A. Pengertian kreativitas dan belajar
Kreativitas menurut Semiawan,
Conny (1990:7) adalah kemampuan untuk
memberikan gagasan-gagasan baru dan menetapkannya dalam pemecahan masalah.
Kreativitas meliputi baik ciri-ciri kogniif (aptitude) seperti kelancaran,
keluwesan, (fleksibelitas) dan keaslian (orisinalitas) dalam pemikiran maupun
ciri-ciri afekif (non-aptitude) seperti rasa ingin tahu, senang mengajukan
pertanyaan dan selalu ingin mencari pengalaman baru.
Menurut Clark
Moustakas sebagaimana dikutip oleh Utami Munandar (2002:24) dalam bukunya membangun bakat dan kreativitas
anak sekolah menyatakan bahwa “Kreativitas adalah pengalaman mengekspresikan
dan mengaktualisasikan identitas
individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan
alam dan orang lain.”
Kreativitas adalah
kemampuan membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur
yang ada. Biasanya orang mengartikan kreativitas sebagai daya cipta, sebagai
kemampuan unuk menciptakan hal-hal yang baru sama sekali tetapi merupakan
gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.
Yang dimaksudkan
dengan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada, dalam arti sudah ada
sebelumnya, atau sudah dikenal sebelumnya. Adalah sebuah pengalaman yang telah
diperoleh seseorang selama hidupnya. Disini termasuk segala pengetahuan yang
telah diperolahnya baik selama dibangku sekolah maupun diperolehnya dalam lingkungan
keluarga dan masyarakat. Dengan demikian jelaslah bahwa semakin banyak
pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki seseorang semakin banyak kemungkinan
dia memanfaatkan dan menggunakan segala pengalaman dan pengetahuan tersebut
untuk bersibuk diri secara kreatif.
Kreativitas tidak
sama dengan intelegensi, dalam arti intelegensi question (IQ), sebagaimana
dituangkan dalam penelitian (research) dari tahun 1970-an dan tahun 1980-an.
Kita sekarang juga mengetahui bahwa jenis tertentu dari keahlian pikiran divergent
dapat ditingkatkan dengan praktek dan latihan. Namun harapan “gagasan yang
menghebohkan” yang sangat berguna dalam memahami kreativitas yang minat pada
dua puluh terakhir adalah ide kreativitas sebagai multi intelegen (intelegen
yang berlipat ganda).
Dalam mendefinisikan
tentang belajar banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar
adalah mancari ilmu atau menuntut ilmu, hampir semua ahli pendidikan mencoba
merumusakan dan menafsirkan tentang belajar, dalam definisi sering kali rumusan
itu berbeda satu sama lain.
Belajar adalah suatu
proses yang selalu menunjukkan kepada suatu proses perubahan prilaku atau
pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Pendapat yang sama dikemukakan oleh
Alisuf Sobri (1995:55) bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah
laku sebagai akibat pengalaman atau latihan.
Belajar tidak hanya
meliputi mata pelajaran, tetapi juga penguasaan, kebiasaan, persepsi,
kesenangan, minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan dan
cita-cita. Namun tidak sama perubahan prilaku berarti belajar, orang yang
tangannya patah karena kecelakaan mengubahtingkah lakunya, tetapi kehilangan
tangan itu sendiri bukanlah belajar. Mungkin orang itu melakukan perbuatan
belajar untuk mengimbangi tangannya yang hilang itu dengan mempelajari
keterampilan baru. Perubahan tidak selalu harus menghasilkan perbaikan ditinjau
dari nilai-nilai sosial. Seorang penjahat mungkin sekali menjadi seorang ahli,
tetapi dari segi pendangan sosial hal itu bukanlah berarti perbaikan.
Menurut Hilgard dan
Brower sebagaimana yang dikutip oleh Oemar Hamalik (1995:45) dalam bukunya
psikologi pendidikan mereka mendefinisikan belajar sebagai perubahan dalam
perbuatan melalui aktivitas, praktek dan pengalaman.
Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui
pendidikan atau lebih khusus melalui prosedur latihan, perubahan itu sendiri
berangsur-angsur dimulai dari sesuatu yang tidak diketahui atau dikenalnya
untuk kemudian dikuasai atau dimilikinya dan dipergunakan sampai pada suatu
saat untuk dievaluasi oleh yang menjalani proses belajar itu.
Berdasarkan uraian
tentang kreativitas dan belajar di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
kreativitas belajar yang dimaksud adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh
anak didik (siswa) dalam proses pembelajaran atau mengembangkan segala potensi
yang ada dalam dirinya baik dalam ranah kognitif, afektif, psikomotorik.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kreativitas belajar
Pengembangan
kreativitas siswa dalam proses pembelajaran merupakan hal penting, sebab jika
kreativitas siswa tidak muncul maka proses pembelajaran tersebut akan statis,
artinya tidak ada interaksi yang baik antara pendidik dan anak didik, oleh
karena itu kita harus mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi
kreativitas belajar siswa.
Kreativitas belajar
dan konteks ini, berarti para siswa diharapkan mampu membuat koneksi
(keterkaitan) atas diri mereka sendiri, untuk hadir dan menghasilkan
kombinasi-kombinasi baru, untuk mengaplikasikan imajinasi dalam bahasa yang
mereka gunakan.
Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi kreativitas belajar menurut Alisuf Sabri (1995:60) antara
lain :
a) Faktor
internal siswa, faktor Internal siswa adalah
yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang meliputi dua aspek,
yaitu aspek fisiologis (jasmaniah) dan aspek psikologis (rohaniah), aspek
fisiologis (jasmaniah)meliputi kesempurnaan fungsi seluruh panca indera
terutama otak, karena otak adalah sumber dan menara pengontrol kegiatan badan
manusia. Otak merupakan kesatuan system memori, sehingga manusia dapat belajar
dengan cara menyerap, mengolah, menyimpan, dan memperoduksi pengetahuan dan
keterampilan untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya di muka bumi.
Aspek psikologis (rohaniah) dalam belajar, akan memberikan andil yang penting.
Faktor psikologis akan senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya
mencapai tujuan belajar secara optimal. Banyak faktor yang termasuk aspek
psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas pembelajaran siswa.
Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yng dipandang lebih esensial
adalah tingkat kecerdasan/ intelejensi siswa, sikap, minat, bakat, motivasi,
dan kreativitassiswa. Seorang siswa akan berhasil dalam belajar kalau pada
dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hokum pertama
dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran, kesatuan antara aspek fisiologis dan
aspek psikologis akan membantu pelajaran.
b) Faktor
eksternal siswa, faktor eksternal siswa terdiri dari dua macam, yaitu faktor
lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial, lingkungan sosial sekolah
seperti guru, para staf administrasi, teman-teman sekelas dapat mempengaruhi
kreativitas belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukan sikap yang
simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang baik dan rajin khususnya dalam
hal belajar misalnya rajin membaca dapat menjadi daya dorong yang positif bagi
kegiatan belajar siswa. Lingkungan sosial yang lebih mempengaruhi kegiatan
belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Lingkungan non sosial
seperti gedung sekolah dan letaknya. Tempat tinggal keluarga siswa, alat
belajar, waktu belajar dan cuaca, faktor-faktor ini dipandang dapat menentukan
tingkat kreativitas dan keberhasilan siswa.
c) Faktor
instrumental, yang terdiri dari gedung atau sarana fisik kelas, alat
pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum atau materi pelajaran serta
strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses belajar dan
kreativitas belajar siswa.
Bahan Bacaan
Abi Syamsudin Makmun. 2001. Psikologi
Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya
Ahmad Fauzi. 1999. Psikologi Umum, Bandung:
Pustaka Setia
Abu Ahmadi, 1991, Psikologi Perkembangan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Alisuf Sabri. 1995. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya
Anna Craft. 2003. Membangun Kreativitas Anak,
Depok: Inisiasi Press.
Irwanto, 2002. Psikologi Umum. Jakarta:
Prenhallindo,
Kartini Kartono. 1995. Psikologi Anak
“Psikologi Perkembangan” Bandung: Mandar Maju
Semiawan, Conny, Dkk., 1990. Memupuk Bakat
Dan Kreativitas Siswa Di Sekolah Menengah. Jakarta: Graha Media
Surnadi Suryabrata. 1984. Psikologi
Pendidikan, Jakarta: Grafindo Persada
Samsunuwiyati Mar’at. 2005. Psikologi
Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya
Syamsu Yusuf. 2006. Psikologi Anak Dan Remaja,
Bandung: Remaja Rosdakarya
Utami Munadar. 2002. Mengembangkan Bakat Dan
Kreativitas Anak Sekolah, Jakarta: Geramedia Widia Sarana.
Oemar Hamalik. 1995. Psikologi Belajar
Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya
Zulkifli, 1995. Psikologi Perkembangan, Bandung:
Remaja Rosdakarya
Terima kasih atas informasinya yang sangat bermanfaat. Terus terang saya sudah menjadi langganan blog Anda. Oleh karena itu kami trus menunggu uptodate infonya