan mengawasi terus siswa saat pembelajaran.
4)   Bagi Kepala Sekolah, agar memberi dukungan dengan menyediakan berbagai fasilitas yang dibutuhkan oleh guru, baik berupa media pembelajaran, sumber belajar maupun sarana prasarana lainnya dan memberi keleluasaan bagi guru untuk mengikuti pelatihan khususnya tentang sosialisasi berbagai metode pembelajaran.




= Baca Juga =



4 Comments

Previous Post Next Post