Pengertian Kebudayaan dan Ciri-ciri Kebudayaan. Kebudayaan dalam bahasa Inggris culture berasal dari colere yang berarti mengolah, telah menimbulkan polemik di kalangan antropolog Indonesia tentang cara mendefenisikannya ke dalam konsep atau istilah Indonesia.
Secara
konseptual dalam tulisan-tulisan atau pembicaraan para ahli, wartawan atau orang
awam sering dijumpai penggunaan konsep yang berbeda-beda, di antaranya
kebudayaan, budaya, kultur atau kulturil. Perbedaan penggunaan konsep kebudayaan
yang merupakan proses me-Indonesia-kan konsep culture tersebut itulah yang menjadi
polemik para antropolog dan sosiolog di Indonesia.
Perbedaan
pemahaman konsep culture ini juga disebabkan pemahaman yang berbeda yang sering
dijumpai dan kadang salah kaprah di dalam pembicaraan atau media massa, seperti
yang dapat kita lihat berikut ini. Dalam bahasa atau jargon biologi sering
disebut “mengkultur bakteri”, yang berarti membiakkan sekumpulan bakteri di dalam
tabung-tabung test laboratorium. “Orang itu tidak berbudaya.” Kalimat itu
kadang terdengar dari kalangan “kelas atas” untuk menyebut atau menghina
perilaku orang yang tidak sesuai dengan perilaku yang “halus” atau “terhormat”.
Dalam media massa juga sering ditemukan penggunaan istilah budaya atau kebudayaan
untuk menyebut sebuah masyarakat, seperti “kebudayaan Minangkabau”, “Kebudayaan
Mesir”, “Kebudayaan Cina” dan lain sebagainya. Di kalangan ilmu arkeologi sering
disebut “peninggalan kebudayaan Hindu kuno” untuk menyebut semua produk atau artefak
yang dibuat manusia zaman lampau. Oleh seniman kebudayaan dimaksudkan sebagai semua
hal yang indah-indah, seperti konsep “budayawan” atau “pameran kebudayaan Asmat”,
dan lain sebagainya. Di dalam bidang pertanian, budaya (budidaya) dimaksudkan
sebagai jenis tanaman yang dijinakkan atau didomestifikasi atau dikembangkan,
contoh; “pembudidayaan kelapa sawit di lahan gambut”.
Dalam
antropologi konsep culture diterjemahkan pertama kali oleh Edward Bernett Tylor
pada tahun 1871 dalam bukunya Primitive Culture, sebagai ....is that complex whole
which include knowledge, beliefs, arts, morals, law, cusstom, and any other capabilities
and habits acquired by man as a member of society. Dalam pengertian ini kebudayaan
adalah that complex whole (keseluruhan yang kompleks), yang terdiri dari any capabilities
and habits (banyak kemampuan dan kebiasaan-kebiasaan) manusia yang terdiri dari
knowledge (pengetahuan), kepercayaan-kepercayaan (beliefs), kesenian, moral, adat
istiadat dan lain sebagainya, yang dimiliki manusia sebagai anggota dari suatu
masyarakat. Ini merupakan sebuah defenisi yang umum atau tidak memihak dalam pengertian
telah banyaknya defenisi yang diberikan berdasarkan kepada latar belakang atau perspektif
yang berbeda – beda dari para ahli sesuai dengan aliran pemikiran atau
pendekatan teoritis (paradigma) yang dianutnya.
Kebudayaan
inilah yang secara sederhana membedakan manusia dari binatang. Manusia sejak dari
peradaban awal umat manusia telah mengembangkan kebudayaannya sebagai bentuk proses
adaptasinya dengan lingkungan di mana mereka tingggal dan dalam rangka untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Pada sejarah awal evolusi kebudayaan atau peradaban manusia
– peradaban dalam hal ini tidak dibedakan dengan kebudayaan, tetapi cenderung dipakai
untuk menunjukkan kebudayaan yang menonjol pada satu masa tertentu – orang baru
menggunakan akal fikirannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dari sumber-sumber
daya alam berupa makanan dari tumbuh-tumbuhan yang kemudian diolah dengan
menggunakan api. Penemuan api sudah merupakan satu kemajuan fikiran manusia
yang membedakannya dari binatang.
Semakin
maju cara berfikir dan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidupnya, manusia telah
semakin kompleks menemukan dan mengembangkan alat-alat yang dapat dipakai dalam
mempermudah dan semakin menyenangkan kehidupan manusia itu. Kemampuan menemukan
dan menciptakan segala sesuatu itulah yang disebut dengan sistem pemikiran atau
kebudayaan manusia. Jadi dalam hal ini kebudayaan adalah berupa keseluruhan
pengetahuan yang dipunyai manusia sebagai makhluk sosial; yang isinya adalah perangkat-perangkat
model-model pengetahuan yang secara selektif dapat digunakan untuk memahami dan
menginterpretasikan lingkungan yang dihadapi, dan untuk mendorong dan menciptakan
tindakan-tindakan yang diperlukannya, yang diperoleh manusia dari proses belajar
dan dijadikan milik dirinya sebagaimana individu-individu lainnya di dalam
kelompok sosialnya.
Banyak
defenisi yang telah diberikan terhadap konsep culture ini. Kroeber dan Kluckhohn
pada tahun 1952 telah pernah menerbitkan sebuah buku yang mengumpulkan sebanyak
160 defenisi kebudayaan, dengan analisa kritis dan mencoba mengklasifikasikannya.
Sekarang diperkirakan mungkin sudah ratusan tambahan defenisi yang diberikan
terhadap konsep kebudayaan ini.
Berikut
beberapa defenisi atau pengertian kebudayaan menurut para ahli dari perspektif
yang berbeda.
·
R.
Linton (1940) memberikan defenisi culture: Culture is some total of knowledge,
attitudes and habitual behavior pattern shared and transmitted by the members
of a particular society”.
·
Kroeber
and Kluchohn (1952): “Culture is pattern, explicit and implicit,of and for
behavior acquired and transmitted by symbols, constututing the distinctive achievement
of human group, including their embodiment in artifact”.
·
Leslie
A. White (1959) mendefinisikan kebudayaan sebagai “Culture is a class of things
and event, dependent upon symboling, considered in an extrasomatic context”. (Budaya
adalah nyata, substansial, hal yang dapat diobservasi, misalnya: satu ucapan,
sebudah kapak batu, susu bayi, doa, dan semacam itu).
·
Marvin
Harris (1968) menyebutkan pengertian kebudayaan sebagai “The culture concept
comes down to behavior patterns associated with particular groups of peoples, that
to “ custom” or to a people’s ‘way of life”.
·
Plog;
Jolly; and Bates (1976) menyebutkan pengertian kebudayaan sebagai “Culture is
the system of shared meanings they learn from their societytu use in
interacting with their surrounding, communicating with others, and coping with
their world “.
·
Geertz
(1973) menyebutkan pengertian kebudayaan sebagai “Culture consists of socially
established structures of meaning interms of witch people do such things as signal
conspiracies ang join them or perceive insults and answer them, (it is not)... a
psycological phenomenon or cognitive structure...”.
·
Goodenough
(1961) menyebutkan pengertian kebudayaan sebagai “ A society ‘s culture
consists of whatever it is one has to know or believe in order to operate in a
manner acceptable to its members. Culture is not a material phenomenon: it does
not consists of things, people. Behavior, or emotions. It is rather an
organization of these things. It is the form of things that people have in mind,
their models for perceiving, and otherwise interpreting them”. “Culture.....
consists of standars for deciding what to do about it, and.... for diciding
haow to go about doing it”.
·
Spradley
(1973) menyebutkan pengertian kebudayaan sebagai “Culture is acquired knowledge
people use to interpret experience and generate behavior”.
·
Spradley
dan McCurdy (1987) memberi defenisi culture is thus the system of knowledge by which
people design their own actions and interpret the behavior of other.
·
Claude
Levi-Strauss (1963) menyebutkan pengertian kebudayaan sebagai “Culture is share
symbols system that are commulative creations of mind”.
·
W.A.
Haviland (1990) memberikan defenisi yang cukup moderat, terlepas dari berbagai aliran
yang berkembang di dalam ilmu antropologi, mendefenisikan culture sebagai: “
Culture is a set of standars shareds y members of a society, which when acted upon
by the members, produce behavior that falls within a range of variation the members
consider proper and acceptable.”
Apa
Ciri-ciri Kebudayaan ? Untuk pemahaman lebih jauh dapat dikatakan bahwa
kebudayaan memiliki beberapa ciri, di antaranya:
1.
Culture is learned. Semua makhluk , binatang ataupun manusia belajar dari situasi
dan lingkungan untuk survive. Pada manusia, yang terjadi adalah “cultural learning”,
yaitu kapasitas manusia untuk mempelajari makna kultural dari simbol dan signal,
yang seringkali tidak punya hubungan alamiah dengan benda yang diwakilinya.
2.
Culture is symbolic. Kebudayaan atau kemanusiaan dari satu makhluk menucul ketika
makhluk itu mempunyai kemampuan untuk menyimbolkan. Simbol adalah segala
sesuatu yang bersifat verbal maupun non verbal dalam sebuah bahasa yang memiliki
makna menurut satu kebudayaan tertentu. Hubungan antara simbol dengan yang disimbolkan
(makna) adalah bersifat arbitrari, konvensional dan hubungan itu tidak perlu
natural. Sebagai contoh, penilaian air atas suci atau tidak suci, warna merah
bagi orang Cina dan lain sebagaimnya.
3.
Culture Seizes Nature. Manusia harus makan untuk hidup, ini adalah hal yang alamiah.
Tapi, apa jenis barang yang boleh dimakan, kapan barang itu boleh dimakan dan bagaimana
memakanannya? Ini adalah ajaran kultural. Orang Islam tidak boleh makan babi, tidak
boleh makan pada siang hari di bulan puasa walaupun lapar.
4.
Culture is shared. Budaya adalah sebuah ciri-ciri dari seorang individu. Namun bukan
ciri-ciri individu sebagai seorang individu, tetapi individu sebagai angota
dari seorang anggota masyarakat, satu kelompok suku bangsa, satu golongan agama,
dan sebagainya. Culture ditransmisikan di dalam masyarakat, oleh karena itu kepercayaan,
nilai, memories, cara berfikir, dan semua unsur kebudayaan lain di dalam
masyarakat tersebut dimiliki bersama oleh seluruh anggota masyarakat. Ayah-ayah
Minangkabau sekarang adalah anak-anak Minangkabau beberapa tahun yang lalu. Mereka
tumbuh dalam kebudayaan Minangkabau, dalam bahasa Minangkabau dan menyerap nilai-nilai
dan kepercayaan-kepercayaan tertentu yang telah diturunkan selama beberapa
generasi.
5.
Culture is patterned. Kebudayaan terdiri dari sekumpulan adat, nilai, kepercayaan,
pandangan hidup (world view), makna dari simbol, sikap mental, pola pikir dan lain-lain.
Semua itu terikat, terintegrasi atau terpola dalam suatu sistem tertentu. Integrasinya
disebut dengan istilah ‘logico meaningful integration’. Jika satu unsur
berubah, maka unsur lain akan terkena imbasnya dan pola integrasi berubah, lalu
pola makna kultural jadi berubah, lalu pola integrasi kultural jadi berubah,
pada akhirnya kebudayaan secara keseluruhan berubah.
6.
Culture is adaptive. Sekelompok penduduk membangun hubungan yang berhasil dengan
lingkungan alamnya sedemikian rupa, sehingga kelompok penduduk tersebut berhasil
survive dan berkembang biak. Mereka menjalankan ini dalam satu proses yang
disebut dengan adaptasi. Unsur-unsur biologis dan kultural yang berperan besar dalam
proses adaptasi ini disebut dengan unsur yang adaptif. Alam telah menyeleksi unsur-unsur
biologis dan pola perilaku simbolik yang adaptif dalam lingkungan tertentu. Namun
demikian dalam kenyataannya banyak juga pola-pola tingkah laku manusia yang
‘maladaptif’, dalam jangka panjang.
Beberapa
defenisi kebudayaan di atas memperlihatkan perbedaan pendekatan atau paradigma di
dalam memahami dan menjelaskan kebudayaan. Atau dari sudut pandang sebaliknya perbedaan
defenisi justru berasal dari perbedaan paradigma ahli yang mendefenisikan
kebudayaan tersebut. Tetapi terdapat juga defenisi yang bersifat umum seperti yang
yang pertama ditulis oleh E.B. Tylor maupun oleh Haviland. Defenisi oleh
Linton, Kroeber dan Kluckhon walau belum dikelompokkan ke dalam aliran tertentu
tetapi sudah dapat dikatakan mewakili aliran tersendiri. Linton menyatakan
kebudayaan pada sistem ide dan tindakan sekaligus. Kroeber dan Kluckhon
menyatakan kebudayaan dari simbol-simbol kelakuan baik yang langsung tampak
maupun tidak.
Tidak ada komentar
Posting Komentar