FGI
Penelitian
Contoh Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Pada Mata Pelajaran PAI Kelas 5 SD
Ini contoh Penelitian Tindakan Kelas dengan judul: “Meningkatkan kemampuan membaca dan menulis Al-quran siswa dengan menggunakan metode demonstrasi di Kelas V SD
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Qur’an menurut bahasa adalah
“bacaan”. Adapun definisi al-quran adalah kalam Allah SWT. yang
merupakan mu’jizat yang
diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW.
dan membacanya adalah ibadah. Dengan
definisi ini, maka kalam Allah
yang diturunkan kepada nabi-nabi selain Nabi
Muhammad Saw tidak dinamakan Al-quran.
Al-Qur’an adalah kitab
suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad Saw,
sebagai salah satu rahmat yang tidak ada
taranya bagi alam semesta. Di
dalamnya terkumpul wahyu illahi yang
menjadi petunjuk, pedoman, dan pelajaran bagi
siapa yang mempercayainya serta mengamalkannya.
Bukan itu saja, tetapi juga Al-quran itu
adalah kitab suci paling terakhir yang
diturunkan Allah, yang
isinya mencakup segala pokok-pokok syariat yang terdapat dalam
kitab-kitab suci yang diturunkan sebelumnya. Karena
itu,
setiap orang yang mempercayai Al-quran,
akan bertambah cinta kepadanya,
cinta untuk membacanya, untuk mempelajari dan
memahaminya serta pula untuk mengamalkan dan
mengajarkannya.
Setiap
mukmin yakin, bahwa membaca Al-quran termasuk amal yang
sangat mulia dan akan mendapatkan pahala.
Al-quran adalah sebaik-baik bacaan bagi orang mukmin,
baik di kala
senang maupun dikala susah dikala gembira ataupun dikala sedih, bahkan membaca al
quran menjadi obat dan penawar bagi
orang yang gelisah jiwanya.
Setiap mukmin yang
mempercayai Al-quran, mempunyai kewajiban dan
tanggung jawab terhadap kitab sucinya itu. Diantara
tanggung jawab itu ialah mempelajarinya dan
mengajarkannya.
Belajar dan mengajarkan Al-quran adalah
kewajiban suci dan mulia. Rasulullah SAW. bersabda “Yang
sebaik-baik kamu ialah orang yang mempelajari Al-quran dan
mengajarkannya”.
Kini
kita hidup di dunia yang
tanpa batas (borderless), era globalisasi.
Berbagai informasi baik
itu diperlukan atau tidak, buruk atau
baik menghampiri rumah-rumah kita setiap saat tanpa dapat dibendung. Banjir informasi yang
sebagian besar tidak diperlukan ini
bagi sebagian kecil orang
merupakan anugerah, namun bagi sebagian
besar lainya lebih sering berakibat
buruk walaupun kadang kurang disadarinya.
Era informasi
yang oleh Alvin
Tofler disebut dengan
istilah gelombang ketiga “third wave” ini
melanda seluruh dunia. “Barang siapa yang
menguasai informasi maka dia akan
menguasai dunia” bukanlah isapan jempol.
Sayangnya, yang
menguasai pusat-pusat informasi adalah mereka yang bermodal besar namun
minim tanggung jawab
moral, sehingga program-program yang
disuguhkan sebagian besar program yang tidak mendidik bahkan
cenderung merusak moral. Bagi mereka tidak masalah
apapun program yang disajikan selama itu
disukai masyarakat dan
mendatangkan keuntungan yang banyak.
Akibat selanjutnya adalah
terjadinya dekadensi moral melanda sebagian
besar masyarakat. Pergaulan bebas, gaya
hidup yang
serba bebas, obat-obatan terlarang, minum-minuman
keras, dan efek-efek negatif lainnya.
Untuk
mengantisipasi dampak negatif media informasi yang
merusak perlu
adanya gerakan kembali kepada
Al-quran dalam rangka menggali nilai-nilai
Al-quran sebagai
perisai guna membentengi diri dalam
menghadapi budaya-budaya yang merusak moral.
Belajar
Al-quran hendaknya dilakukan dari
semenjak dini sekitar 5 atau
6 tahun, sehingga ketika beranjak remaja anak diharapkan familiar dengan
bacaan-bacaan Al-quran bahkan sudah mampu menghafal surat-surat pendek.
Belajar Al-quran dapat
dibagi kepada
beberapa tingkatan, yaitu belajar membacanya sampai
lancar dan baik, menuruti qaedah-qaedah yang berlaku dan qiraat dan tajwid, belajar arti dan
maksudnya sampai mengerti akan
maksud-maksud yang terkandung di
dalamnya dan belajar menghafalnya di luar
kepala.
Tidak dapat dipungkiri masih terlalu banyak anak-anak yang
belum bisa membaca dan
menulis Al-quran dengan berbagai alasan padahal
Al- quran merupakan rujukan utama bagi
umat Islam.
Bagaimana bisa menggali nilai-nilai Al-quran dalam
rangka membentengi diri dalam
menghadapi budaya-budaya yang merusak moral
jika anak tidak dapat membaca dan
menulis Al-quran.
Berdasarkan uraian tersebut di
atas penulis tertarik untuk
melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan
judul : “Meningkatkan kemampuan membaca dan menulis
Al-quran siswa dengan menggunakan metode demonstrasi di
Kelas V SD”.
1.2 Identifikasi
Masalah
Bertolak dari latar belakang
masalah tersebut di atas, maka pokok-pokok masalah yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kemampuan siswa
kelas V SD dalam membaca Al-Qur’an kurang
lancar
2. Kemampuan siswa
kelas V SD dalam menulis Al-Qur’an masih kurang.
3. Penggunaan
metode pembelajaran masih terlalu sulit, sehingga prestasi yang
dicapai masih rendah.
1.3 Pembatasan
dan Rumusan Masalah
1.3.1 Pembatasan
Masalah
Agar pembahasan dalam
penelitian ini tidak terlalu meluas, maka penulis akan membatasinya pada :
Penggunaan metode demonstasi dalam meningkatkan kemampuan
membaca dan menulis Al-Quran siswa kelas V SD.
1.3.2 Rumusan
Masalah
Masalah adalah
pertanyaan-pertanyaan yang sengaja diajukan untuk dicari jawabannya melalui
penelitian, Sudjana N. (1997:21). Menurut pendapat di atas
masalah yaitu masalah-masalah yang
sengaja diajukan jawabannya diperoleh melalui penelitian.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka
masalah penelitian ini adalah :
a. Apakah
metode demonstrasi dapat meningkatkan aktifitas siswa membaca dan menulis Al
quran di kelas V SD?
b. Apakah
metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan
membaca dan menulis Al quran siswa di SD?
c. Apakah
metode demonstrasi dapat meningkatkan prestasi membaca dan
menulis Al quran siswa di SD?
1.4 Tujuan
Penelitian
Berdasarkan permasalahan di
atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk
Meningkatkan aktifitas belajar siswa dalam pembelajaran PAI aspek Al
quran melalui metode demonstrasi di SD.
2. Untuk
mengetahui efektifitas metode demonstrasi dalam meningkatkan kemampuan membaca
dan menulis siswa dalam pembelajaran PAI aspek Al quran
3. Meningkatkan prestasi belajar
siswa dalam pembelajaran PAI aspek Al quran melalui
metode demonstrasi di SD.
1.5 Manfaat
Penelitian
Hasil penelitian tindakan
kelas ini diharapkan memberikan manfaat terhadap perbaikan kualitas pendidikan
dan pembelajaran, di antaranya :
1. Bagi
siswa, dapat lebih meningkatkan pemahaman dan penghayatan siswa, berani
bertanya, mengemukakan pendapat dan dapat meningkatkan hasil belajar PAI aspek
AlQur’an
2. Bagi
guru, sebagai salah satu alternatif dalam upaya meningkatkan hasil belajar PAI
dengan metode demonstrasi.
Berdasarkan uraian tersebut
di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul
: Meningkatkan kemampuan membaca dan menulis Al-Qur’an siswa melalui metode
demonstrasi di kelas 5 pada semester 2 di SD.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Membaca
Membaca adalah suatu proses
yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh
pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa
tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan
suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu
pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan
dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan
yang tersirat tidak akan tertanggkap atau dipahami, dan proses membaca itu
tidak terlaksana dengan baik (Hodson, 1960:43-44).
Dari segi linguistik,
membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording
and decoding process), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru
melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding)
adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) yang mencakup
pengubahan tulisan/cetakan (oral language meaning) yang mencakup
pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna. (Andrson,
972 : 202-210).
2.2 Tujuan
Membaca
Tujuan utama membaca adakah
untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan.
Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau
intensif kita dalam membaca.
2.3 Pengertian
Menulis
Menulis dapat didefinisikan
sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa
tulis sebagai alat atau medianya. Pesan adalah isi atau
muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah
simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakaiannya.
Dengan demikian, dalam komunikasi tulis paling tidak terdapat
empat unsur yang
terlibat : Penulis sebagai penyampai pesan (penulis), pesan atau isi
tulisan, salursan atau media berupa tulisan,
dan pembaca sebagai penerima pesan.
2.4 Manfaat
Menulis
Adapun manfaat dari kegiatan
menulis ini di antaranya adalah sebagai berikut :
meningkatkan kecerdasan;
mengembangkan daya inisiatif
dan kreativitas;
menumbuhkan keberanian; dan
mendorong kemauan dan
kemampuan mengumpulkan informasi.
2.5 Hakikat
Belajar dan Mengajar
Berbicara tentang
pendidikan selalu berkenaan dengan upaya pembinaan manusia, maka
keberhasilan pendidikanpun tergantung pada unsur manusianya. Adapun unsur
manusia yang paling menentukan berhasilnya pendidikan adalah pelaksana
pendidikan, yaitu guru. Karena gurulah yang secara langsung mempengaruhi,
membina, mengembangkan kemampuan siswa agar menjadi manusia yang bertaqwa,
cerdas dan terampil.
Agar proses belajar mengajar
berjalan dengan lancar maka guru harus menguasai bahan yang akan
diajarkan dan terampil pula dalam hal menyajikannya. Guru diharapkan dapat
memilih dan menggunakan metode-metode pembelajaran yang sesuai dengan
pokok-pokok bahasan atau sub pokok bahasan.
Adapun belajar adalah
“Proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan
sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk perubahan
seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan,
kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu
yang belajar” (Sudjana, 1989:5).
Selanjutnya,
“Mengajar adalah bimbingan kegiatan siswa belajar. Mengajar adalah
mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa, sehingga
dapat mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar mengajar.”
(Sudjana, 1987:7)
2.6 Metode
Demonstrasi
Metode
adalah cara guru menyampaikan materi
pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan.
Depdiknas (2003) menurut Syaepul Sagala (2005:210)
metode demonstrasi adalah
pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau
benda pada penampilan tingkah
laku yang dicontohkan agar
dapat diketahui dan dipahami oleh
peserta didik secara nyata.
Yang dimaksud dengan
metode demonstrasi dalam belajar dan
mengajar yaitu
metode yang digunakan oleh
seorang guru atau orang luar yang sengaja didatangkan atau
murid sekalipun untuk mempertunjukkan
gerakan-gerakan suatu proses dengan peraturan yang
benar. Menurut Sudirman (1991:113),
demonstrai adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau
mempertunjukkan kepada siswa suatu
proses situasi atau benda tertentu yang
sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan yang sering
disertai dengan penjelasan lisan,
metode ini baik digunakan untuk
mendapatkan gambaran yang lebih
jelas tentang hal-hal yang
berhubungan dengan proses mengatur sesuatu,
membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu,
membandingkan suatu cara dengan
cara lain, untuk mengetahui atau
melihat kebenaran sesuatu.
Ada beberapa kelebihan dan
kekurangan dalam menggunakan metode demontrasi
:
a. Kelebihan
1. Metode
ini dapat membuat pengajaran menjadi lebih
jelas dan lebih konkrit,
dengan demikian dapat
menghindarkan verbalisme.
2. Siswa diharapkan lebih
mudah dalam memahami apa yang dipelajari
3. Proses
pelajaran akan lebih menarik
4. Siswa dirancang untuk
aktif mengamati, menyesuaikan antara
teori dengan kenyataan dan
mencoba melakukannya sendiri
5. Melalui metode
ini dapat sajikan materi
pelajaran yang tidak mungkin atau
kurang sesuai dengan menggunakan metode lain
b. Kelemahannya
Kelemahan metode ini antara
lain :
1. Metode
ini memerlukan keterampilan guru
secara khusus, karena tanpa ditunjang dengan
hal itu, pelaksanaan demonstrasi tidak
akan efektif
2. Fasilitas seperti peralatan,
tempat dan biaya yang
memadai tidak selalu tersedia dengan
baik
3. Demonstrasi memerlukan kesiapan dan
perencanaan yang
matang disamping sering memerlukan waktu
yang cukup panjang yang
mungkin terpaksa mengambil waktu
jam pelajaran lain.
2.7 Cara
Pelaksanaan
Untuk menggunakan metode
demonstrasi dengan baik, beberapa langkah perlu ditempuh antara lain :
Penentuan tujuan demonstrasi
yang akan dilakukan. Dalam hal ini pertimbangkan apakah tujuan yang akan
dicapai dengan belajar melalui demonstrasi itu tepat dengan menggunakan metode
demonstrasi.
Materi yang akan
didemonstrasikan terutama hal-hal yang penting ingin ditonjolkan
Siapkan fasilitas penunjang
demonstrasi seperti peralatan, tempat, dan mungkin juga biaya yang dibutuhkan
Penataan peralatan dan kelas
pada posisi yang baik
Pertimbangkan jumlah siswa
yang dihubungkan dengan hal yang akan didemonstrasikan agar siswa
dapat melihatnya dengan jelas
Buatlah garis besar langkah
atau pokok-pokok yang akan didemonstrasikan secara berurutan dan tertulis pda
papan tulis atau padakertas lembar agar dapat dibaca siswa dan
gurunya secara keseluruhan
Untuk menghindari kegagalan
dalam pelaksanaan, sebaiknya demonstrasi yang direncanakan dicoba terlebih
dahulu. Tak jarang demonstrasi gagal hanya karena hal kecil seperti kabel
listrik yang kurang panjang, penerangan (lampu) yang kurang terang, atau
penempatan peralatan yang kurang strategis.
2.8 Pelaksanaan
Demonstrasi
Setelah segala
sesuatu direncanakan dan disiapkan,
langkah berikutnya ialah
mulai melaksanakan demonstrasi. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan antara lain :
1. Sebelum
memulai, periksalah sekali
lagi kesiapan peralatan yang
akan didemonstrasikan, pengaturan tempat,
keterangan tentang garis
besar langkah dan pokok-pokok yang
akan didemonstrasikan.
2. Siapkan siswa,
barangkali ada hal yang perlu mereka catat
3. Mulailah
demonstrasi dengan menarik perhatian siswa
4. Ingatlah
Pokok-pokok materi yang didemonstrasikan agar
demonstrasi mencapai sasaran
5. Pada
waktu berjalannya demonstrasi,
sekali-kali perhatikan keadaan,
apakah semua mengikuti dengan baik
6. Untuk
menghindarkan ketegangan,
ciptakan suasana yang harmonis
7. Berikanlah kesempatan kepada
siswa untuk
secara aktif memikirkan lebih lanjut tentang apa yang dilihat dan
didengarnya dalam bentuk pertanyaan,
membandingkannya dengan yang lain
serta mencoba melakukannya sendiri dengan
bimbingan guru.
BAB III METODE PENELITIAN
Waktu Penelitian dan Tempat
Penelitian
Penelitian tindakan kelas
ini dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu dari Januari s/d Maret 2015.
Siklus I dilaksanakan tanggal 04 Februari 2015, sedangkan
siklus II dilaksanakan tanggal 11 Februari 2015.
Tempat penelitian ini
dilakukan di SD Subjek penelitian adalah
siswa kelas V yang berjumlah 38 orang.
Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus dan setiap
siklus terdiri dari dua pertemuan.
Metode Penelitian
Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
karena dalam pelaksanaannya tidak terbatas pada
pengumpulan data,
melainkan dilanjutkan dengan pengolahan data yaitu dengan
cara mengumpulkan data, menyusun, mengolah dan menginterpretasikan
data.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan kelas, adapun tahapan-tahapan yang
dilakukan dalam tindakan kelas ini menggunakan model yang
digunakan oleh Kurt Lewin. Tahapan-tahapan
penelitian tindakan kelas ini dibagi menjadi 4 tahapan pada
setiap siklus yaitu :
1. Perencanaan
(planning)
2. Aksi
atau tindakan (acting)
3. Obervasi
(Observing)
4. Refleksi
(reflecting). Dikdasmen (h. 16.2003).
Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan
kelas meliputi 2 siklus yang terdiri dari : a.
perencanaan, b. tindakan, c. pengamatan, dan refleksi.
1. Perencanaan
meliputi aktivitas sebagai berikut :
a. Mendiskusikan dan
menetapkan rancangan pembelajaran yang
akan diterapkan sebagai tindakan dalam siklus
b. Menyusun rencana
pembelajaran dengan menggunakan metode
demonstrasi sesuai materi yang telah ditetapkan
c. Mengembangkan
skenario pembelajaran
d. Mengembangkan format observai
dan format evaluasi
2. Pelaksanaan
Kegiatan yang dilaksanakan
pada tahap ini adalah melaksanakan sekenario pembelajaran yang telah direncanakan,
melaksanakan evaluasi dalam bentuk tes
3. Pengamatan
Pada tahap ini dilaksanakan
pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi
yang disiapkan
4. Refleksi
a. Melakukan
evaluasi tindakan yang telah dilakukan pada skenario pembelajaran
b. Melakukan
pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang skenario, tes
kemampuan pemahaman dan lain-lain
c. Memperbaiki
pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan pada pertemuan
berikutnya.
Tahap pelaksanaan ini
terus dilakukan secara berulang dan
berkesinambungan sesuai siklus.
o Indikator
keberhasilan
Yang menjadi indikator
keberhsilan penelitian ini adalah :
a. Instrumen-instrumen
yang telah disiapkan pada tiap-tiap siklus dapat dilaksanakan dengan baik
b. Aktivitas
siswa dalam belajar meningkat
c. Lebih
dari 70% siswa yang mendapat nilai 65 ke atas
3.4 Teknik
Pengumpulan Data
1) Data
Sumber data pada penelitian
ini seluruh siswa, sedangkan data yang dikumpulkan adalah
data kuantitatif dan kualitatif. Data yang dikumpulkan meliputi :
a. Data
tes kemampuan pada siklus 1 dan 2
b. Data
observasi pada waktu proses pembelajaran
c. Jurnal
harian (catatan harian)
d. Foto,
diambil pada waktu proses pembelajaran
2) Teknik
pengumpulan data
Data yang dikumpulkan
diperoleh melalui observasi, tes kemampuan pemahaman dan catatan harian
3) Obervasi
Observasi dilakukan untuk
memperolah informasi kegiatan aktivitas siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Di dalam observasi pengamatan, kita akan memperoleh
masukan tentang akitifitas siswa, cara belajar, kerjasama antar siswa dan
sebagainya.
4) Jurnal
harian
Jurnal harian semacam
catatan harian yang dikumpulkan selama proses pembelajaran baik itu aktifitas
maupun kegiatan guru di dalam pelaksanaan proses belajar mengajar
5) Data
tes kemampuan pemahaman
Data ini diambil dari
pertemuan pertama maupun pertemua kedua, ini dilakukan untuk mengetahui
perkembangan hasil selama kegiatan dilakukan dan menggunakan data kuantitatif.
6) Foto
Foto digunakan untuk
melengkapi informasi data agar peristiwa yang tejadi dalam kegiatan
penelitian dapat direkam dan dijadikan sebagai alat bukti dalam pengumpulan
data.
3.5 Analisis Data
a. Data
observasi
Data tes observasi ini
diambil dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama kegiatan
berjalan dengan menggunakan ceklis kemudian dipersentasikan
b. Data
tes kemampuan
Data tes ini untuk menemukan
nilai setiap siswa dari hasil tes dengan skala nilai 100 untuk menentukan
banyaknya siswa yang mendapatkan nilai 65 ke atas.
BAB V SIMPULAN
DAN SARAN
Simpulan
Dari uraian tersebut di
atas penulis dapat
menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pembelajaran
membaca dan menulis Al-Qur’an dengan menggunakan metode demonstrasi
dapat membuat pengajaran lebih atraktif dan kelas tampak lebih hidup, sehingga
siswa lebih dapat memahami apa yang dipelajari.
2. Pembelajaran
dengan menggunakan metode demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman
dan meningkatkan aktivitas siswa, hal ini dapat dibuktikan dari hasil perbedaan
nilai rata-rata pretes dan postes.
Saran
Untuk keberhasilan dalam
pembelajaran ini penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut
:
1. Guru
hendaknya mengkondisikan kelas sebelum memulai pembelajaran
2. Selama
proses pembelajaran guru hendaknya mampu membangkitkan motivasi dan aktivitas
siswa dengan memilih metode dan teknik yang tepat.
3. Dalam
proses belajar mengajar guru hendaknya dapat menciptakan kondisi kelas
yang menyenangkan sehingga interaksi antara guru
dan murid berjalan harmonis, merangsang siswa untuk bertanya dan
menyatakan pendapatnya.
4. Pada
saat memberikan bahan pengajaran guru hendaknya tidak terpaku pada buku paket
saja, tetapi hendaknya menggali bahan pengajaran dari pengalaman siswa atau
buku lain yang berkaitan dengan bahan yang akan diajarkan.
KEPUSTAKAAN
Henry Guntur Tarigan.
(1979). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.
Suparno dan Muhamad Yunus.
(2006). Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta : Universitas Terbuka
Sujana N.
(1995) Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung : Sinar Baru
Suhardjono, Azis Hoesein,
dkk. (1996). Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan
dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Widyaiswara. Jakarta : Depdikbud,
Dikdasmen.
Suhardjono
(2006). Laporan Penelitian sebagai KTI, makalah pada pelatihan peningkatan
mutu guru dalam pengembangan profesi di Pusdiklat Diknas Sawangan,
Jakarta, Februari 2006.
Suharsimi Arikunto,
Suhardjono dan Supardi (2006) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT.
Bumi Aksara.
Tim Bina Karya Guru
(2004) Pendidikan Agama Islam untuk SD kelas V. Penerbit : Erlangga.
Tidak ada komentar
Posting Komentar