FGI
Penelitian
Contoh Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Pada Mata Pelajaran PPKn Kelas 6 SD
Berikut ini contoh LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN
KELAS UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENGELUARKAN PENDAPAT MELALUI
PEMBERIAN PUJIAN PADA PROSES BELAJAR MENGAJAR KELAS VI DI SD
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan wahana untuk mengembangkan dan
melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia
yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan
sehari-hari siswa, baik sebagai individu maupun sebagai individu maupun sebagai
anggota masyarakat, warga negara, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa (M.Daryono,
dkk, 2001: 203).
Perilaku-perilaku
yang dimaksud di atas seperti yang tercantum di dalam penjelasan Undang-Undang
tentang sistem Pendidikan Nasional, Pasal 39 ayat 2, yaitu perilaku yang
memancarkan iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang
terdiri dari berbagai golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang
adil dan beradab, perilaku yang bersifat persatuan bangsa dalam masyarakat yang
beraneka ragam kebudayaan dan beraneka ragam kepentingan. Perilaku yang mendukung
kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan perorangan
dan golongan sehingga perbedaan pemikiran, pendapat, atau kepentingan di atas
melalui musyawarah dan mufakat serta perilaku yang mendukung upaya untuk
mewujudkan keadilan sosial seluruh rakyat Indonesia.
Sebagai
suatu mata pelajaran yang ada dalam kurikulum sekolah, PKn memiliki misi yang
harus diemban. Di antara misi yang harus diemban adalah sebagai pendidikan
dasar untuk mendidik warga negara agar mampu berpikir kritis dan kreatif,
mengkritisi, mengembangkan pikiran. Untuk itu siswa perlu memiliki kemampuan
belajar tepat, menyatakan dan mengeluarkan pendapat, mengenal dan melakukan
telaah terhadap permasalahan yang timbul di lingkungannya agar tercapai
perilaku yang diharapkan.
Namun
dalam kenyataan di lapangan, banyak ditemukan berbagai kendala dalam proses
belajar PKn sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan tidak tercapai dengan
baik. Salah satu kendala itu antara lain tidak berani mengungkapkan pendapat.
Menurut Ace Suryadi dan Dasim Budimansyah (2001 : 2) yang merupakan salah satu
sumber kritik yang dilontarkan masyarakat adalah PKn telah digunakan sebagai
alat indoktinasi dari suatu sistem kekuasaan untuk kepentingan pemerintahan
yang ber kuasa. Eksesnya para siswa atau lulusan pendidikan semakin telah
dikondisikan untuk tidak berani mengemukakan pendapat dan koreksi terhadap
kesalahan penguasa. Nilai dan tindakan kreatif semakin terabaikan karena
masyarakat termasuk peserta didik hanya dituntut untuk menjadi penurut dan
peminta petunjuk.
Dengan
situasi seperti ini guru harus dapat mengambil suatu tindakan guna menyiasati
apa yang terjadi di kelas. Guru harus dapat mengubah strategi agar kemampuan
siswa dalam mengeluarkan pendapat semakin meningkat.
Untuk
itu guru mengambil strategi atau langkah-langkah meningkatkan kemampuan siswa
mengeluarkan pendapat melalui pemberian pujian. Pemberian pujian ini diharapkan
dapat memacu keaktifan dan keberanian siswa mengeluarkan pendapat.
Pujian
dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu yang berfungsi sebagai
insentif, sesuatu yang penting bagi anak dan yang memperbesar kemungkinan
terulangnya perilaku yang diinginkan (Mallory M. Collins dan H. Fantenelle,
1992 : 24). Pengharapan pujian ini bersifat pribadi tujuan utama pemberi pujian
adalah agar siswa mau melakuakan apa yang diminta dan diharapkan. Pujian sering
mengubah motivasi siswa, akan mengubah perilaku siswa dalam menghadapi sesuatu
yang semula dianggap tidak menarik menjadi sesuatu yang ingin dilakukan
(Mallory M. Collins dan H. Fentelle, 1992 : 24) sedangkan, menurut George
Brown, (1990 : 138), istilah teknis yang dipakai untuk menyatakan setiap teknik
mengurangi atau mengubah tingkah laku dengan Reinforcement dapat bersifat positif
(memberikan pujian) maupun negative (tidak memberikan pujian, umpan balik
korektif dan hukuman).
Pemberian
pujian dapat dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Proses belajar
mengajar dapat dikatakan sebagai aktivitas yang diharapkan dapat memberikan
pengalaman belajar pada diri siswa.
Proses
belajar dapat dikatakan berhasil apabila dapat membawa makna bagi siswa.
Konsekuensinya adalah pemilihan metode belajar mengajar yang mempunyai makna
bagi diri siswa, yaitu yang dapat menimbulkan dan mengembangkan pengetahuan
belajar mereka.
Bertolak
dari pemikiran tersebut peneliti mencoba untuk melaksanakan penelitian tindakan
dalam “Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Mengeluarkan Pendapat Melalui
Pemberian Pujian Pada Proses Belajar Mengajar Kelas VI Di SD .
B. Identifikasi
Masalah
Dari
latar belakang masalah, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai
berikut :
Siswa kurang memiliki
kemampuanj dalam mengeluarkan pendapat
Siswa kurang berminat untuk
mengeluarkan pendapat
Tidak adanya kepercayaan
diri
Aktifitas siswa dalam proses
belajar mengajar tidak terlihat
C. Pembatasan
Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah yang telah dikemukakan diatas maka untuk menghindari
pembahasan yang tidak terfokus terhadap masalah diatas maka perlu diadakan
pembatasan masalah. Karena keterbatasan waktu dan tenaga, maka penelitian ini
hanya pada siswa kelas VI saja, dengan upaya meningkatkan kemampuan
siswa mengluarkan pendapat melalui pemberian pujian.
D. Perumusan
Masalah
Berdasarkan
pembatasan masalah diatas maka perumusan masalah yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah “Apakah Kemampuan Siswa Dalam Mengeluarkan Pendapat Dapat
Ditingkatkan Melalui Pemberian Pujian? ”
E. Tujuan Penelitian
Penelitian
ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengeluarkan pendapat
melalui Reward [ pemberian pujian ] pada proses belajar mengajar
Kelas VI di SD.
F. Manfaat
Penelitian
Dari
tujuan penelitian yang dirumuskan, maka penelitian ini diharapkan dapat berguna
sebagai berikut :
Sebagai bahan masukan bagi
guru kelas dalam proses pembelajaran PKn untuk lebih bervariasi menggunakan
metode-metode mengajar agar dapat meningkatkan kemampuan siswa.
Bahan masukan bagi
penelitian sebagai penambahan pengetahuan peningkatan pengembangan diri dalam
menghadapi perkembangan dunia pendidikan.
BAB II KAJIAN
TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
A. Hakikat
Kemampuan Siswa Dalam Mengeluarkan Pendapat
Kemampuan
siswa dalam proses belajar mengajar pada khususnya dan pada dunia pendidikan
pada umumnya seringkali dikaitkan dengan intelegensi siswa.
Intelegensi
merupakan salah satu aspek yang selalu aktual untuk dibicarakan dalam dunia
pendidikan. Keaktualan itu dikarenakan intelegensi adalah unsur yang ikut
mempengaruhi keberhasilan belajar anak didik.
Menurut
ahli psikologis, yakni William Stern, intelegensi merupakan daya untuk
menyesuaikan diri secara mudah dengan kedaan baru dengan menggunakan
bahan-bahan pikiran yang ada menurut tujuannya (suharsini, 1990: 96).
Whitherington (1984: 198) mengatakan bahwa intelegen berfungsi apabila siswa
yang bersangkutan mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan cepat
tanpa mengalami suatu masalah. Itu berarti, seseorang yang sukar
beradaptasi dan banyak mengalami masalah dikatakan tidak inteligen.
Jadi,
dapat dipahami bahwa inteligensi adalah kemampuan untuk memahami dan
beradaptasi dengan situasi yang baru dengan cepat dan efektif, kemampuan untuk
menggunakan konsep yang abstrak secara efektif dan kemampuan untuk memahami
hubungan dan mempelajarinya dengan cepat.
William
Stern berpendapat bahwa intelejensi sebagian besar tergantung dengan dasar dan
turunan. Pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada intelejensi
seseorang. Juga Waterink seorang mahaguru di Amsterdam, menyatakan bahwa
menurut penyelidikannya belum dapat dikatakan bahwa intelijensi dapat
diperbaiki atau dilatih belajar berpikir hanya diartikannya, bahwa banyaknya
pengetahuan bertambah akan tetapi tidak berarti bahwa kekuatan berpikir
bertambah baik.
Pendapat-pendapat
baru membuktikan bahwa intelijensi pada anak-anak yang lemah pikiran dapat juga
dididik dengan cara yang lebih cepat. Juga kenyataan membuktikan bahwa daya
pikir anak-anak yang telah mendapat didikan dari sekolah, menunjukkan
sifat-sifat yang lebih baik daripada anak yang tidak sekolah.
Dari
batasan yang dikemukakan di atas, dapat kita ketahui bahwa:
Kemampuan merupakan faktor
total. Berbagai macam daya jiwa erat bersangkutan di dalamnya (ingatan,
fantasi, perasaan, perhatian, minat, dan sebagainya turut mempengaruhi
kemampuan.
Kita hanya dapat mengetahui
kemampuan seseorang dari tingkah laku atau perbuatannya yang tampak. Kemampuan
hanya dapat kita ketahui dengan cara tidak langsung, melalui kelakuan
intelijensinya, misalnya dan kemampuan siswa dalam mengeluarkan
pendapat.
Bagi suatu perbuatan
intelijensi bukan hanya kemampuan yang dibawa sejak lahir saja yang
penting. Faktor-faktor lingkungan dan pendidikan pun memegang peranan.
Bahwa manusia di dalam
kehidupannya senantiasa dapat menentukan tujuan-tujuan yang baru, dapat
memikirkan dan menggunakan cara-cara untuk mewujudkan dan mencapai
tujuan itu melalui sektor pendidikan.
Pendidikan
pada hakikatnya berlangsung dalam suatu proses. Proses itu berupa transformasi
nilai-nilai, pengetahuan, teknologi, dan keterampilan. Yang menerima
proses adalah siswa atau mahasiswa yang sedang tumbuh dan berkembang menuju ke
arah pendewasaan kepribadian dan penguasaan pengetahuan. Untuk menjaga agar proses
ini berlangsung dengan baik, dituntut adanya hubungan edukatif yang
baik antara pengajar atau pendidik dengan anak didik.
Dalam
proses belajar-mengajar terjadilah komunikasi timbal balik atau komunikasi dua
arah antara guru-siswa atau siswa –siswa. Siswa harus dilatih untuk berani
mengeluarkan pendapat disertai dengan argumentasinya. Mengeluarkan pendapat
pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang
kepada orang lain. Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan
lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan,
kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati.
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Poerwadarminta, 2000: 35, 59, 71, 96), kemampuan siswa dalam
mengeluarkan pendapat, memiliki arti sebagai berikut:
Kemampuan
yaitu kesanggupan, kecakapan, kepandaian yang berasal dari diri sendiri.
Siswa
yaitu murid, pelajar.
Mengeluarkan
yaitu menyampaikan sesuatu kepada orang lain.
Pendapat
yaitu pikiran, buah pemikiran.
Jadi
kemampuan siswa dalam mengeluarkan pendapat yaitu kesanggupan dan kepandaian
murid untuk menyampaikan pikiran kepada orang lain secara lisan.
Adakalanya
seseorang menyampaikan pendapatnya kepada orang lain tanpa menampakkan perasaan
tertentu. Pada saat lain seseorang menyampaikan perasaannya kepada
orang lain tanpa pemikiran. Tidak jarang pula seseorang menyampaikan
pikirannya disertai perasaan tertentu, disadari atau tidak
disadari. Komunikasi akan berhasil apabila pikiran disampaikan
dengan menggunakan perasaan yang disadari, sebaliknya komunikasi akan gagal
jika sewaktu menyampaikan pikiran, perasaan tidak terkontrol.
Pikiran
bersama perasaan yang akan disampaikan kepada orang lain itu oleh Walter
Lippman dinamakan picture in our head, dan oleh Walter Hagemann disebut
Bewustseinsinhalte.
Ngalim
Purwanto dalam bukunya Psikologi Pendidikan mengatakan bahwa dalam suatu proses
belajar mengajar, perasaan siswa sangat berpengaruh pada keberanian
mengeluarkan pendapat. Apabila siswa merasa senang, aman, maka
proses penyampaian pendapat akan berlangsung dengan baik. Sebaliknya apabila
siswa merasa takut, tidak senang, maka siswa akan takut pula mengeluarkan
pendapat.
B. Hakikat
Pemberian Pujian
M.
Ngalim Purwanto dalam bukunya Psikologi pendidikan menyatakan bahwa pemberian
pujian merupakan salah satu bentuk penguatan. Dalam kehidupan sehari-hari kita
mengenal adanya “hadiah”. Orang yang bekerja untuk orang lain hadiahnya
upah/gaji. Orang yang menyelesaikan suatu program sekolah, hadiahnya dalam
ijazah, membuat suatu prestasi dalam satu bidang olah raga, hadiahnya adalah
medali atau uang; tepuk tangan. Memberi salam pada dasarnya adalah suatu hadiah
juga. Pemberian hadiah tersebut secara psikologis akan berpengaruh tingkah laku
seseorang yang menerimanya. Demikian juga halnya dengan hukuman yang diberikan
seseorang karena telah mencuri, menyontek, tidak mengerjakan tugas, datang
terlambat, menipu, dan lain-lain yang pada dasarnya juga akan berpengaruh
terhadap tingkah laku orang yang menerima hukuman. Baik pemberian hadiah maupun
pemberian hukuman merupakan respon seseorang kepada orang lain karena
perbuatannya. Hanya saja pada pemberian hadiah adalah merupakan
respon yang positif, sedangkan pada pemberian hukum adalah respon yang negative.
Namun, kedua respon tersebut memiliki tujuan yang sama, yaitu ingin mengubah
tingkah laku yang sudah baik (bekerja, belajar, berprestasi, dan memberi) itu
frekuensinya akan berulang atau bertambah. Sedang respon yang negative
(hukuman) bertujuan agar tingkah laku yang kurang baik itu frekuensinya
berkurang atau hilang. Pemberian respon yang demikian dalam proses interaksi
edukatif disebut “pemberian penguatan”, karena hal tersebut akan membantu
sekali dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Dapat dilakukan dengan pemberian
penguatan.
Menurut
Syaiful Bahri Djamarah (2001 : 26) dalam pemberian penguatan perlu
dipertimbangkan apakah untuk siswa SD. Variasi siswa dalam kelas (kelamin,
agama, ras) kelompok usia tertentu. Dalam memberikan penguatan diperlukan
penggunaan komponen keterampilan yang tepat. Komponen tersebut yaitu :
1. Penguatan
Verbal
Pujian
dan dorongan yang diucapkan oleh guru untuk respon atau tingkah laku siswa
adalah pengutan verbal. Ucapan tersebut dapat berupa kata-kata yaitu bagus,
baik, betul, benar, tepat dan lain-lain. Dapat juga berupa kalimat misalnya
hasil pekerjaanmu baik sekali atau sesuai benar tugas yang kau kerjakan.
2. Penguatan
Gestural
Pemberian
penguatan gestural sangat erat sekali dengan pemberian penguatan verbal. Ucapan
atau komentar yang diberikan guru terhadap respon, tingkah laku, pikiran siswa
dapat dilakukan dengan mimic yang cerah, senyum, mengangguk, acungan jempol,
memberi salam, menaikkan bahu, geleng-geleng kepala, menaikkan tangan dan lain-lain.
Semua gerakan tubuh tersebut adalah merupakan bentuk pemberian panguatan
gestural. Dalam hal ini guru dapat mengembangkan sendiri, sesuai dengan
kebiasaan yang berlaku sehingga dapat memperbaiki interaksi guru-siswa yang
menguntungkan.
3. Penguatan
Kegiatan
Penguatan
dalam bentuk kegitan ini banyak terjadi bila guru menggunakan suatu kegiatan
atau tugas, sehingga siswa dapat memilihnya atau menikmatinya sebagai suatu
hadiah atas suatu pekerjaan atau penampilan sebelumnya. Perlu diperhatikan
disini bahwa dalam memilih kegiatan atau tugas hendaknya dipilih yang memiliki
relevansi dengan tujuan pelajaran yang dibutuhkan dan digunakan siswa. Contoh
penguatan kegiatan yaitu pulang lebih dulu, diberi waktu istirahat lebih,
mendengarkan musik atau radio, melihat tv, dan lain-lain yang menyenangkan.
4. Penguatan
Mendekati
Perhatian
guru kepada siswa menunjukkan bahwa guru tertarik, secara fisik guru mendekati
siswa, dapat dikatakan sebagai penguatan mendekati siswa sacara fisik
dipergunakan untuk memperkuat penguatan verbal, penguatan tanda, dan penguatan
sentuhan. Contoh penguatan mendekati yaitu berdiri disamping siswa, berjalan
dengan siswa, duduk dengan kelompok diskusi dan berjalan maju.
5. Penguatan
Sentuhan
Erat
sekali hubungannya dengan penguatan mendekati. Penguatan sentuhan adalah
merupakan penguatan yang terjadi bila guru secara fisik menyentuh siswa
misalnya menepuk bahu, berjabat tangan dan antusiasi. Penggunaan cara dan jenis
komponen yang sama, misalnya guru selalu menggunakan kata-kata bagus akan
mengurangi efektivitas pemberian penguatan. Pemberian penguatan juga akan
bermanfaat bila arah pemberiannya bervariasi, mula-mula keanggota kelas,
kemudian ke kelompok kecil, akhirnya ke individu atau sebaliknya dan tidak berurutan
6. Bermakna
Agar
setiap pemberian penguatan menjadi efektif, maka harus dilaksanakan pada
situasi dimana siswa mengetahui adanya hubungan antara pemberian penguatan
terhadap tingkah lakunya dan melihat bahwa itu sangat bermanfaat. Sering pemberian
penguatan secara verbal menjadi efektif atau bahkan menjadi salah satu kejadian
terhadap siswa karena guru menggunakan kalimat yaitu “Pekerjaanmu bagus.” Siswa
menjadi curiga dan bahkan merasa diejek karena ia sadar pekerjaannya tidak
bagus. Akibatnya pemberian penguatan menjadi tidak bermakna karena guru kurang
hangat dan antusias. Tujuan penggunaan keterampilan memberi penguatan
dalam bentuk pujian adalah :
Meningkatkan perhatian siswa
dan membantu siswa belajar bila pemberian penguatan digunakan secara efektif.
Memberi motivasi kepada
siswa.
Dipakai untuk mengontrol
atau mengubah tingkah laku siswa yang mengganggu dan meningkatkan cara belajar
yang produktif.
Mengembangkan kepercayaan
siswa untuk mengatur diri sendiri dalam pengalaman belajar.
Mengarahkan terhadap
pengembangan berpikir yang berbeda dan pengambilan inisiatif yang bebas.
Seperti Parvov dan Watson,
Skinner juga memikirkan tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang dan
respon. Hanya perbedaannya Skinner memberiakan perincian lebih jauh. Skinner
membedakan adanya 2 macam respon yaitu :
Respondents respons
(reflexive respon) yaitu respon yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang
tertentu. Misalnya keluar air liur setelah melihat makanan tertentu. Pada
umumnya perangsang-perangsang yang demikian mendahului respon yang
ditimbulkannya.
Operant response
(instrumental respon) yaitu respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh
perangsang-perangsang tertentu. Perangsang yang demikian itu disebut
Reinforching Stimuli atau Reinforcer karena perangsang itu memperkuat respon
yang telah dilakukan oleh organisme. Jadi yang demikian itu mengikuti dan
karenanya memperkuat suatu tingakah laku tertentu yang telah dilakukannya.
Seseorang ada yang belajar/telah melakukan perbuatan lalu mendapat hadiah, maka
ia akan menjadi lebih giat belajar (responnya menjadi lebih intensif/kuat).
Seperti halnya dengan
Skinner maka Clark Chull mengikuti jejak Thorndike dalam usahanya mengembangkan
teori belajar. Prinsip-prinsip yang digunakannya mirip dengan apa yang
dikemukakan oleh para behavioris yaitu dasar stimulus respons
adanya reinforcement.
Clark Chull mengemukakan
teorinya yaitu bahwa suatu kebutuhan atau keadaan terdorong (oleh motif,
tujuan, maksud, aspirasi, ambisi) harus ada dalam diri seseorang yang belajar
sebelum suatu respon dapat diperkuat atas dasar pengurangan kebutuhan itu.
Dalam hal ini efesiensi belajar tergantung pada besarnya tingkat pengurangan
dan kepuasan motif yang menyebabkan timbulnya usaha belajar itu oleh respon-respon
yang dibuat individu itu. Setiap objek, kejadian atau situasi dapat mempunyai
nilai sebagai penguat apabila hal itu dihubungkan dengan penurunan terhadap
suatu keadaan kekurangan pada diri individu itu yaitu jika objek, kejadian atau
situasi tadi dapat menjawab suatu kebutuhan pada saat individu itu melakukan
respon.
Prinsip penguat
atau reinforcer menggunakan seluruh situasi yang memotivasi mulai
dari dorongan biologis yang merupakan kebutuhan seseorang sampai pada
hasil-hasil yang memberikan ganjaran bagi seseorang misalnya uang, perhatian,
afeksi, dan aspirasi sosial tingkat tinggi.
C. Tujuan Memberikan Pujian
Dalam
kegiatan pembelajaran, pujian atau penguatan mempunyai peran penting dalam
meningkatkan keefektifan kegiatan pembelajaran. Pujian atau respon positif guru
terhadap prilaku perbuatan siswa yang positif akan membuat siswa merasa senang
karena dianggap mempunyai kemampuan namun sayangnya guru sangat jarang memuja
prilaku atau perbuatan siswa yang positif. Yang sering terjadi adalah guru
menegur atau memberi respon negatif terhadap perbuatan siswa yang negatif
sehingga terampil dan terbiasa memberi penguatan.
Dalam kaitan dengan
pembelajaran tujuan memberi penguatan adalah untuk:
Meningkat kan perhatian
siswa
Membangkitkan dan memelihara
motivasi siswa
Memudahkan siswa belajar
Mengontrol dan memodifikasi
tingkah laku siswa serta mendorong munculnya prilaku yang positif
Menumbuhkan rasa percaya
diri pada siswa
Memelihara iklim kelas yang
kondusip
D. Perinsip Pemberian Pujian
Agar
pujian yang diberikan guru dapat berfungsi secara efektif, guru hendaknya
memperhatikan prinsip-prinsip pembaerian pujian sebagai berikut:
Kehangatan dan Keantusiasan
Kehangatan
dan keantusiasan dapat ditunjukan dengan berbagai cara, misalnya dengan wajah
atau muka berseri disertai senyuman, suara yang riang dan penuh perhatian ataub
sikap yang memkberi kesan bahwa pujian yang diberikan memang sungguh-sungguh
Kebermaknaan
Guru
haruslah bermakna bagi siswa. Artinya, siswa memang merasa terdorong untuk
meningkatkan penampilannya. Misalnya, jika guru mengatakan “model yang kamu
rancang sangat menarik”, karena model yang dibuat siswa tersebut memang
benar-benar menarik hingga siswa benar-benar merasa bahwa ia memang patut mendapat
pujian. Dengan perkataan lain, pujian itu bermakna bagi dia, sehingga mendorong
dia untuk bekerja lebih giat dalam menciptakan model, namun jika model yang
dibuat sangat kasar, datidak sesuai dengan tugas yang diberikan sebaiknya guru
jangan memuji model tersebut, tetapi hanya mencoba menyadarkan siswa tersebut
akan hasil karyanya, misalnya dengan mengatakan “saya tahu kanu sudah bekerja
keras menciptakan model ini kalau bagian ini kamu perhalus lagi, modelmu akan
menjadi lebih baik”.
Menghiondari Penggunaan
Respon Negatif
Respon
negatif seperti kata-kata kasar, cercaan, hukuman, atau ejekan dari guru
merupakan senjata ampuh untuk menghancurkan iklim kelas yang kondisif maupun
kepribadian siswa sendiri. Oleh karena itu guru hendaknya menghindari segala
jenis respon negatif tersebut. Jika siswa memberikan jawaban atau menunjukan
penampilan yang tidak memuaskan, guru hendaknya menahan diri dari keinginan
mencela atau mengejek jawaban atau penampilan siswa. Apabiola jawaban siswa
keliru guru dapat mengalihkan jawaban tersebut pada siswa lain, dengan cara
tersebut siswa akan menyadari bahwa jawabannya kurang sempurna. Jika siswa
menunjukan penampilan yang tidak sempurna guru dapat meminta siswa yang
dianggap mampu untuk mendemonstrasikan penampilan tersebut, kemudian siswa
pertama diminta memperbaiki penampilannya. Dengan cara-cara tersebut diatas,
guru akan tetap memberikan balikan pada siswa serta sekaligus terhindar dari
penguatan respon negatif (Udin S. Winata Putra 2005:7.21)
BAB III METODE PENELITIAN
A. Sasaran
Penelitian
Penelitian
dilakukan di SD pada tahun ajaran 2014/2015 kepeda siswa kelas VI berjumlah 40
orang. Yang dilaksanakan pada semester II pada tanggal 5 Februari 2015 siklus I
dan 19 Februari 2015 siklus II dengan target yang diharapkan meningkatkan
kemampuan siswa dalam mengeluarkan pendapat dengan menggunakan pujian (Reward)
B. Subjek
Penelitian
Pada
penelitian ini subjek yang dipergunakan adalah Penelitian Tindakan
Kelas Peneliti selaku orang yang melakukan tindakan harus terlibat
langsung dalam objek penelitian. Seperti yang dikemukakan oleh Suwarsih Madya
bahwa orang yang melakukan penelitian tindakan harus terlibat secara langsung
dalam proses penelitian awal (Suwarsih Madya, 1994: 27).
Sehubungan
dengan ini maka peneliti dapat melihat secara nyata adanya kesenjangan di
lapangan (kelas) antara harapan yang diinginkan dan kenyataan yang ada,
sehingga peneliti dapat mendiagnosa, merencanakan suatu tindakan yang tepat,
dan melaporkan hasil penelitian tersebut.
C. Metode Penilitian
Dalam
pengumpulan data yang dipergunakan menggunakan model Penelitan tindakan Kelas,
menurut para ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan kelas dengan
bagan yang berbeda dengan empat tahapan yang wajib dilalui :
1) Perencanaan.
Tahapan ini berupa menyusun
rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh
siapa da bagaimana tindakan tersebut dilakukan guru dapat merancang PTK dengan
kegiatan utama sebagai berikut.
1. Merancang isdi mata
pelajaran dan bahan pelajaran dengan konsp kontruktivistik, dalam hal ini mata
pelajara disusu dengan berbasis kentekstual
2. Merancang strategi dan
sekenario penerapan pembelajaran yang menggunakan prinsip pembelajaran
konstruktivistik, seperti mengaktifkan proses bertanya, penemuan, pemodelan.
3. Menetapkan indikator
ketercapaian dan menyusun pengumpulan data.
2) Tindakan.
Pada tahap ini rancangan
strategi dan sekenario penerapan pembelajaran akan diterapkan,tindakan yang
akan dilakukan padea satu PTK Sebagai berikut.
1. Dirancang penerapan
pemberian pujian dalam pembelajaran dan
2. Pembagian kelompok kecil
sesuai pokok bahasan, dipilih ketua sekretaris dan lain-lain
3. Kegiatan kelompok,
anggota kelompok belajar memahami materi dan menuliskan hasil pembelajaran
4. Presentasi, presentasi
masing-masing kelompok menyakjikan hasil kerjanya kemudian melakukan diskusi
dan mengambil kesimpulan
3) Pengamatan
dan hasil observasi.
Tahap ini sebenarnya
bersamaan dangan saat pelaksanaan pengamatan dilakukan pada waktu tindakan
sedang bejalan jadi keduanya berlangsung pada saat yang sama pada saat ini
peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan selama
pelaksanaan berlangsung, instrumen yang umum dipakai adalah lembar
observasi dan angket sisiwa untuk memperoleh data secara objektif selama
pemberian tindakan berlangsung, reaksi mereka, atau petunjuk-petunjuk lain yang
dipakai sebagai bahan dalam analisi untuk keperluan refleksi.
4) Refleksi.
Tahapan ini dimaksudkan
untuk mengkaji secara menyeluruh tindakman yang telah dilakukan, berdasarkan
data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan
tindakan berikutnya yang mencakup analisis, sintesi, dan
penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan.
Jika terdapat masalah daei tindakan refleksi maka dilakukan proses pengkajian
ulang melalui siklus berikutnya (Hopkins,1993)
D. Metode
Pengumpulan Data
Metode
yang dipergunakan untuk keberhasilan tindakan kelas dalam upaya meningkatkan
kemampuan siswa dalam mengeluarkan pendapat melalui pemberian pujian dengan
mempergunakan hasil observasi (Observer guru) dan angket siswa pada siklus I
dan siklus II
E. Cara
Pengambilan Keputusan
Untuk
mengetahui peningkatkan kemampuan siswa dalam mengeluarkan pendapat melalui
pemberian pujian, peneliti mencoba untuk menyelesaikan masalah ini dengan
rencana tindakan sebanyak dua siklus yaitu siklus I dengan rencana tindakan I
dan siklus II dengan rencana tindakan II. Setiap siklus terdiri dari 4 langkah
yaitu:
1. Siklus I
a. Perencanaan:
- Merencanakan
pembelajaran yang akan diterapkan dalam PBM
-
Menentukan materi pelajaran mengembangkan sekenario pembelajaran
- Menyiapkan
sumber belajar
- Mengembangkan
evaluasi
- Mengembangkan
format obserfasi dan angket
b. Tindakan
-
Menerapkan tindakan mengacu pada sekenario pembelajaran
c. Pengamatan
-
Melakukman observasi
-
Menilai hasil tindakan
d. Refleksi
-
Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan
-Memperbaikai
pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus
berikutnyas
Siklus II
a. Perencanaan
-
Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah
-
Pengembangan program tindakan II
b. Tindakan
-
Pelaksanaan program tindakan II
c. Pengamatan
-
Pengumpulan data tindakan II
d. Refleksi
-
Evaluasi tindakan II
BAB V KESIMPULAN, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil Penelitian Tidakan Kelas ( PTK ) yang telah dilaksanakan pada tanggal 5
Februari 2015 dan 19 Februari 2015 dapat ditarik kesimpulan bahwa upaya untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam mengeluarkan pendapat melalui pemberian
pujian dapat memberikan hasil yang baik.
Dengan Pemberian Ujian siswa
dituntut lebih aktif membaca sehingga mampu mengeluarkan pendapat, aktif
mencari informasi sesuai dengan pokok bahasan sehingga dapat meningkatkan
prestasi dan dapat meningkatkan kwalitas pembelajaran PKn. Selama proses belajar-mengajar
berlangsung siswa juga diharuskan lebih tekun dan serius untuk mendengarkan
penjelasan-penjelasan guru mengenai materi pembelajaran.
Oleh
karena itu dengan menggunakan pemberian pujian mampu untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam mengeluarkan pendapat dalam pembelajaran PKn di SD.
B. Implikasi
Tujuan
di dalam kegiatan mengajar ialah untuk menumbuhkan minat dalam kegiatan
belajar. Peran guru dalam kegiatan belajar mengajar tergantung kepada
penggunaan metode mengajar. Jika menggunakan ceramah, peran guru hanya
menerangkan materi, ini berarti siswa tidak diberi kesempatan untuk
mengeluarkan pendapat. Sedangkan fungsi reword (stimulus respon)
adalah mampu merekrut daya pikir, sikap, dan perasaan siswa untuk dilibatkan dalam
perbuatan pengamalan Pancasila. Jadi guru harus mampu memberikan
pengalamannya di kelas. Siswa diberi kebebasan untuk mengeluarkan pendapat,
memberikan penjelasan, mendengarkan, bertanya, menerangkan jawaban-jawaban dan
sebagainya. Ini berarti guru harus mengetahui kemauan dan kemampuan
siswa untuk mau mengeluarkan pendapat dalam proses pembelajaran
PKn. Salah satu upaya meningkatkan kemampuan siswa untuk
mengeluarkan pendapat dalam proses pembelajaran PKn, guru memberikan pujian
baik verbal, ekstraverbal, maupun nonverbal.
Adanya
hasil yang positif pemberian pujian sebagai upaya meningkatkan kemampuan siswa
dalam proses pembelajaran PKn mengandung implikasi bahwa pemberian pujian
adalah sebagai upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam proses pembelajaran
PKn.
Pemberian
pujian sebaagai upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam mengeluarkan pendapat
diharapkan siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran PKn, sehingga
siswa terdorong mau mengeluarkan pendapat dan gagasannya dalam kegiatan belajar
mengajar.
Dengan
kopetensi dasar menjelaskan pengertian kerjasama negara-negara Asia tenggara,
dalam materi pelajaran peran Indonesia di lingkungan Asia Tenggara. Maka
pemberian pujian yang positif cocok diterapkan, karena siswa mau mengeluarkan
pendapatnya. Sesuai dengan tindakan pertama dan kedua serta refleksi
tentang penggunaan gagasan siswa serta variasi interaksi, guru perlu mencari
strategi yang tepat untuk mengarahkan dan membagi-bagi pertanyaan, mencari dan
meminta sumbangan pikiran dari semua yang ada dalam kelas.
C. Saran
Dari
temuan peneliti di lapangan, kiranya dapat peneliti sarankan hal-hal sebagai
berikut:
1. Untuk siswa
Dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar diharapkan selalu memperhatikan pelajaran
yang disampaikan guru, sehingga akan dapat lebih mengerti, memahami dan hasil
belajarnya pun akan semakin baik.
2. Untuk guru
Dalam
melaksanakan kegiatan belajarmengajar, guru yang lainnya dapat mempergunakan
pemberian pujian yang tentunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi belajar
sehingga tujuan dari pembelajaran akan dapat tercapai sesuai dengan yang
diprogramkan/ditargetkan.
DAFTAR PUSTAKA
Collinus, M. Mallory dan H.
Fontenelle, (1992), Mengubah Perilaku Siswa Pendekatan Positif, BPK Gunung
Mulia Jakarta.
Daryono, M., dkk, (1997),
Pengantar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Renika Cipta Jakarta.
Madya Suwarsih, (1994),
Panduan Penelitian Tindakan, Yogyakarta, Lebaga Penelitian IKIP Yogyakarta.
Maidar G. Arsjad, (1998),
Pembinaan Kemampuan Berbicara, Erlangga : Jakarta.
M. G. Arsjad, (1998),
Pembinaan Kemampuan Berbicara, Erlangga Jakarta.
M. Ngalim Purwanto, MP.,
(1990), Psikologi Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya Bandung.
Onong Uchjana Effendy, MA.,
(1994), Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT. Remaja Rosdakarya Bandung.
Poerwadarminto WJS., (1992),
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Roestiyah NK, (1998),
Strategi Belajar Mengajar, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Sardiman, (1998) Interaksi
dan Motivasi Belajar Mengajar, Sinar Baru: Bandung.
Soekartani, (1995),
Meningkatkan Efektivitas Mengajar, Pustaka Jaya: Jakarta.
Syaiful Bahri Djamarah,
(1977), Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Rineka Cipta, Jakarta.
Winarno Surakhmad, (1992),
Pengantar Interaksi Mengajar Belajar, Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran,
Tarsito Bandung.
Tidak ada komentar
Posting Komentar