Contoh Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP

LAPORAN PTK BAHASA INDONESIA SMP: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS SURAT RESMI MELAUI PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran bahasa sangat penting untuk diajarkan di sekolah-sekolah, baik bahasa nasional (Indonesia), bahasa daerah maupun bahasa asing. Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional harus lebih diarahkan pada kemampuan dan keterampilan siswa untuk berkomunikasi secara lisan maupun tulis. Pembelajaran bahasa diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berbahasa siswa yang meliputi keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan ini saling berkaitan dan saling melengkapi dalam kegiatan komunikasi.
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting bagi siswa. Keterampilan menulis siswa harus terus ditingkatkan, terutama keterampilan menulis surat resmi. Pada siswa SMP kelas VII misalnya, diharapkan dapat menulis surat resmi dengan benar sesuai aturan yang ada dalam penulisan surat resmi. Dalam keterampilan menulis, ketepatan pengungkapan gagasan harus didukung oleh ketepatan bahasa yang digunakan (Depdiknas 2003:5).

Pembelajaran menulis di Sekolah Menengah Pertama perlu mendapat perhatian dari para guru mata pelajaran Bahasa Indonesia . Ketika dihadapkan pada pembelajaran menulis surat resmi, siswa selalu mengalami kesulitan terutama dalam  penggunaan bahasa. Hasil tulisan siswa sebagian besar lemah dalam masalah kebahasaan dan teknik penulisan. Selama pembelajaran menulis, siswa kurang memperhatikan aturan-aturan yang ada dalam keterampilan menulis sehingga menyebabkan lemahnya keterampilan siswa dalam menulis surat resmi.

Lemahnya keterampilan siswa dalam menulis surat resmi disebabkan alokasi waktu pembelajaran menulis di sekolah-sekolah selama ini relatif lebih kecil. Hal ini menyebabkan keterampilan menulis siswa kurang maksimal. Siswa kurang mendapatkan pengalaman dan pengetahuan dalam pembelajaran menulis. Setelah menamatkan jenjang sekolah, dikhawatirkan siswa belum mampu menggunakan bahasa secara baik dan benar dalam keterampilan menulis.
Dalam pembelajaran menulis, siswa kurang memahami hakikat menulis. Berdasar hasil pengamatan  selama mengajar, peneliti mengetahui bahwa ketika diberikan kesempatan menulis surat resmi, para siswa tidak mementingkan mutu tulisan. Mereka lebih mementingkan sistematika surat resmi tanpa memperhatikan penggunaan bahasa.

Dari hasil pengamatan tes menulis surat resmi   di kelas IX A SMPN 2 Babakan Salju diketahui bahwa keterampilan menulis pada siswa kelas IXA selama ini belum maksimal. Dalam menulis surat resmi, siswa masih mengalami kesulitan dalam penggunaan bahasa. Lemahnya keterampilan menulis surat resmi siswa disebabkan sebagian besar siswa kurang berminat mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia, kurangnya pemahaman siswa tentang surat resmi, dan siswa kurang berlatih menulis surat resmi. Selain faktor dari siswa, lemahnya  keterampilan menulis surat resmi juga dapat dipengaruhi karena faktor dari guru. Lemahnya keterampilan menulis surat resmi siswa dapat disebabkan karena bimbingan dan penjelasan guru dalam proses pembelajaran sulit dipahami oleh siswa, serta strategi yang yang digunakan guru dalam pembelajaran kurang tepat.
Guru dituntut mempunyai keterampilan untuk mengelola kelas agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar dan tercapai tujuan pembelajaran. Untuk mengatasi kelemahan siswa dalam menulis surat resmi, guru harus selalu memotivasi dan memberikan pengertian kepada siswa tentang pentingnya pelajaran Bahasa Indonesia  dalam kehidupan sehari-hari, terutama pembelajaran surat resmi. Agar siswa dapat menulis surat resmi dengan benar, guru harus lebih memberikan penjelasan kepada siswa melalui contoh-contoh surat resmi dan memberikan latihan-latihan menulis surat resmi dengan strategi pembelajaran yang tepat. Strategi pembelajaran merupakan hal yang harus diperhatikan oleh guru agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Siswa tidak cukup diberikan penjelasan tentang teori menulis saja, tetapi hal yang berhubungan dengan masalah kebahasaan dan teknik penulisan juga harus diperhatikan. Oleh karena itu, diperlukan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa agar keterampilan siswa dalam menulis surat resmi dapat ditingkatkan.
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dapat dijadikan sebagai strategi untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa. Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami. Guru bertugas sebagai pengarah dan pembimbing agar siswa mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas. Ketujuh komponen utama itu adalah konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment) (Nurhadi dan Senduk 2003:31).
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual   diharapkan dapat meningkatkan keterampilan surat resmi siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Babakan Salju . Dalam masyarakat belajar, hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah dan dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. Siswa yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya sekaligus meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya. Dalam pembelajaran tersebut, kegiatan belajar mengajar akan dilaksanakan dalam kelompok kecil dengan menerapkan pembelajaran kooperatif, yaitu pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kontekstual komponen  masyarakat belajar ini sangat membantu proses pembelajaran di kelas. Melalui belajar kelompok, siswa dapat saling berbagi gagasan dan pengalaman serta bekerjasama untuk memecahkan masalah dalam kegiatan belajar mengajar.
Penggunaan pendekatan kontekstual   dalam pembelajaran menulis surat resmi dapat dijadikan sebagai strategi untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian dengan judul Peningkatan Keterampilan Menulis Surat Resmi Menggunakan Pendekatan Kontekstual (Penelitian Tindakan Kelas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dalam bahan ajar “Membuat Surat Resmi” di SMPN 2 Babakan Salju)

1.2 Identifikasi Masalah
Dalam setiap kegiatan belajar mengajar, guru selalu dihadapkan pada siswa yang mengalami kesulitan belajar, khususnya menulis surat resmi. Keterampilan menulis surat resmi pada  siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Babakan Salju  masih rendah. Masalah yang muncul dalam keterampilan menulis dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari diri siswa. Sebagian besar siswa beranggapan bahwa Bahasa Indonesia  adalah pelajaran yang membosankan sehingga siswa kurang berminat mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia . Guru harus dapat memberikan pengertian kepada siswa tentang pentingnya pelajaran Bahasa Indonesia  dalam kehidupan sehari-hari.
Kurangnya pemahaman tentang surat resmi juga menyebabakan rendahnya keterampilan menulis siswa. Aturan-aturan yang ada dalam penulisan surat resmi, terutama dalam hal kebahasaan menyebabkan siswa sulit menulis surat resmi dengan benar. Untuk mengatasi hal ini, guru harus lebih banyak memberikan penjelasan kepada siswa dengan memberikan contoh-contoh surat resmi.
Faktor lain penyebab rendahnya keterampilan menulis surat resmi adalah siswa kurang berlatih menulis surat resmi. Mereka menganggap bahwa menulis adalah pelajaran yang sulit. Siswa mengalami kesulitan menulis terutama dalam pemakaian bahasa. Untuk meningkatkan keterampilan menulis, siswa harus banyak diberi latihan dengan teknik belajar yang bervariasi.
Faktor eksternal yang berasal dari luar siswa, yaitu faktor dari guru. Kurangnya keterampilan menulis surat resmi dapat disebabkan karena bimbingan dan penjelasan guru dalam proses pembelajaran sulit dipahami oleh siswa. Siswa tidak dapat menguasai seluruh materi yang diajarkan oleh guru. Untuk menyelesaikan masalah ini, guru seharusnya menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
Teknik mengajar yang kurang tepat dalam pembelajaran juga dapat menyebabkan lemahnya keterampilan menulis surat resmi siswa. Guru harus menggunakan teknik mengajar yang bervariasi agar kegiatan pembelajaran lebih menarik. Salah satu teknik yang dapat digunakan adalah dengan menerapkan pendekatan kontekstual   yang dapat mendorong keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran.


1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, peneliti membatasi permasalahan yang akan menjadi bahan penelitian, yaitu keterampilan siswa dalam menulis surat resmi masih rendah. Untuk meningkatkan keterampilan menulis surat resmi akan digunakan pendekatan kontekstual  .

1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana peningkatan keterampilan menulis surat resmi siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Babakan Salju  setelah diberikan pembelajaran kontekstual  ?
2. Bagaimana perubahan tingkah laku siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Babakan Salju  setelah diberikan pembelajaran kontekstual  ?

1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mendeskripsi peningkatan keterampilan menulis surat resmi  siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Babakan Salju  setelah diberikan pembelajaran kontekstual .
2. Untuk mendeskripsi perubahan tingkah laku siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Babakan Salju  dalam menulis surat resmi  setelah diberikan pembelajaran kontekstual.

1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian mengenai peningkatan keterampilan menulis surat resmi  pada siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Babakan Salju  dengan pendekatan kontesktual   ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis dan praktis.
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan penelitian pendidikan di Indonesia, khususnya pada bidang penelitian tindakan kelas. Penelitian ini juga diharapkan menambah khasanah pengetahuan dan pemahaman bagi pembaca tentang peningkatan keterampilan menulis surat resmi  pada siswa  kelas IX dengan pendekatan kontekstual   sehingga dapat memperbaiki mutu pendidikan dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran menulis surat resmi  sehingga keterampilan siswa dalam menulis surat resmi  dapat ditingkatkan. Sedangkan bagi guru, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengembangkan metode dan strategi guru dalam pembelajaran menulis dengan memperbaiki metode mengajar dalam meningkatkan keterampilan menulis siswa.
BAB II
LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A.  Keterampilan Menulis
1.  Hakikat Menulis
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain (Tarigan 1986:3). Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis, penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis tidak datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur. Menurut Akhadiah, dkk (1988:2), menulis merupakan suatu proses, yaitu proses penulisan. Ini berarti bahwa kita melakukan kegiatan dalam beberapa tahap, yakni tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi.
Menulis, seperti halnya ketiga keterampilan berbahasa lainnya, merupakan suatu proses perkembangan. Menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, latihan, keterampilan-keterampilan khusus, dan pengajaran langsung menjadi seorang penulis. menulis menuntut gagasan-gagasan yang tersusun secara logis, diekspresikan secara jelas, dan ditata secara menarik. Selanjutnya, menuntut penelitian yang terperinci, observasi yang saksama, pembeda yang tepat dalam pemilihan judul, bentuk, dan gaya.
Dalam menulis diperlukan adanya suatu bentuk ekspresi gagasan yang berkesinambungan dan mempunyai urutan logis dengan menggunakan kosakata dan tatabahasa tertentu atau kaidah kebahasaan yang digunakan sehingga dapat menggambarkan atau menyajikan informasi yang diekspresikan secara jelas. Itulah sebabnya untuk terampil menulis diperlukan latihan dan praktik yang terus-menerus dan teratur (Suriamiharja,dkk 1996:2).
Menulis merupakan proses bernalar. Untuk menulis mengenai suatu topik penulis harus berpikir, menghubungkan berbagai fakta, membandingkan, dan sebagainya. Berpikir merupakan kegiatan mental. Ketika penulis berpikir, dalam benak penulis timbul serangkaian gambaran tentang sesuatu yang tidak hadir secara nyata. Kegiatan ini tidak terkendali terjadi dengan sendirinya dan tanpa kesadaran. Kegiatan yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling berhubungan, dan tujuan untuk sampai pada suatu simpulan. Jenis kegiatan berpikir yang terakhir inilah yang disebut kegiatan bernalar. Proses bernalar atau penalaran merupakan proses berpikir sistematik untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah proses bernalar untuk menuangkan gagasan dengan menggunakan kosakata dan kaidah kebahasaan dalam bentuk tulis, yang disampaikan pada orang lain secara tidak langsung.

2. Tujuan Menulis
Setiap jenis tulisan memiliki tujuan yang beranekaragam, yaitu memberitahukan atau mengajar, meyakinkan atau mendesak, menghibur atau menyenangkan, mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api. Bagi penulis yang belum berpengalaman, ada baiknya memperhatikan tujuan menulis (Tarigan 1986:23).
Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif (informative discourse). Melalui tulisan, penulis bertujuan ingin memberitahu atau mengajarkan sesuatu kepada pembaca sehingga pembaca menjadi tahu mengenai sesuatu yang disampaikan oleh penulis.
Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif (persuasive discourse). Melalui tulisan, pengarang bertujuan ingin meyakinkan pembacanya akan kebenaran gagasan yang disampaikan sehingga pembaca dapat dipengaruhi dan merasa yakin akan gagasan penulis. Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer atau wacana kesastraan (literary discourse). Penulis bertujuan untuk menyenangkan dan menghindarkan kedukaan para pembaca. Melalui tulisan, penulis ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, serta membuat hidup para pembaca lebih mudah dan menyenangkan dengan karyanya itu.
Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut wacana ekspresif (ekspresive discourse). Melalui tulisan, penulis bertujuan untuk mengekspresikan perasaan dan emosi agar pembaca dapat memahami makna yang ada dalam tulisan.
Menurut Suriamiharja, dkk (1996:2), tujuan menulis adalah agar tulisan yang dibuat dapat dibaca dan dipahami oleh orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap bahasa yang dipergunakan. Dengan demikian, keterampilan menulis menjadi salah satu cara berkomunikasi karena dalam pengertian tersebut muncul satu kesan adanya pengiriman dan penerimaan pesan.
Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis mempunyai tujuan untuk memberitahukan atau mengajar, meyakinkan atau mendesak, menghibur atau menyenangkan, mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api agar dipahami oleh orang lain.

3. Manfaat Menulis
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang mempunyai peranan penting di dalam kehidupan manusia. Dengan menulis, seseorang dapat mengutarakan pikiran dan gagasan untuk mencapai maksud dan tujuan. Menurut Tarigan (1986:22), menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir. Menulis juga dapat mendorong kita untuk berpikir secara kritis, memudahkan penulis memahami hubungan gagasan dalam tulisan, memperdalam daya tanggap atau persepsi, memecahkan masalah yang dihadapi, dan mampu menambah pengalaman menulis.
Menurut pendapat Akhadiah, dkk (1988:1), banyak keuntungan yang diperoleh dari kegiatan menulis. Keuntungan yang pertama adalah dengan menulis seseorang dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya. Penulis dapat mengetahui sampai di mana pengetahuannya tentang suatu topik. Untuk mengembangkan topik itu, penulis harus berpikir untuk memperoleh pengetahuan dan pengalamannya.
Kedua, melalui kegiatan menulis, penulis dapat mengembangkan berbagai gagasan. Dengan menulis, penulis terpaksa bernalar, menghubung-hubungkan, serta membandingkan fakta-fakta untuk mengembangkan berbagai gagasannya. keuntungan ketiga, penulis lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi yang berhubungan dengan topik yang ditulis. Kegiatan menulis dapat memperluas wawasan penulisan secara teoretis mengenai fakta-fakta yang berhubungan.
Keempat, penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat. Dengan demikian, penulis dapat menjelaskan permasalahan yang semula masih samar. Keuntungan kelima, melalui tulisan,penulis dapat meninjau serta menilai gagasannya secara lebih objektif. Keenam, dengan menuliskan sesuatu di kertas, penulis akan mudah memecahkan permasalahan, yaitu dengan menganalisis secara tersurat dalam konteks yang lebih konkret. Ketujuh, dengan menulis mengenai suatu topik, penulis terdorong untuk belajar secara aktif. Penulis menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan sekadar menjadi penyadap informasi dari orang lain. Keuntungan kedelapan, kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan penulis berpikir serta berbahasa secara tertib.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis sangat bermanfaat dalam kehidupan. Menulis dapat meningkatkan penalaran untuk mengembangkan berbagai gagasan yang dapat memperluas wawasan dan pengetahuan.

4. Ragam Tulisan
Telah banyak ahli yang membuat klasifikasi mengenai tulisan. Beberapa klasifikasi yang pernah dibuat seperti yang disampaikan oleh Tarigan (1986:26) adalah tulisan bentuk objektif dan tulisan bentuk subjektif. Tulisan yang berbentuk objektif mencakup penjelasan yang terperinci mengenai proses, batasan, laporan, dan dokumen. Tulisan yang berbentuk subjektif mencakup otobiografi, surat-surat, penilaian pribadi, esei informal, potret atau gambaran, dan satire.
Berdasarkan bentuknya, Tarigan (1986:27) juga menyampaikan klasifikasi yang lain, yaitu eksposisi, deskripsi, narasi, dan argumentasi. Selain itu terdapat klasifikasi lain, yaitu tulisan kreatif yang memberi penekanan pada ekspresi diri secara pribadi dan tulisan ekspositori yang mencakup penulisan surat, penulisan laporan, timbangan buku, resensi buku, dan rencana penelitian.
Keraf (1981) dalam Sutikno (2002:24) membuat klasifikasi tulisan menjadi empat jenis, yaitu deskripsi, narasi, argumentasi, dan eksposisi. Deskripsi adalah bentuk tulisan yang menceritakan suatu objek atau suatu hal sehingga objek itu seolah-olah berada di depan mata dan dilihat sendiri oleh pembaca. Narasi adalah bentuk tulisan yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian yang seolah-olah dialami sendiri oleh pembaca. Argumentasi adalah bentuk tulisan yang berusaha membuktikan suatu kebenaran. Eksposisi adalah bentuk tulisan yang menguraikan suatu objek yang memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca.
Dari beberapa klasifikasi para ahli mengenai tulisan tersebut, surat termasuk ragam tulisan yang berbentuk subjektif dan ekspositori.


B.  Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)), merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan ysng dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Depdiknas 2002:1).
Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil belajar. Hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi anak untuk memecahkan persoalan, berpikir kritis, dan melaksanakan observasi serta menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka panjangnya. Tugas guru dalam kelas kontekstual adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa).
Pendekatan kontekstual menjadi pilihan dalam kegiatan belajar mengajar karena diperlukan sebuah strategi belajar baru yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka seniri (Nurhadi 2004:104).
Ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pendekatan kontekstual di kelas. Ketujuh komponen utama itu adalah konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).
Konstruktivisme merupakan landasan filosofi pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Menurut Zulaeha (2003:1), pembelajaran yang berciri konstruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri (siswa) secara aktif, kreatif, dan produktif dari pengalaman atau pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna.
Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bertanya adalah suatu strategi yang digunakan secara aktif oleh siswa untuk menganalisis dan mengeksplorasi gagasan-gagasan (Nurhadi dan Senduk 2003:45). Aktivitas bertanya juga ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika menemui kesulitan, ketika mengamati, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan itu akan menumbuhkan dorongan untuk bertanya.
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Menurut Mafrukhi (2003:2), pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh bukan dari hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apa pun materi yang diajarkan. Siklus inquiry adalah merumuskan masalah, observasi, bertanya, mengajukan dugaan (hipotesis), pengumpulan data, dan penyimpulan.
Konsep masyarakat belajar (learning community) menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari ‘sharing’ antara teman, antarkelompok, dan antara yang tahu dengan yang belum tahu. Di mana saja, mereka adalah anggota masyarakat belajar (Mafrukhi 2003:2). Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalan kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen. Menurut Depdiknas (2002:15), masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Dalam masyarakat belajar, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicranya dan sekaligis meminta informasi yang diperlukan dari teman bicaranya.
Komponen pembelajaran kontekstual selanjutnya adalah pemodelan. Maksudnya, dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu ada model yang bisa ditiru. Pemodelan pada dasarnya membhasakan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswa untuk belajar dan melakukan sesuatu yang dilakukan oleh guru (Nurhadi dan Senduk 2003:49). Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa atau model dapat didatangkan dari luar. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara melempar bola dalam olah raga, contoh karya tulis, cara melafalkan bahasa Inggris, dan sebagainya.
Refleksi juga bagian penting dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan gambaran terhadap kegiatan atau pengetahuan yang baru saja diterima. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajari sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya (Nurhadi dan Senduk 2003:51). Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses. Pengetahuan dimiliki siswa diperluas melalui konteks pembelajaran, kemudian diperluas sedikit demi sedikit.
Assessment atau penilaian yang sebenarnya adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran itu perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran yang benar (Mafrukhi 2003:3). Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian bukanlah untuk mencari informasi tentang belajar siswa. Karena assessment menekankan proses pembelajaran maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Kemajuan belajar siswa dinilai dari proses, bukan melalui hasil. Menurut Nurhadi dan Senduk (2003:53), penilaian authentik menilai pengetahuan dan keterampilan (performansi) yang diperoleh siswa. Penilai tidak hanya guru, tetapi bisa juga teman lain atau orang lain.
Karakteristik pendekatan kontekstual, yaitu adanya kerjasama, saling menunjang, pengalaman nyata, gembira, menyenangkan dan tidak membosankan, belajar dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, siswa aktif dan kritis, sharing dengan teman, dan guru kreatif.
Penerapan pendekatan kontekstual dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya adalah sebagai berikut.
1.       Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya!
2.       Laksanakan kegiatan inkuiri untuk mencapai kompetensi yang diinginkan di semua bidang studi!
3.       Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya!
4.       Ciptakan ‘masyarakat belajar’ (belajar dalam kelompok-kelompok)!
5.       Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran!
6.       Lakukan refleksi di akhir pertemuan!
7.       Lakukan penilaian yang sebenarnya dari berbagai sumber dan dengan berbagai cara!

C. Model   Pendekatan Kontekstual   
Pendekatan kontekstual adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya lingkungan alamiah itu diciptakan dalam proses belajar agar kelas lebih ‘hidup’ dan lebih ‘bermakna’ karena siswa ‘mengalami’ sendiri apa yang dipelajarinya. Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan yang memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan serta keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan kehidupan baik di sekolah maupun di luar sekolah (Nurhadi dan Senduk 2003:5).
Tugas guru dalam kelas kontekstual adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa).
Masyarakat belajar merupakan salah satu komponen pendekatan kontekstual yang dapat dijadikan sebagai strategi pembelajaran. Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari ‘sharing’ antarteman, antarkelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu.
Dalam kelas kontekstual, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen. Siswa yang pandai mengajari yang lemah, siswa yang tahu memberitahu yang belum tahu, yang cepat menangkap mendorong temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul, dan seterusnya. ”Masyarakat belajar” bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Dalam masyarakat belajar, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya (Depdiknas 2002:15).
Kegiatan saling belajar dapat terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap paling tahu, semua pihak mau saling mendengarkan. Setiap pihak harus merasa bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman, atau keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari.
Pada dasarnya, learning community atau masyarakat belajar itu mengandung pengertian sebagai berikut.
1. Adanya kelompok belajar yang berkomunikasi untuk berbagi gagasan dan pengalaman.
2. Ada kerjasama untuk memecahkan masalah.
3. Pada umumnya hasil kerja kelompok lebih baik daripada kerja secara individual.
4. Ada rasa tanggung jawab kelompok, semua anggota dalam kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama.
5. Melakukan upaya membangun motivasi belajar bagi anak yang belum mampu.
6. Menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan seorang anak belajar dengan anak lainnya.
7. Ada rasa tanggung jawab dan kerjasama antara anggota kelompok untuk saling memberi dan menerima.
8. Adanya fasilitator atau guru yang memandu proses belajar dalam kelompok.
9. Harus ada komunikasi dua arah atau multi arah.
10. Ada kemauan menerima pendapat yang lebih baik.
11. Ada kesediaan untuk menghargai pendapat orang lain.
12. Tidak ada kebenaran yang mutlak.
13. Dominasi siswa yang pandai perlu diperhatikan agar siswa yang lambat dapat pula berperan.
14. Siswa bertanya kepada teman-temannya itu sudah mengandung arti learning community.
Apabila setiap orang mau belajar dari orang lain, maka setiap orang lain bisa menjadi sumber belajar, dan ini berarti setiap orang akan sangat kaya dengan pengetahuan dan pengalaman. Metode pembelajaran dengan teknik learning community sangat membantu proses pembelajaran di kelas. Praktiknya dalam pembelajaran dapat berwujud bekerja dalam pasangan, pembentukan kelompok kecil, pembentukan kelompok besar, mendatangkan ahli ke kelas (tokoh, olah ragawan, dokter, perawat, petani, pengurus organisasi, polisi, tukang kayu, dan sebagainya), bekerja dengan kelas sederajat, bekerja kelompok dengan kelas di atasnya, bekerja dengan sekolah di atasnya, dan bekerja dengan masyarakat (Nurhadi 2003: 49).
Pembentukan kelompok kecil merupakan salah satu wujud dalam pembelajaran dengan teknik learning community. Dalam pembentukan kelompok kecil, kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang anggotanya terdiri atas empat atau lima siswa dengan karakteristik yang heterogen. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut. Para anggota dari berbagai tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk berdiskusi mengkaji bagian bahan tersebut. Setelah diadakan diskusi, para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.

D.  Kerangka Berpikir
Keterampilan menulis surat resmi  kelas IXA SMP Negeri 2 Babakan Salju  masih rendah. Rendahnya keterampilan surat resmi tersebut disebabkan karena kurangnya pemahaman siswa mengenai surat resmi dan siswa kurang berlatih menulis surat resmi. Penjelasan dan teknik mengajar yang digunakan oleh guru juga mempengaruhi rendahnya keterampilan siswa dalam menulis surat resmi.
Penerapan pendekatan kontekstual   dalam pembelajaran menulis surat resmi  diharapkan dapat memotivasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis surat resmi. Dalam mengajar, guru tidak hanya menggunakan teknik ceramah, tetapi juga dengan teknik diskusi. Melalui diskusi, siswa diarahkan untuk lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Sebelum melakukan pembelajaran pada siklus I, terlebih dahulu melakukan tes pratindakan untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai surat resmi.
Pada siklus I, peneliti memberikan contoh surat resmi kepada siswa. Melalui diskusi, siswa diminta mengidentifikasi sistematika dan peggunaan bahasa dalam contoh surat resmi tersebut. Siswa diarahkan untuk menemukan pemahaman sendiri mengenai surat resmi. Kemudian siswa diminta untuk menyimpulkan pengertian dan cara penulisan surat resmi yang baik dan benar. Setelah paham mengenai surat resmi, siswa diminta berlatih untuk menulis surat resmi  dengan baik dan benar. Peneliti menekankan kepada siswa untuk menggunakan bahasa yang benar dalam menulis surat resmi.
Hasil pekerjaan siswa dikoreksi dan dinilai sesuai berdasarkan kriteria penilaian yang sudah ditentukan. Peneliti melakukan evaluasi terhadap hasil tindakan pada siklus I untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis surat resmi. Apabila hasilnya rendah, akan dilakukan pembelajaran pada siklus II.
Pada siklus II, peneliti menanyakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa pada pembelajaran siklus I. Lalu, peneliti memberikan penyelesaian terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Peneliti memberikan contoh surat resmi agar siswa dapat memperbaiki kesalahan dalam menulis surat resmi. Kemudian, siswa diminta untuk menulis surat resmi  dengan benar. Hasil pekerjaan siswa dikoreksi dan dinilai berdasarkan kriteria penilaian yang sudah ditentukan. Peneliti melakukan evaluasi untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis surat resmi  siswa setelah dilakukan pembelajaran siklus II. Apabila diperoleh hasil yang lebih baik dari pembelajaran sebelumnya, maka penerapan pendekatan kontekstual   dapat meningkatkan keterampilan menulis surat resmi  siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Babakan Salju . Kerangka berpikir proses pembelajaran menulis surat resmi  dengan pendekatan kontekstual   dapat digambarkan sebagai berikut. Masalah Hasil
Bagan 1. Tahap Penelitian Tindakan Kelas Pembelajaran Menulis surat resmi  dengan Pendekatan Kontekstual   

E.  Hipotesis Tindakan
Dengan digunakannya pendekatan kontekstual   diharapkan dapat meningkatkan keterampilan menulis surat resmi  dan mengubah tingkah laku siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Babakan Salju .

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas (PTK) dengan dua siklus, yaitu proses tindakan pada siklus I dan siklus II. Untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum diberikan tindakan, terlebih dahulu diberikan tes awal sebelum siklus I. Siklus I bertujuan untuk mengetahui kemampuan menulis siswa. Siklus I digunakan sebagai refleksi untuk melaksanakan siklus II. Sedangkan hasil proses tindakan pada siklus II bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis setelah dilakukan perbaikan dalam kegiatan belajar mengajar yang didasarkan pada refleksi siklus I. Tiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

3.1.1 Prosedur Tindakan Siklus I
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus I dilakukan persiapan pembelajaran menulis surat resmi  dengan menyusun rencana pembelajaran terlebih dahulu sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan. Rencana pembelajaran ini digunakan sebagai program kerja atau pedoman peneliti dalam melaksanakan proses belajar mengajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Selain itu, peneliti menyiapkan soal yang akan diujikan melalui lembar tes menulis surat resmi  beserta kriteria penilaiannya. Peneliti juga menyiapkan instrumen penelitian yang berupa lembar observasi, lembar wawancara, lembar angket, lembar jurnal, dan dokumentasi yang berupa foto. Setelah menyiapkan alat tes dan nontes, peneliti berkoordinasi dengan guru mata pelajaran mengenai kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2. Tindakan
Tindakan ini disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Pelaksanaan tindakan dalam siklus I meliputi apersepsi, proses pembelajaran, dan evaluasi.
a. Apersepsi
Pada tahap ini, peneliti memberikan apersepsi kepada siswa mengenai pengertian, sistematika, dan penggunaan bahasa surat resmi. Kemudian, peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran dan manfaat yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
b. Proses pembelajaran
Pada proses pembelajaran, siswa diminta berkelompok yang terdiri atas empat sampai lima orang. Peneliti memberikan contoh surat resmi kepada setiap kelompok. Siswa mengamati contoh surat resmi dan menentukan jenis surat resmi tersebut. Secara berkelompok, siswa mengidentifikasi sistematika dan penggunaan bahasa dalam contoh surat resmi. Setelah mengidentifikasi sistematika dan penggunaan bahasa dalam surat resmi secara berkelompok, siswa berdiskusi secara klasikal untuk membahas sistematika dan penggunaan bahasa yang tepat dalam menulis surat resmi.
c. Evaluasi
Setelah siswa paham mengenai surat resmi, di akhir setiap siklus peneliti mengadakan tes. Pada siklus I siswa diminta untuk menulis surat resmi  yang berupa surat permohonan izin secara individu. Tujuan tes ini adalah untuk mengetahui keterampilan siswa dalam menulis surat resmi.

3. Pengamatan
Selama penelitian berlangsung, peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Melalui lembar observasi, peneliti mengamati tingkah laku siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Aspek-aspek yang dinilai adalah hasil tulisan siswa serta perilaku siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Selain menggunakan lembar observasi, peneliti juga melakukan pemotretan selama pembelajaran berlangsung. Foto yang diambil berupa aktifitas-aktifitas yang dilakukan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hasil pemotretan ini digunakan sebagai gambaran siswa yang diabadikan selama proses pembelajaran berlangsung.
Setelah kegiatan pembelajaran selesai, peneliti membagikan angket dan lembar jurnal kepada siswa untuk mengetahui tanggapan, kesan, dan pesan siswa terhadap materi, proses pembelajaran, dan teknik yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat memperbaiki tindakan pada siklus berikutnya.
Untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran menulis surat resmi, peneliti juga melakukan wawancara kepada siswa. Wawancara dilakukan di luar jam pelajaran terutama kepada siswa yang mendapatkan nilai tinggi, sedang, dan nilai rendah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sikap positif dan negatif siswa dalam kegiatan pembelajaran menulis surat resmi.

4. Refleksi
Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis hasil tes, hasil observasi, hasil angket, hasil jurnal, dan hasil wawancara yang telah dilakukan. Hasil analisis ini digunakan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teknik pembelajaran yang digunakan oleh peneliti dan untuk mengetahui tindakan-tindakan yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran. Refleksi pada siklus I digunakan untuk mengubah strategi dan sebagai perbaikan pembelajaran pada siklus II.

3.1.2 Prosedur Tindakan Siklus II
1. Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan adalah memperbaiki dan menyempurnakan rencana pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I. Dalam tahap ini, peneliti menyusun rencana pembelajaran dengan tindakan yang berbeda dengan tindakan pada siklus I. Peneliti juga menyiapkan soal tes dan kriteria penilaiannya, lembar observasi, lembar jurnal, lembar angket, lembar wawancara, dan foto. Kemudian peneliti berkoordinasi dengan guru mata pelajaran mengenai kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada siklus II.
2. Tindakan
Tindakan yang dilakukan pada siklus II berbeda dengan tindakan pada siklus I. Sebelum siswa menulis surat resmi, peneliti menjelaskan terlebih dahulu kesalahan-kesalahan hasil tes siswa pada siklus I. Peneliti menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa dalam menulis surat resmi. Kemudian siswa diberi arahan dan bimbingan agar dalam pelaksanaan kegiatan menulis surat resmi  pada siklus II menjadi lebih baik.
Dalam proses pembelajaran, siswa membahas tugas yang diberikan pada pembelajaran sebelumnya. Kemudian, siswa berlatih menulis surat resmi  yang berupa surat permohonan bantuan secara berkelompok dengan teman sebangku. Hasil pekerjaan setiap kelompok ditukar dengan kelompok lain untuk dikoreksi. Siswa mengoreksi hasil pekerjaan dan menemukan kesalahan-kesalahan yang ada dalam penulisan surat resmi oleh kelompok lain. Setelah berdiskusi dengan teman sebangku, secara klasikal siswa berdiskusi untuk membahas sistematika dan penggunaan bahasa dalam surat permohonan bantuan. Pada akhir kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan evaluasi dengan mengadakan tes. Secara individu, siswa diminta untuk menulis surat resmi  berupa surat permohonan bantuan dengan sistematika yang tepat dan bahasa yang efektif.
3. Pengamatan
Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti melakukan pengamatan terhadap siswa dengan menggunakan lembar observasi dan melakukan pemotretan. Setelah kegiatan pembelajaran selesai, peneliti membagikan angket dan jurnal kepada siswa untuk mengetahui tanggapan, kesan, dan pesan siswa selama mengikuti pembelajaran. Pada siklus II ini, dilihat peningkatan hasil tes dan perilaku siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, yang meliputi keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas dan keaktifan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan. Untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran, peneliti juga melakukan wawancara di luar jam pelajaran terutama kepada siswa yang mendapatkan nilai tinggi, sedang, dan nilai rendah.

4. Refleksi
Pada siklus II, refleksi dilakukan untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis surat resmi  dan perubahan tingkah laku siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Dari refleksi tersebut juga dapat diketahui keefektifan penggunaan pendekatan kontekstual   dalam pembelajaran menulis surat resmi.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah keterampilan menulis surat resmi  siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Babakan Salju . Siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Babakan Salju  berjumlah 44 siswa yang terdiri atas 21 siswa putra dan 23 siswa putri.

3.3 Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua variabel sebagai berikut.
1. Variabel Peningkatan Keterampilan Menulis surat resmi 
Peningkatan keterampilan menulis surat resmi  dapat diketahui dengan meningkatnya hasil keterampilan menulis surat resmi  dan perubahan tingkah laku siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan pendekatan kontekstual  .
Target tingkat keberhasilan setiap siswa ditetapkan jika siswa mampu menulis surat resmi  dengan benar. Target keberhasilan setiap siswa pada proses pembelajaran siklus I dan siklus II ditetapkan nilai batas tuntas 70.

2. Variabel Penggunaan Pendekatan Kontekstual   
Masyarakat belajar merupakan salah satu komponen pendekatan kontekstual yang menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Proses pembelajaran dilakukan dalam kelompok-kelompok belajar dan guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.
Langkah-langkah pembelajaran kontekstual   dalam pembelajaran menulis surat resmi  adalah sebagai berikut.
1.       Siswa diberi contoh surat resmi.
2.       Siswa diminta berkelompok dan berdiskusi untuk mengidentifikasi sistematika dan penggunaan bahasa dalam contoh surat resmi.
3.       Siswa berlatih menulis surat resmi  dengan sistematika dan bahasa yang benar.



3.4 Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrumen sebagai berikut.
a. Tes
Bentuk instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes menulis surat resmi  dengan sistematika yang tepat dan bahasa yang efektif. Tes ini digunakan untuk mengetahui keterampilan siswa dalam menulis surat resmi. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis surat resmi, diperlukan adanya penilaian.
Ada delapan aspek pokok yang dijadikan kriteria penilaian, yaitu kesesuaian bentuk surat, kelengkapan bagian-bagian surat, penulisan bagian-bagian surat, kejelasan isi surat, pilihan kata, ejaan dan tanda baca, penggunaan bahasa baku, dan struktur kalimat. Aspek-aspek penilaian tersebut dapat dilihat pada tabel 1 berikut.


No
Aspek Penilaian
Rentang Skor
Bobot
Jumlah Skor
SB
B
C
K
1
2
3
4
5
6
7
8
Kesesuaian bentuk surat
Kelengkapan bagian-bagian surat
Penulisan bagian-bagian surat
Kejelasan isi surat
Pilihan kata
Ejaan dan tanda baca
Penggunaan bahasa baku
Struktur kalimat




10
15
15
10
10
15
10
15


Jumlah




100


Keterangan:
Sangat Baik (SB) : Skor 4
Baik (B) : Skor 3
Cukup (C) : Skor 2
Kurang (K) : Skor 1

Aspek-aspek yang dinilai dengan rentangan skor dan kategori penilaian dapat dilihat pada tabel 2 berikut.
Tabel 2. Kriteria Penilaian Surat Resmi

No.
Aspek Penilaian
Rentangan Skor
Kategori
1





2





3





4





5





6





7





8
Kesesuaian bentuk surat
a. sesuai
b. cukup sesuai
c. kurang sesuai
d. tidak sesuai

Kelengkapan bagian-bagian surat
a. lengkap
b. cukup lengkap
c. kurang lengkap
d. tidak lengkap

Penulisan bagian-bagian surat
a. semua benar
b. sedikit kesalahan
c. banyak kesalahan
d. salah semua

Kejelasan isi surat
a. jelas
b. cukup jelas
c. kurang jelas
d. tidak jelas

Pilihan kata
a. sesuai
b. cukup sesuai
c. kurang sesuai
d. tidak sesuai

Ejaan dan tanda baca
a. sangat sempurna
b. sedikit kesalahan
c. banyak kesalahan
d. semua salah

Penggunaan bahasa baku
a. semua benar
b. sedikt kesalahan
c. banyak kesalahan
d. semua salah

Struktur kalimat
a. semua benar
b. sedikit kesalahan
c. banyak kesalahan
d. semua salah


8 – 10
5 – 7
2 – 4
0 – 1


12 – 15
8 – 11
4 – 7
0 – 3


12 – 15
8 – 11
4 – 7
0 – 3


8 – 10
5 – 7
2 – 4
0 – 1


8 – 10
5 – 7
2 – 4
0 – 1


12 – 15
8 – 11
4 – 7
0 – 3


8 – 10
5 – 7
2 – 4
0 – 1


12 – 15
8 – 11
4 – 7
0 – 3

Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang


Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang


Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang


Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang


Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang


Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang


Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang


Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang

Keterangan pedoman penilaian surat resmi sebagai berikut.
1. Kesesuaian bentuk surat
a. Sesuai: bentuk surat sesuai dengan aturan
b. Cukup sesuai: bentuk surat tidak jauh menyimpang dari aturan
c. Kurang sesuai: bentuk surat kurang sesuai dengan aturan
d. Tidak sesuai: bentuk surat tidak sesuai dengan aturan
2. Kelengkapan bagian-bagian surat
a. Lengkap: semua bagian surat resmi ditulis lengkap
b. Cukup lengkap: jumlah bagian surat resmi tidak kurang dari 10
c. Kurang lengkap: jumlah bagian surat resmi kurang dari 10
d. Tidak lengkap: jumlah bagian surat resmi kurang dari 7
3. Penulisan bagian-bagian surat
a. Sangat sempurna: jumlah kesalahan antara 1 sampai 3
b. Sedikit kesalahan: jumlah kesalahan antara 4 sampai 10
c. Banyak kesalahan: jumlah kesalahan lebih dari 10
d. Salah semua: semua penulisan bagian surat salah
4. Kejelasan isi surat
a. Jelas: isi surat disampaikan dengan jelas
b. Cukup jelas: isi surat yang disampaikan cukup jelas
c. Kurang jelas: isi surat yang disampaikan kurang jelas
d. Tidak jelas: isi surat yang disampaikan tidak jelas
5. Pilihan kata
a. Sesuai: pilihan kata sesuai dengan isi surat
b. Cukup sesuai: pilihan kata cukup sesuai dengan isi surat
c. Kurang sesuai: pilihan kata kurang sesuai dengan isi surat
d. Tidak sesuai: pilihan kata tidak sesuai dengan isi surat
6. Ejaan dan tanda baca
a. Sangat sempurna: jumlah kesalahan antara 1 sampai 3
b. Sedikit kesalahan: jumlah kesalahan antara 4 sampai 10
c. Banyak kesalahan: jumlah kesalahan antara 11 sampai 20
d. Semua salah: semua penggunaan ejaan dan tanda baca salah
7. Penggunaan bahasa baku
a. Sangat sempurna: jumlah kesalahan antara 1 sampai 3
b. Sedikit kesalahan: jumlah kesalahan antara 4 sampai 10
c. Banyak kesalahan: jumlah kesalahan lebih dari 10
d. Semua salah: semua penggunaan bahasa baku salah
8. Struktur kalimat
a. Sangat sempurna: jumlah kesalaha antara 1 sampai 3
b. Sedikit kesalahan: jumlah kesalahan antara 4 sampai 10
c. Banyak kesalahan: jumlah kesalahan lebih dari 10
d. Semua kesalahan: semua struktur kalimat salah

Dari pedoman penilaian tersebut, peneliti dapat mengetahui kemampuan menulis surat resmi  siswa berhasil mencapai kategori sangat baik, baik, cukup, dan kurang.



Tabel 3. Penilaian Keterampilan Menulis Surat Resmi
No.
Kategori
Skor
1.
Sangat baik
85 - 100
2.
Baik
75 - 84
3.
Cukup
65 - 74
4.
Kurang
0 - 64


b. Nontes Bentuk instrumen yang berupa nontes adalah lembar observasi, pedoman wawancara, lembar angket, jurnal, dan dokumentasi yang berupa foto.
1. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengamati keadaan, respon, sikap, dan keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Hal-hal yang diamati, yaitu perilaku positif dan perilaku negatif siswa dalam proses pembelajaran.
2. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi tentang pembelajaran Bahasa Indonesia  yang berkaitan dengan pembelajaran menulis surat resmi. Aspek yang digunakan dalam pedoman wawancara, antara lain mengenai tanggapan siswa terhadap materi pelajaran, kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran menulis surat resmi, dan tanggapan siswa terhadap guru dan teknik yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
3. Lembar Angket
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket terstruktur dan tertutup. Aspek yang diungkap mengenai proses pembelajaran menulis surat resmi. Jumlah pertanyaan dalam angket sebanyak sepuluh soal dengan empat pilihan jawaban. Peneliti menentukan skor dalam penilaian angket. Setiap jawaban memiliki skor yang berbeda. Nilai akhir angket adalah jumlah skor yang diperoleh siswa dibagi jumlah skor ideal dikalikan seratus.
4. Jurnal
Jurnal digunakan untuk mengetahui kesan dan pesan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Aspek yang diungkap antara lain mengenai perasaan siswa senang atau tidak selama mengikuti pembelajaran menulis surat resmi  dengan pendekatan kontekstual.

3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Tes
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes. Tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada siklus I dan siklus II. Tes diberikan kepada siswa pada akhir pembelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk menulis surat resmi. Tes diberikan untuk mengetahui keterampilan siswa dalam kesesuaian bentuk surat, kelengkapan bagian-bagian surat, penulisan bagian-bagian surat, kejelasan isi surat, pilihan kata, ejaan dan tanda baca, penggunaan bahasa baku, dan struktur kalimat.
Langkah-langkah dalam pengambilan data hasil tes adalah sebagai berikut.
1. Persiapan
Dalam penelitian ini peneliti menyiapkan soal yang akan dikerjakan oleh siswa, yaitu jenis surat resmi yang akan ditulis oleh siswa. Hal-hal yang disiapkan, yaitu menentukan topik yang akan digunakan dalam menulis surat resmi  dan membagi kertas.
2. Pelaksanaan
Tes dilaksanakan di dalam kelas setelah materi pembelajaran menulis surat resmi  diberikan selama dua jam pelajaran. Pelaksanaan tes bertujuan agar siswa mampu menulis surat resmi  dengan sistematika yang tepat dan bahasa yang efektif.
3. Evaluasi
Setelah siswa menulis surat resmi, peneliti melakukan evaluasi dengan memberikan nilai pada setiap siswa dan hasil penilaian tersebut disebut sebagai hasil tes.
4. Teknik Nontes
Data nontes digunakan untuk mengetahui perubahan perilaku siswa dalam proses pembelajaran. Dalam pengambilan data nontes, peneliti menggunakan observasi, wawancara, angket, jurnal, dan dokumentasi yang berupa foto.
Observasi dilakukan oleh peneliti selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan pada semua siswa dengan memberikan tanda check (√) pada lembar observasi. Dalam penelitian ini observasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai proses dan perilaku siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Wawancara dilakukan setelah proses pembelajaran selesai dengan menggunakan alat perekam. Wawancara hanya ditujukan kepada siswa tertentu yang mendapatkan nilai tinggi, sedang, dan nilai rendah. Siswa menjawab pertanyaan yang berjumlah lima soal yang berkaitan dengan pembelajaran menulis surat resmi. Wawancara dalam penelitian ini berisi tentang respon siswa terhadap tugas yang dikerjakan dan hambatan atau kesulitan yang dihadapi.
Angket dibagikan kepada siswa setelah proses pembelajaran berakhir. Jumlah soal dalam angket sebanyak sepuluh soal dengan empat pilihan jawaban. Setiap jawaban memiliki skor yang berbeda. Nilai akhir angket adalah jumlah skor yang diperoleh siswa dibagi jumlah skor ideal dikalikan seratus.
Jurnal diisi oleh siswa setelah proses pembelajaran berakhir. Lembar jurnal berisi lima soal dan diisi oleh siswa secara tertulis. Dalam penelitian ini, jurnal digunakan untuk mengetahui respon dan minat siswa terhadap proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual  , kesulitan yang dihadapi siswa dalam menulis surat, dan kesan dan pesan siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Pengambilan foto juga dilakukan selama penelitian berlangsung. Foto yang diambil berupa aktifitas-aktifitas siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Dokumentasi berupa foto ini digunakan sebagai bukti visual kegiatan pembelajaran selama penelitian berlangsung.

4.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif.
1. Secara kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari data nontes, yaitu data observasi, jurnal, angket, wawancara, dan dokumentasi foto. Analisis data dilakukan dengan menelaah seluruh data yang diperoleh, menyusunnya dalam satuan-satuan, dan dikategorisasikan.
Hasil analisis data secara kualitatif digunakan untuk mengetahui perubahan perilaku siswa pada pembelajara siklus I dan siklus II, serta untuk mengetahui efektivitas penggunaan pendekatan kontekstual   dalam peningkatan keterampilan menulis surat resmi.
2. Secara Kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes menulis surat resmi  dengan pendekatan kontekstual   pada siklus I dan siklus II. Analisis data tes secara kuantitatif atau deskriptif presentase ini dilakukan dengan menghitung nilai masing-masing aspek, merekap nilai siswa, menghitung nilai rata-rata siswa, dan menghitung presentase nilai.
Presentase nilai dihitung menggunakan rumus berikut.

               R
NP =  -------------- x 100%
               SM

Keterangan:
NP : nilai dalam persen
R : skor yang dicapai siswa
SM : skor maksimal ideal


Hasil perhitungan keterampilan menulis surat resmi  dari siklus I dan siklus II dibandingkan. Hasil ini akan memberikan gambaran mengenai presentase peningkatan keterampilan menulis surat resmi.







BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian
Pada bagian ini akan disajikan hasil tes dan nontes yang diperoleh selama penelitian berlangsung. Hasil tes terbagi atas tiga bagian, yaitu pratindakan, siklus I, dan siklus II. Hasil tes siklus I dan siklus II berupa keterampilan menulis surat resmi  siswa dengan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual  . Hasil nontes diperoleh dari observasi, wawancara, angket, dan jurnal..

4.1.1 Pratindakan
Hasil tes pratindakan berupa keterampilan menulis surat resmi  siswa sebelum dilakukan tindakan penelitian. Hasil tes pratindakan ini berfungsi untuk mengetahui keadaan awal keterampilan menulis surat resmi  siswa. Tes yang dilakukan adalah menulis surat resmi  yang berupa surat permohonan izin. Hasil tes pratindakan dapat dilihat pada tabel 4 berikut.

Tabel 4. Hasil Keterampilan Menulis surat resmi  Pratindakan
No
Kategori
Rentang Nilai
Frekuensi
Bobot Skor
%
Rata-rata
1
2
3
4
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
85-100
75-84
65-74
0-64
0
0
11
33
0
0
722,75
2029,5
0%
0%
25%
75%
2752,25/44 = 62

Data pada tabel 4 menunjukkan bahwa keterampilan siswa kelas IXA dalam menulis surat resmi  untuk kategori kurang dengan skor 0-64 dicapai oleh 33 siswa atau sebesar 75%. Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 11 siswa atau sebesar 25%. Sedangkan kategori sangat baik dengan skor 85-100 dan kategori baik dengan skor 75-84 belum dicapai oleh siswa atau sebesar 0%. Jadi, nilai rata-rata keterampilan menulis surat resmi  siswa pada pratindakan sebesar 62 atau dengan kategori kurang. Nilai rata-rata tersebut berasal dari jumlah skor masing-masing aspek yang dinilai dalam menulis surat resmi, yaitu aspek kesesuaian bentuk surat, kelengkapan bagian-bagian surat, penulisan bagian-bagian surat, kejelasan isi surat, pilihan kata, ekaan dan tanda baca, penggunaan bahasa baku, dan struktur kalimat.

4.1.1.1 Aspek Kesesuaian Bentuk Surat
Pada aspek kesesuaian bentuk surat ini, penilaiannya dipusatkan pada kesesuaian bentuk surat dengan aturan yang berlaku dalam penulisan surat resmi. Hasil penilaian pada aspek kesesuaian bentuk surat pada tes pratindakan dapat dilihat pada tabel 5 berikut.
Tabel 5. Keterampilan Penyesuaian Bentuk Surat dengan Aturan yang Berlaku
No
Katagori
Rentang  Skor
Frekwensi
Bobot Skor
%
Nilai Rata-rata

Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
8-10
5-7
2-4
0-1
25
9
9
1
856
189
144
8
56,82%
20,45%
20,45%
2,28%
1197 x100
1760
= 68



44
1197
100%

Data pada tabel 5 tersebut menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam menggunakan bentuk surat untuk kategori sangat baik dengan skor 85-100 dicapai oleh 25 siswa atau sebesar 56,82%. Kategori baik dengan skor 75-84 dan kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 9 siswa atau sebesar 20,45%, sedangkan untuk kategori kurang dengan skor 0-64 dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 2,28%. Jadi, rata-rata skor yang diperoleh siswa pada aspek kesesuaian bentuk surat pada tes pratindakan sebesar 68 atau dengan kategori baik.

4.1.1.2 Aspek Kelengkapan Bagian-bagian Surat
Pada aspek kelengkapan bagian-bagian surat ini, penilaiannya dipusatkan pada kelengkapan bagian-bagian surat yang ada pada penulisan surat resmi. Hasil penilaian pada aspek kelengkapan bagian-bagian surat dapat dilihat pada tabel 6 berikut.
Tabel 6. Keterampilan Melengkapi Bagian-bagian Surat
No
Katagori
Rentang  Skor
Frekwensi
Bobot Skor
%
Nilai Rata-rata

Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
12-15
8-11
4-7
0-3
41
2
1
0
2172
66
30
0
93,18%
4,55%
2,27%
0%
2268 x100
2640
= 86



44
2268
100%

Data pada tabel 6 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik dengan skor 85-100 dicapai oleh 41 siswa atau sebesar 93,18%. Kategori baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 4,55%. Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 2,27 %, sedangkan untuk kategori kurang dengan skor 0-64 tidak dicapai oleh siswa atau sebesar 0%. Jadi, rata-rata nilai keterampilan siswa pada aspek kelengkapan bagian-bagian surat pada tes pratindakan sebesar 86 dengan kategori sangat baik.

4.1.1.3 Aspek Penulisan Bagian-bagian Surat
Pada aspek penulisan bagian-bagian surat, penilaiannya dipusatkan pada ketepatan penulisan bagian-bagian yang ada pada penulisan surat resmi. Hasil penilaian tes penulisan bagian-bagian surat dapat dilihat pada tabel 7 berikut.
Tabel 7. Keterampilan Menulis Bagian-Bagian Surat
No
Katagori
Rentang  Skor
Frekwensi
Bobot Skor
%
Nilai Rata-rata

Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
12-15
8-11
4-7
0-3
0
9
33
2
0
297
924
28
0%
20,45%
75%
4,55%
1249 x100
2640
= 47



44
1249
100%

Data pada tabel 7 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik yaitu skor 85-100 belum dicapai oleh siswa atau sebesar 0%. Kategori baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 9 siswa atau sebesar 20,45%. Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 33 siswa atau sebesar 75%, sedangkan untuk kategori kurang dengan skor 0-64 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 4,55%. Jadi, rata-rata nilai keterampilan siswa dalam menulis bagian-bagian surat pada tes pratindakan sebesar 47 dengan kategori kurang.

4.1.1.4 Aspek Kejelasan Isi Surat
Pada aspek kejelasan isi surat, penilaiannya dipusatkan pada kejelasan isi yang disampaikan dalam surat. Hasil penilaian tes kejelasan isi surat dapat dilihat pada tabel 8 berikut.


Tabel 8. Keterampilan Menulis Isi Surat
No
Katagori
Rentang  Skor
Frekwensi
Bobot Skor
%
Nilai Rata-rata

Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
8-10
5-7
2-4
0-1
6
18
20
0
192
378
339
0
13,64%
40,91%
86,36%
0%
909 x100
1760
= 52



44
909
100%

Data pada tabel 8 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik dengan skor 85-100 dicapai oleh 6 siswa atau sebesar 13,64%. Kategori baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 18 siswa atau sebesar 40,91%. Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 20 siswa atau sebesar 86,36 %, sedangkan kategori kurang dengan skor 0-64 tidak dicapai oleh siswa atau sebesar 0%. Jadi, rata-rata nilai keterampilan siswa dalam menulis isi surat pada tes pratindakan sebesar 52 dan termasuk dalam kategori kurang.

4.1.1.5 Aspek Pilihan Kata
Pada aspek pilihan kata, penilaiannya dipusatkan pada ketepatan pemilihan kata dalam penulisan surat resmi. Hasil penilaian tes ketepatan pemilihan kata dapat dilihat pada tabel 9 berikut.
Tabel 9. Keterampilan Memilih Kata
No
Katagori
Rentang  Skor
Frekwensi
Bobot Skor
%
Nilai Rata-rata

Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
8-10
5-7
2-4
0-1
0
0
35
9
0
0
579
72
0%
0%
79,55%
20,45%
651 x100
1760
= 37



44
651
100%


Data pada tabel 9 menunjukkan bahwa keterampilan untuk kategori sangat baik dengan kategori 85-100 dan kategori baik dengan skor 75-84 belum dicapai oleh siswa atau sebesar 0%. Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 35 siswa atau sebesar 79,55%. Kategori kurang dengan skor 0-64 dicapai oleh 9 siswa atau sebesar 20,45%. Jadi, rata-rata nilai keterampilan siswa pada aspek pilihan kata pada tes pratindakan sebesar 37 dan termasuk dalam kategori kurang.


4.1.1.6 Aspek Ejaan dan Tanda Baca
Pada aspek ejaan dan tanda baca, penilaiannya dipusatkan pada pemakaian huruf kapital, pemenggalan kata, penggunaan ejaan, dan tanda baca dalam penulisan surat resmi. Hasil penilaian tes pada penggunaan ejaan dan tanda baca dapat dilihat pada tabel 10 berikut.
Tabel 10. Keterampilan Menggunakan Ejaan dan Tanda Baca
No
Katagori
Rentang  Skor
Frekwensi
Bobot Skor
%
Nilai Rata-rata

Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
12-15
8-11
4-7
0-3
4
9
28
3
204
297
789
42
9,09%
20,45%
63,64%
6,82%
1332 x100
2640
= 50



44
1332
100%


Pada tabel 10 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik dengan skor 85-100 dicapai oleh 4 siswa atau sebesar 9,09%. Kategori baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 9 siswa atau sebesar 20,45%. Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 28 siswa atau sebesar 63,64%, sedangkan untuk kategori kurang dengan skor 0-64 dicapai oleh 3 siswa atau sebesar 6,82%. Jadi, rata-rata nilai keterampilan siswa pada aspek ejaan dan tanda baca pada tes pratindakan sebesar 50 dan termasuk dalam kategori kurang.

4.1.1.7 Aspek Penggunaan Bahasa Baku
Pada aspek penggunaan bahasa baku, penilaiannya dipusatkan pada penggunaan bahasa baku dalam penulisan surat resmi. Hasil penilaian tes pada aspek penggunaan bahasa baku dapat dilihat pada tabel 11 berikut.
Tabel 11. Keterampilan Menggunakan Bahasa Baku

No
Katagori
Rentang  Skor
Frekwensi
Bobot Skor
%
Nilai Rata-rata

Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
8-10
5-7
2-4
0-1
36
7
1
0
1204
147
15
0
81,82%
15,91%
2,27%
0%
1366 x100
1760
= 78



44

100%

Data pada tabel 11 tersebut menunjukkan bahwa kategori sangat baik dengan kategori 85-100 dicapai oleh 36 siswa atau sebesar 81,82%. Kategori baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 7 siswa atau sebesar 15,91%. Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 1 siswa atau sebsar 2,27%, sedangkan kategori kurang dengan skor 0-64 tidak dicapai oleh siswa atau sebesar 0%. Jadi, rata-rata nilai keterampilan siswa pada aspek penggunaan bahasa baku pada tes pratindakan sebesar 78 atau dengan kategori baik.

4.1.1.8 Aspek Struktur Kalimat
Pada aspek struktur kalimat ini, penilaiannya dipusatkan pada kohesi dan koherensi unsur-unsur pembentuk kalimat sehingga tersusun kalimat yang baik dalam surat resmi. Hasil penilaian tes pada aspek struktur kalimat dapat dilihat pada tabel 12 berikut.
Tabel 12. Keterampilan Menyusun Struktur Kalimat
No
Katagori
Rentang  Skor
Frekwensi
Bobot Skor
%
Nilai Rata-rata

Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
12-15
8-11
4-7
0-3
36
7
1
0
1776
231
30
0
81,82%
15,91%
2,27%
0
2037 x100
2640
=77



44
2037
100%

Data pada tabel 12 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik dengan skor 85-100 dicapai oleh 36 siswa atau sebesar 81,82%. Kategori baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 7 siswa atau sebesar 15,91%. Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 2,27%, sedangkan kategori kurang dengan skor 0-64 tidak dicapai oleh siswa atau sebesar 0%. Jadi, rata-rata keterampilan siswa pada penulisan struktur kalimat pada tes pratindakan sebesar 77 atau dengan kategori baik.
Untuk lebih jelasnya, hasil tes keterampilan menulis surat resmi  pratindakan siswa kelas IXA dapat dilihat pada grafik 1 di bawah ini.
Grafik 1. Hasil Tes Keterampilan Menulis surat resmi  Pratindakan
Grafik 1 menunjukkan bahwa mayoritas skor siswa masih berada pada kategori kurang, yaitu sebanyak 75% siswa. Sisanya sebesar 25% siswa berada pada kategori cukup. Sementara itu, kategori sangat baik dan baik belum dicapai oleh siswa atau sebesar 0%. Dengan demikian, keterampilan menulis surat resmi  siswa perlu ditingkatkan. Peningkatan tersebut dapat dilakukan dengan memberikan tindakan siklus I dengan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual  .

4.1.2 Hasil Siklus I
4.1.2.1 Hasil Tes
Hasil tes menulis surat resmi  yang berupa surat permohonan izin dengan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual   dapat dilihat pada tabel 13 berikut.
Tabel 13. Keterampilan Menulis surat resmi  Siklus I
No
Katagori
Rentang  Skor
Frekwensi
Bobot Skor
%
Nilai Rata-rata

Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
85-100
75-84
65-74
0-64
0
0
25
19
0
0
1718,25
1176,25
0%
0%
56,82%
43,18%
2894,5/44= 65



44

100%


Data pada tabel 13 menunjukkan bahwa keterampilan siswa kelas IXA dalam menulis surat resmi  untuk kategori sangat baik dengan skor 85-100 dan kategori baik dengan skor 75-84 belum dicapai siswa atau sebesar 0%. Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 25 siswa atau sebesar 56,82%, sedangkan kategori kurang dengan skor 0-64 dicapai oleh 19 siswa atau sebesar 43,18%. Jadi, nilai rata-rata keterampilan menulis surat resmi  siswa pada siklus I sebesar 65 atau dengan kategori cukup. Secara keseluruhan, keterampilan menulis surat resmi  siswa belum memenuhi target pencapaian nilai 70 dalam rata-rata kelas. Nilai rata-rata 65 berasal dari jumlah skor masing-masing aspek yang dinilai dalam menulis surat resmi, yaitu aspek kesesuaian bentuk surat, kelengkapan bagian-bagian surat, penulisan bagian-bagian surat, kejelasan isi surat, pilihan kata, ejaan dan tanda baca, penggunaan bahasa baku, dan struktur kalimat.

4.1.2.1.1 Aspek Kesesuaian Bentuk Surat
Pada aspek kesesuaian bentuk surat ini, penilaiannya masih dipusatkan pada kesesuaian bentuk surat dengan aturan yang berlaku dalam penulisan surat resmi. Hasil penilaian pada aspek kesesuaian bentuk surat pada tes pratindakan dapat dilihat pada tabel 5 berikut.
Tabel 14. Keterampilan Penyesuaian Bentuk Surat dengan Aturan yang Berlaku
No
Katagori
Rentang  Skor
Frekwensi
Bobot Skor
%
Nilai Rata-rata

Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
8-10
5-7
2-4
0-1
25
11
8
0
876
231
126
0
56,82%
25%
18,18%
0%
1233 x100
1760
= 70



44
1233
100%


Data pada tabel 14 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik dengan skor 85-100 dicapai oleh 25 siswa atau sebesar 56,82%. Kategori baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 11 siswa atau sebesar 25%. Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 8 siswa atau sebesar 18,18%, sedangkan kategori kurang dengan skor 0-64 tidak dicapai oleh siswa atau sebesar 0%. Jadi, rata-rata nilai keterampilan siswa pada aspek kesesuaian bentuk surat dalam pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual   sebesar 70 atau dengan kategori cukup.

4.1.2.1.2 Aspek Kelengkapan Bagian-bagian Surat
Pada aspek kelengkapan bagian-bagian surat ini, penilaiannya masih dipusatkan pada kelengkapan bagian-bagian surat yang ada pada penulisan surat resmi. Hasil penilaian pada aspek kelengkapan bagian-bagian surat dapat dilihat pada tabel 15 berikut.
Tabel 15. Aspek Kelengkapan Bagian-bagian Surat
No
Katagori
Rentang  Skor
Frekwensi
Bobot Skor
%
Nilai Rata-rata

Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
12-15
8-11
4-7
0-3
41
2
1
0
2248
66
30
0
93,18%
4,55%
2,27%
0%
2344 x100
2640
= 89



44
2344
100%

Data pada tabel 15 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik dengan skor 85-100 dicapai oleh 41 siswa atau sebesar 93,18%. Kategori baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 4,55%. Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 30 siswa atau sebesar 2,27%, sedangkan kategori kurang dengan skor 0-64 tidak dicapai oleh siswa atau sebesar 0%. Jadi, rata-rata nilai keterampilan siswa pada aspek kelengkapan bagian-bagian surat dalam pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual   sebesar 89 atau dengan kategori sangat baik.

4.1.2.1.3 Aspek Penulisan Bagian-bagian Surat
Pada aspek penulisan bagian-bagian surat, penilaiannya masih dipusatkan pada ketepatan penulisan bagian-bagian yang ada pada penulisan surat resmi. Hasil penilaian tes penulisan bagian-bagian surat dapat dilihat pada tabel 16 berikut.

Tabel 16. Keterampilan Menulis Bagian-Bagian Surat
No
Katagori
Rentang  Skor
Frekwensi
Bobot Skor
%
Nilai Rata-rata

Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
12-15
8-11
4-7
0-3
1
13
28
2
48
429
795
28
2,27%
29,55%
63,63%
4,55%
1300 x100
2640
= 49



44

100%


Data pada tabel 16 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik dengan skor 85-100 dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 2,27%. Kategori baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 13 siswa atau sebesar 29,55%. Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 28 siswa atau sebesar 63,63%, sedangkan kategori kurang dengan skor 0-64 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 4,55%. Jadi, rata-rata nilai keterampilan siswa pada aspek penulisan bagian-bagian surat dalam pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual   sebesar 49 atau dengan kategori kurang.

4.1.2.1.4 Aspek Kejelasan Isi Surat
Pada aspek kejelasan isi surat, penilaiannya masih dipusatkan pada kejelasan isi yang disampaikan dalam surat. Hasil penilaian tes kejelasan isi surat dapat dilihat pada tabel 17 berikut.

Tabel 17. Keterampilan Menulis Isi Surat

No
Katagori
Rentang  Skor
Frekwensi
Bobot Skor
%
Nilai Rata-rata

Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
8-10
5-7
2-4
0-1
18
9
15
2
600
189
258
16
40,91%
20,45%
34,09%
4,55%
1063 x100
1760
= 60



44
1063
100%


Data pada tabel 17 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik dengan skor 85-100 dicapai oleh 18 siswa atau sebesar 40,91%. Kategori baik dengan skor 84-75 dicapai oleh 9 siswa atau sebesar 20,45%. Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 15 siswa atau sebesar 34,09%, sedangkan kategori kurang dengan skor 0-64 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 4,55%. Jadi, rata-rata nilai keterampilan siswa dalam menulis isi surat dengan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual   sebesar 60 atau dengan kategori cukup.

4.1.2.1.5 Aspek Pilihan Kata
Pada aspek pilihan kata, penilaiannya masih dipusatkan pada ketepatan pemilihan kata dalam penulisan surat resmi. Hasil penilaian tes ketepatan pemilihan kata dapat dilihat pada tabel 18 berikut.
Tabel 18. Keterampilan Memilih Kata
No
Katagori
Rentang  Skor
Frekwensi
Bobot Skor
%
Nilai Rata-rata

Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
8-10
5-7
2-4
0-1
1
16
18
9
32
336
291
72
2,27%
36,36%
40,91%
20,46%
731 x100
1760
= 42



44

100%


Data pada tabel 18 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik dengan skor 85-100 dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 2,27%. Kategori baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 16 siswa atau sebesar 36,36%. Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 18 siswa atau sebesar 40,91%, sedangkan kategori kurang dengan skor 0-64 dicapai oleh 9 siswa atau sebesar 20,46%. Jadi, rata-rata nilai keterampilan siswa pada aspek pilihan kata dalam pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual   sebesar 42 atau dengan kategori kurang.

4.1.2.1.6 Aspek Ejaan dan Tanda Baca
Pada aspek ejaan dan tanda baca, penilaiannya masih dipusatkan pada pemakaian huruf kapital, pemenggalan kata, penggunaan ejaan, dan tanda baca dalam penulisan surat resmi. Hasil penilaian tes pada penggunaan ejaan dan tanda baca dapat dilihat pada tabel 19 berikut.
Tabel 19. Keterampilan Menggunakan Ejaan dan Tanda Baca
No
Katagori
Rentang  Skor
Frekwensi
Bobot Skor
%
Nilai Rata-rata

Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
12-15
8-11
4-7
0-3
5
13
22
4
264
429
624
56
11,36%
29,55%
50%
9,09%
1373 x100
2640
= 52



44

100%


Data pada tabel 19 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik dengan skor 85-100 dicapai oleh 5 siswa atau sebesar 11,36%. Kategori baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 13 siswa atau sebesar 29,55%. Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 22 siswa atau sebesar 50%, sedangkan kategori kurang dengan skor 0-64 dicapai oleh 4 siswa atau sebesar 9,09%. Jadi, rata-rata nilai keterampilan siswa dalam menggunakan ejaan dan tanda baca dengan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual   sebesar 52 atau dengan kategori kurang.

4.1.2.1.7 Aspek Penggunaan Bahasa Baku
Pada aspek penggunaan bahasa baku, penilaiannya masih dipusatkan pada penggunaan bahasa baku dalam penulisan surat resmi. Hasil penilaian tes pada aspek penggunaan bahasa baku dapat dilihat pada tabel 20 berikut.
Tabel 20. Keterampilan Menggunakan Bahasa Baku
No
Katagori
Rentang  Skor
Frekwensi
Bobot Skor
%
Nilai Rata-rata

Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
8-10
5-7
2-4
0-1
35
7
2
0
1184
147
33
0
79,55%
15,90%
4,55%
0%
1364 x100
1760
= 78



44

100%


Data pada tabel 20 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik dengan skor 85-100 dicapai oleh 35 siswa atau sebesar 79,55%. Kategori baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 7 siswa atau sebesar 15,90%. Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 4,55%, sedangkan kategori kurang dengan skor 0-64 tidak dicapai oleh siswa atau sebesar 0%. Jadi, rata-rata nilai keterampilan siswa dalam menggunakan bahasa baku dengan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual   sebesar 78 atau dengan kategori baik.

4.1.2.1.8 Aspek Struktur Kalimat
Pada aspek struktur kalimat ini, penilaiannya masih dipusatkan pada kohesi dan koherensi unsur-unsur pembentuk kalimat sehingga tersusun kalimat yang baik dalam surat resmi. Hasil penilaian tes pada aspek struktur kalimat dapat dilihat pada tabel 21 berikut.
Tabel 21. Keterampilan Menyusun Struktur Kalimat
No
Katagori
Rentang  Skor
Frekwensi
Bobot Skor
%
Nilai Rata-rata

Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
12-15
8-11
4-7
0-3
39
4
1
0
2008
132
30
0
88,64%
9,09%
2,27%
0%
2170 x100
2640
= 82



44

100%


Data pada tabel 21 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik dengan skor 85-100 dicapai oleh 39 siswa atau sebesar 88,64%. Kategori baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 4 siswa atau sebesar 9,09%. Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 2,27%, sedangkan kategori kurang dengan skor 0-64 tidak dicapai oleh siswa atau sebesar 0%. Jadi, rata-rata keterampilan siswa dalam menyusun struktur kalimat dengan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual   sebesar 82 atau dengan kategori baik.
Hasil tes keterampilan menulis surat resmi  siklus I siswa kelas IXA dapat dilihat pada grafik 2 di bawah ini.


Grafik 2.
Hasil Tes Keterampilan Menulis surat resmi  Siklus
Grafik 2 menunjukkan bahwa mayoritas skor siswa berada pada kategori cukup, yaitu sebanyak 56,82% siswa. Sisanya sebanyak 43,18% siswa berada pada kategori kurang. Kategori sangat baik dan baik melum mampu dicapai oleh siswa. Rata-rata skor yang diperoleh siswa pada siklus I belum mencapai target penilaian yang ditentukan. Oleh karena itu, keterampilan menulis surat resmi  masih perlu ditingkatkan dengan melakukan tindakan siklus II dengan pembelajaran kontekstual  .

4.1.2.2 Hasil Nontes
Hasil penelitian nontes pada siklus I adalah hasil dari observasi, wawancara, angket, jurnal, dan dokumentasi foto. Hasil penelitian nontes tersebut sebagai berikut.

4.1.2.2.1 Observasi
Observasi dilakukan selama proses pembelajaran menulis surat resmi  dengan pendekatan kontekstual   di kelas IXA SMP Negeri 2 Babakan Salju . Observasi dilakukan oleh peneliti yang sekaligus sebagai guru dengan bantuan seorang teman. Kegiatan observasi difokuskan pada tiga jenis perilaku, yaitu keaktifan siswa mendengarkan penjelasan guru, keaktifan siswa selama pembelajaran menulis surat resmi, dan keaktifan siswa mengerjakan tugas menulis surat resmi. Hasil observasi siklus I dapat dilihat pada tabel 22 berikut.



Tabel 22. Hasil Observasi Siklus I
No
Katagori
Rentang  Skor
Frekwensi
Bobot Skor
%

Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
5
4
3
2
1
0
6
2
1
1
0
24
6
2
1
0%
60%
20%
10%
10%

Jumlah

10
33
100%

Dari observasi dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa belum aktif mendengarkan penjelasan guru. Hal ini dapat dilihat pada data observasi yang menunjukkan bahwa sebanyak 32 siswa atau 72,7% siswa memperhatikan penjelasan guru. Sisanya sebanyak 27,3% atau sebanyak 12 siswa tidak memperhatikan penjelasan guru. Mereka asyik berbicara dengan teman sebangku atau melakukan kegiatan yang tidak berhubungan dengan materi pelajaran. Keaktifan siswa bertanya mengenai materi yang diajarkan oleh guru mencapai 9,09% atau hanya 4 siswa saja yang aktif bertanya. Sementara itu, dari 44 siswa hanya 10 siswa atau sebesar 22,7% siswa yang mau berkomentar mengenai materi yang diajarkan oleh guru dan 34 siswa atau 77,3% siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Sebagian besar siswa juga tidak mencatat hal-hal penting dari materi yang dijelaskan oleh guru. Hanya 20 siswa atau 45,5% siswa saja yang mau membuat catatan penting.
Keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran siklus I masih kurang. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya siswa yang tidak semangat mengikuti kegiatan pembelajaran. Sebanyak 24 siswa atau 54,5% siswa semangat mengikuti pembelajaran. Sisanya sebanyak 20 siswa atau 45,5% tidak semangat mengikuti pembelajaran. Hal itu disebabkan karena kegiatan pembelajaran dilakukan pada siang hari sehingga siswa merasa bosan dan tidak semangat mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan diskusi, dari 44 siswa hanya 34 atau 77,3% siswa yang berdiskusi dan 32 atau 72,7% terlibat dalam pembelajaran menulis. Dalam kegiatan diskusi, banyak siswa yang tidak aktif mengikuti diskusi tetapi berbicara atau bermain-main dengan teman yang lain.
Keaktifan siswa mengerjakan tugas menulis surat resmi  sudah cukup baik walaupun tidak semua siswa mampu menyelesaikan tugas dalam waktu yang ditentukan. Sebanyak 34 siswa atau 77,3% siswa mengerjakan tugas menulis surat resmi  dengan sungguh-sungguh. Sisanya sebanyak 10 siswa atau 22,7% masih bergurau dan melihat pekerjaan temannya. Dari 44 siswa, 33 siswa atau 75% siswa mampu menyelesaikan tugas dalam waktu yang ditentukan
Berdasarkan data pada tabel 22 dapat disimpulkan bahwa pada masing-masing aspek observasi, siswa belum mampu mencapai kategori sangat baik. Kategori baik dengan skor 4 mencapai 60%. Kategori cukup dengan skor 3 mencapai 20%, kategori kurang dengan skor 2 mencapai 10%, dan kategori sangat kurang dengan skor I mencapai 10%. Jadi, perilaku siswa dalam pembelajaran masih perlu diubah ke arah yang lebih baik. Guru harus merubah pola pembelajaran agar siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.


4.1.2.2.2 Wawancara
Wawancara dilakukan oleh peneliti kepada dua siswa yang memperoleh nilai tinggi, dua siswa yang memperoleh nilai sedang, dan dua siswa yang memperoleh nilai rendah dalam tes menulis surat resmi  yang berupa surat permohonan izin. Keenam siswa tersebut bernama Retno Dwi Kanosari, Rahmat Yuni Ardianto, Lolla Marrietta, Eko Wisnu Prabowo, Dwi Hana Panji, dan Irfan Adi sukmawan. Wawancara pada siklus I dilakukan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran menulis surat resmi  dengan pendekatan kontekstual.
Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa keenam siswa tersebut pada dasarnya senang dengan materi menulis surat resmi. Mereka sebagian besar juga senang dengan teknik mengajar yang digunakan oleh guru, yaitu pembelajaran kontekstual  . Walaupun sebagian besar siswa senang dengan teknik mengajar yang digunakan oleh guru, namun mereka merasa kurang termotivasi dengan adanya diskusi dalam pembelajaran menulis surat resmi. Menurut satu siswa yang nilainya sedang dan satu siswa yang nilainya kurang, dengan diskusi mereka menjadi termotivasi karena dapat bekerja sama dengan teman. Siswa yang lain merasa kurang termotivasi dengan diskusi. Dua siswa menyatakan bahwa dengan diskusi kelas menjadi ramai sehingga tidak mampu bekerja dengan baik. Sementara itu, dua siswa yang lain merasa bahwa dengan diskusi pembagian tugasnya tidak adil karena hanya siswa tertentu saja yang aktif. Sebelum hasil tes dikumpulkan, dua diantara enam siswa sudah berusaha merevisi hasil pekerjaannya agar lebih baik. Namun, mereka masih mengalami kesulitan terutama dalam menyusun kata dan struktur kalimat.

4.1.2.2.3 Angket
Angket diisi oleh semua siswa setelah kegiatan pembelajaran selesai. Aspek yang diungkap mengenai proses pembelajaran menulis surat resmi  yang terdiri atas sepuluh pernyataan. Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap materi dan teknik yang digunakan guru dalam pembelajaran. Hasil penilaian angket dapat dilihat pada tabel 23 berikut.

Tabel 23. Hasil Penilaian Angket Siklus I
No
Katagori
Rentang  Skor
Frekwensi
Bobot Skor
%
Rata-rata

Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
4
3
2
1
98
274
58
10
9800
20550
2900
250
22,3%
62,2%
13,2%
2,3%
33500/440=
76



440
33500
100%


Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa sebanyak 6 siswa menyatakan sangat setuju, 35 menyatakan setuju, dan 3 siswa menyatakan kurang setuju bahwa penjelasan guru mengenai materi surat resmi mudah dipahami. Pada pernyataan pertama, sebagian besar sswa menyatakan setuju dengan rata-rata skor 3. Dari 44 siswa, sebanyak 13 siswa menyatakan sangat setuju bahwa guru melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran sedangkan 26 siswa menyatakan setuju, 4 siswa menyatakan kurang setuju, dan I siswa menyatakan tidak setuju. Pada pernyataan kedua sebagian besar siswa menyatakan setuju dengan rata-rata skor 3. Sebanyak 12 siswa sangat setuju bahwa guru memberikan bimbingan dan pengarahan dalam kegiatan pembelajaran sedangkan 31 siswa menyatakan setuju dan 1 siswa menyatakan kurang setuju. Pada pernyataan ketiga, sebagian besar siswa menyatakan setuju dengan rata-rata skor 3. Sebanyak 8 siswa merasa sangat setuju bahwa guru memotivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran sedangkan 31 siswa menyatakan setuju dan 5 siswa menyatakan kurang setuju. Pada pernyataan keempat, sebagian besar siswa menyatakan setuju dengan rata-rata skor 3. Tanggapan siswa mengenai teknik diskusi, yaitu 6 siswa menyatakan sangat setuju bahwa teknik diskusi memberikan semangat dalam kegiatan menulis surat resmi  sedangkan 23 siswa menyatakan setuju, 12 siswa kurang setuju, dan 3 siswa menyatakan tidak setuju. Jadi, pada pernyataan kelima sebagian besar siswa menyatakan kurang setuju dengan rata-rata skor 2. Sebanyak 12 siswa merasa sangat setuju bahwa teknik diskusi mempermudah untuk memahami materi surat resmi sedangkan 22 siswa menyatakan setuju, 7 siswa kurang setuju, dan 3 siswa menyatakan tidak setuju. Pada pernyataan keenam, sebagian besar siswa menyatakan kurang setuju dengan rata-rata skor 2. Sebanyak 6 siswa merasa sangat setuju bahwa teknik diskusi mempermudah dalam menulis surat resmi  sedangkan 30 siswa menyataka setuju, 6 siswa kurang setuju, dan 2 siswa menyatakan tidak setuju. Pada pernyataan ketujuh, sebagian besar siswa menyatakan kurang setuju dengan rata-rata skor 2. Dari 44 siswa, 13 siswa merasa sangat setuju bahwa mereka merasa telah bisa membedakan surat resmi dengan surat pribadi sedangkan 27 siswa menyatakan setuju dan 4 siswa menyatakan kurang setuju. Jadi, pada pernyataan kedelapan mayoritas siswa menyatakan setuju dengan skor rata-rata 3. Sebanyak 7 siswa menyatakan sangat setuju bahwa mereka telah bisa menulis surat resmi  dengan benar sedangkan 23 siswa menyatakan setuju dan 14 siswa menyatakan kurang setuju. Pada pernyataan kesembilan, sebagian besar siswa menyatakan kurang setuju dengan rata-rata skor sebesar 2. Dari 44 siswa, 15 siswa merasa sangat setuju bahwa cara mengajar guru menambah wawasan dan ilmu pengetahuan sedangkan 27 siswa menyatakan setuju dan 2 orang menyatakan kurang setuju. Jadi, pada pernyataan kesepuluh mayoritas siswa menyatakan setuju dengan rata-rata skor sebesar 3.
Berdasarkan data pada tabel 23 dapat disimpulkan bahwa pernyataan sangat setuju terhadap materi dan teknik yang digunakan guru dalam pembelajaran siklus I mencapai 22,3%. Sementara itu, pernyataan setuju dengan skor 3 mencapai 62,2%. Pernyataan kurang setuju dengan skor 2 mencapai 13,2% sedangkan pernyataan tidak setuju dengan skor 1 mencapai 2,3%. Jadi, rata-rata skor yang diperoleh siswa pada penilaian angket siklus II sebesar 76. Hal ini berarti bahwa respon siswa terhadap materi dan teknik mengajar guru sudah baik karena mayoritas siswa menyatakan setuju. Namun, masih ada respon negatif siswa terhadap materi dan teknik yang digunakan guru dalam mengajar sehingga menyebabkan kurangnya keterampilan menulis surat resmi  siswa. Oleh karena itu, keterampilan menulis surat resmi  siswa masih perlu ditingkatkan dengan merubah perilaku negatif siswa menjadi perilaku yang positif.

4.1.2.2.4 Jurnal
Jurnal digunakan untuk mengetahui kesan dan pesan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual  . Jurnal diisi oleh siswa setelah kegiatan pembelajaran selesai yang meliputi lima pertanyaan, yaitu (1) kesan siswa terhadap cara mengajar yang digunakan oleh guru, (2) perasaan siswa setelah mengikuti pelajaran dengan teknik yang digunakan oleh guru, (3) kesan siswa terhadap materi menulis surat resmi, (4) kesulitan siswa dalam menulis surat resmi, dan (5) pesan siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang akan datang.
Hasil dari data jurnal menunjukkan bahwa 33 siswa senang dengan cara mengajar yang digunakan oleh guru karena mudah dipahami. Teknik mengajar yang digunakan oleh guru membuat siswa senang mengikuti kegiatan pembelajaran menulis surat resmi. Sementara itu, 10 siswa menyatakan cukup senang dan 1 siswa merasa tidak senang dengan cara mengajar yang digunakan oleh guru. Dari 44 siswa, 33 siswa merasa senang mengikuti pembelajaran dengan teknik yang digunakan oleh guru sedangkan 10 siswa merasa cukup senang dan 1 siswa merasa tidak senang. Sebagian besar siswa merasa senang dengan teknik diskusi karena mereka merasa bahwa dengan diskusi dapat bekerja sama dalam megatasi kesulitan dalam pembelajaran. Sementatara siswa yang lain merasa bahwa dengan diskusi tidak setiap siswa aktif dalam pembelajaran. Sebagian besar siswa, yaitu 32 siswa merasa senang dengan materi menulis surat resmi  sedangkan 11 siswa merasa cukup senang dan 1 siswa merasa tidak senang. Sebagian besar siswa merasa senang dengan materi menulis surat resmi  karena mereka merasa bahwa belajar menulis surat resmi  itu berguna untuk masa yang akan datang. Namun, sebagian kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menulis surat resmi  menyebabkan sebagian siswa kurang menyukai materi menulis surat resmi. Dari 44 siswa, 13 siswa merasa mengalami kesulitan dalam menulis surat resmi  sedangkan 31 siswa merasa tidak mengalami kesulitan. Sebagian besar siswa mengalami kesulitan ketika menulis surat resmi  terutama dalam menyusun kata, struktur kalimat, dan penggunaan tanda baca.
Dari data jurnal dapat disimpulkan bahwa masih ada siswa yang memiliki kesan negatif terhadap pembelajaran menulis surat resmi  dengan pendekatan kontekstual   dan masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis surat resmi. Guru perlu merubah metode pembelajaran agar dapat mengatasi kesulitan belajar siswa dan mengarahkan siswa ke perilaku yang lebih baik.


4.1.3 Hasil Siklus II
Tindakan siklus II dilakukan karena pada siklus I keterampilan menulis surat resmi  siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Babakan Salju  masih pada kategori cukup dan belum memenuhi target pencapaian nilai rata-rata kelas yang telah ditentukan. Selain itu, perubahan tingkah laku siswa dalam pembelajaran menulis surat resmi  juga belum tampak. Oleh karena itu, tindakan siklus II dilakukan untuk meningkatkan keterampilan menulis surat resmi  dan mengubah tingkah laku siswa dalam pembelajaran. Tindakan siklus II ternyata dapat mengatasi masalah-masalah yang ada dalam pembelajaran siklus I. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya kategori cukup ke kategori baik. Hasil tes menulis surat resmi  dan hasil nontes siklus II dapat dilihat sebagai berikut.


4.1.3.1 Hasil Tes
Hasil tes menulis surat resmi  yang berupa surat permohonan bantuan dengan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual   dapat dilihat pada tabel 24 berikut.

Tabel 24. Keterampilan Menulis surat resmi  Siklus II
No
Katagori
Rentang  Skor
Frekwensi
Bobot Skor
%
Rata-rata

Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
85-100
75-84
65-74
0-64
0
25
19
0
0
1917,5
1394,25
0
0%
56,82%
43,18%
0%
3311,75/44= 75



44
3311,75
100%


Data pada tabel 24 menunjukkan bahwa keterampilan siswa kelas IXA dalam menulis surat resmi  untuk kategori sangat baik dengan skor 85-100 dan kategori kurang dengan skor 0-64 belum dicapai oleh siswa atau sebesar 0%. Kategori baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 25 siswa atau sebesar 56,82%. Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 19 siswa atau sebesar 43,18%. Jadi, nilai rata-rata keterampilan menulis surat resmi  siswa pada siklus II sebesar 75 atau dengan kategori baik. Secara keseluruhan, keterampilan menulis surat  resmi siswa kelas IXA mengalami peningkatan dan sudah memenuhi target pencapaian nilai 70 dalam rata-rata kelas.
Nilai rata-rata 75 berasal dari jumlah skor masing-masing aspek yang dinilai dalam menulis surat resmi, yaitu aspek kesesuaian bentuk surat, kelengkapan bagian-bagian surat, penulisan bagian-bagian surat, kejelasan isi surat, pilihan kata, ejaan dan tanda baca, penggunaan bahasa baku, dan struktur kalimat.

4.1.3.1.1 Aspek Kesesuaian Bentuk Surat
Pada aspek kesesuaian bentuk surat siklus II ini, penilaiannya masih sama dengan siklus I, yaitu dipusatkan pada kesesuaian bentuk surat dengan aturan yang berlaku dalam penulisan surat resmi. Hasil penilaian pada aspek kesesuaian bentuk surat pada tes pratindakan dapat dilihat pada tabel 25 berikut.
Tabel 25. Keterampilan Penyesuaian Bentuk Surat dengan Aturan yang Berlaku
No
Katagori
Rentang  Skor
Frekwensi
Bobot Skor
%
Nilai Rata-rata

Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
8-10
5-7
2-4
0-1
43
1532
21
0
0
97,73%,
2,27%
0%
0%
1553 x100
1760
= 88



44
1553
100%


Data pada tabel 25 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik dengan skor 85-100 dicapai oleh 43 siswa atau sebesar 97,73%. Kategori baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 2,27%, sedangkan kategori cukup dengan skor 65-74 dan kategori kurang dengan skor 0-64 tidak dicapai oleh siswa atau sebesar 0%. Jadi, rata-rata nilai keterampilan siswa pada aspek kesesuaian bentuk surat dalam pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual   sebesar 88 atau dengan kategori sangat baik.

4.1.3.1.2 Aspek Kelengkapan Bagian-bagian Surat
Aspek kelengkapan bagian-bagian surat siklus II ini, penilaiannya masih dipusatkan pada kelengkapan bagian-bagian surat yang ada pada penulisan surat resmi. Hasil penilaian pada aspek kelengkapan bagian-bagian surat dapat dilihat pada tabel 26 berikut
Tabel 26. Keterampilan Melengkapi Bagian-bagian Surat

No
Katagori
Rentang  Skor
Frekwensi
Bobot Skor
%
Nilai Rata-rata

Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
12-15
8-11
4-7
0-3
44
0
0
0
2624
0
0
0
100%
0
0
0
2624 x100
2640
= 99



44

100%


Data pada tabel 26 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik dengan skor 85-100 dicapai oleh 44 siswa atau sebesar 100%, sedangkan kategori baik dengan skor 75-84, kategori cukup dengan skor 65-74, dan kategori kurang dengan skor 0-64 tidak dicapai oleh siswa atau sebesar 0%. Jadi, rata-rata nilai keterampilan siswa dalam melengkapi bagian-bagian surat dengan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual   sebesar 99 atau dengan kategori sangat baik.


4.1.3.1.3 Aspek Penulisan Bagian-bagian Surat
Pada aspek penulisan bagian-bagian surat siklus II, penilaiannya masih dipusatkan pada ketepatan penulisan bagian-bagian yang ada pada penulisan surat resmi. Hasil penilaian tes penulisan bagian-bagian surat dapat dilihat pada tabel 27 berikut.
Tabel 27. Keterampilan Menulis bagian-bagian Surat
No
Katagori
Rentang  Skor
Frekwensi
Bobot Skor
%
Nilai Rata-rata

Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
12-15
8-11
4-7
0-3
20
17
7
0
968
561
207
0
45,45%
38,64%
15,91%
0%
1736 x100
2640
= 66



44
1736
100%

Data pada tabel 27 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik dengan skor 85-100 dicapai oleh 20 siswa atau sebesar 45,45%. Kategori baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 7 siswa atau sebesar 38,64%. Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 7 siswa atau sebesar 15,91%, sedangkan kategori kurang dengan skor 0-64 tidak dicapai oleh siswa atau sebesar 0%. Jadi, rata-rata nilai keterampilan siswa dalam menulis bagian-bagian surat dengan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual   sebesar 6,6 atau dengan kategori cukup.

4.1.3.1.4 Aspek Kejelasan Isi Surat
Pada aspek kejelasan isi surat siklus II ini, penilaiannya masih dipusatkan pada kejelasan isi yang disampaikan dalam surat. Hasil penilaian tes kejelasan isi surat dapat dilihat pada tabel 28 berikut.

Tabel 28. Keterampilan Menulis Isi Surat
No
Katagori
Rentang  Skor
Frekwensi
Bobot Skor
%
Nilai Rata-rata

Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
8-10
5-7
2-4
0-1
23
16
3
2
740
336
54
16
52,27%
36,36%
6,82%
4,55%
1146 x100
1760
= 65



44
1146
100%


Data pada tabel 28 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik dengan skor 85-100 dicapai oleh 23 siswa atau sebesar 52,27%. Kategori baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 16 siswa atau sebesar 36,36%. Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 3 siswa atau sebesar 6,82%, sedangkan kategori kurang dengan skor 0-64 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 4,55%. Jadi, rata-rata nilai keterampilan siswa pada aspek kejelasan isi surat dalam pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual   sebesar 65 atau dengan kategori cukup.

4.1.3.1.5 Aspek Pilihan Kata
Pada aspek pilihan kata siklus II, penilaiannya masih dipusatkan pada ketepatan pemilihan kata dalam penulisan surat resmi. Hasil penilaian tes ketepatan pemilihan kata dapat dilihat pada tabel 29 berikut.


Tabel 29. Keterampilan Memilih Kata
No
Katagori
Rentang  Skor
Frekwensi
Bobot Skor
%
Nilai Rata-rata

Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
8-10
5-7
2-4
0-1
2
15
25
2
64
315
438
16
4,55%
34,09%
56,81%
4,55%
833 x100
1760
= 47



44
833
100%

Data pada tabel 29 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik dengan skor 85-100 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 4,55%. Kategori baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 15 siswa atau sebesar 34,09%. Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 25 siswa atau sebesar 56,81%, sedangkan kategori kurang dengan skor 0-64 dicapai oleh 2 siswa atau sebesar 4,55%. Jadi, rata-rata keterampilan siswa pada aspek pilihan kata dalam pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual   sebesar 47 atau dengan kategori kurang.

4.1.3.1.6 Aspek Ejaan dan Tanda Baca
Pada aspek ejaan dan tanda baca siklus II ini, penilaiannya masih dipusatkan pada pemakaian huruf kapital, pemenggalan kata, penggunaan ejaan, dan tanda baca dalam penulisan surat resmi. Hasil penilaian tes pada penggunaan ejaan dan tanda baca dapat dilihat pada tabel 30 berikut.

Tabel 30. Keterampilan Menggunakan Ejaan dan Tanda Baca
No
Katagori
Rentang  Skor
Frekwensi
Bobot Skor
%
Nilai Rata-rata

Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
12-15
8-11
4-7
0-3
18
18
8
0
888
594
234
0
40,91%
40,91%
18,18%
0%
1716 x100
2640
= 65



44
1716
100%

Data pada tabel 30 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik dengan skor 85-100 dan kategori baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 18 siswa atau sebesar 40,91%. Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 8 siswa atau sebesar 18,18%, sedangkan kategori kurang dengan skor 0-64 tidak dicapai oleh siswa atau sebesar 0%. Jadi, rata-rata nilai keterampilan siswa dalam menggunakan ejaan dan tanda baca dengan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual   sebesar 65 atau dengan kategori cukup.


4.1.3.1.7 Aspek Penggunaan Bahasa Baku
Pada aspek penggunaan bahasa baku siklus II, penilaiannya masih dipusatkan pada penggunaan bahasa baku dalam penulisan surat resmi. Hasil penilaian tes pada aspek penggunaan bahasa baku dapat dilihat pada tabel 31 berikut.
Tabel 31. Keterampilan Menggunakan Bahasa Baku

No
Katagori
Rentang  Skor
Frekwensi
Bobot Skor
%
Nilai Rata-rata

Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
8-10
5-7
2-4
0-1
44
0
0
0
1532
0
0
0
100%
0%
0%
0%
1532 x100
1760
= 87



44

100%

Data pada tabel 31 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik dengan skor 85-100 dicapai oleh 44 siswa atau sebesar 100%, sedangkan kategori baik dengan skor 75-84, kategori cukup dengan skor 65-74, dan kategori kurang dengan skor 0-64 tidak dicapai oleh siswa atau sebesar 0%. Jadi, rata-rata nilai keterampilan siswa pada aspek penggunaan bahasa baku dalam pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual   sebesar 87 atau dengan kategori sangat baik.

4.1.3.1.8 Aspek Struktur Kalimat
Pada aspek struktur kalimat siklus II ini, penilaiannya masih dipusatkan pada kohesi dan koherensi unsur-unsur pembentuk kalimat sehingga tersusun kalimat yang baik dalam surat resmi. Hasil penilaian tes pada aspek struktur kalimat dapat dilihat pada tabel 32 berikut.
Tabel 32. Keterampilan Menyusun Struktur Kalimat
No
Katagori
Rentang  Skor
Frekwensi
Bobot Skor
%
Nilai Rata-rata

12-15
8-11
4-7
0-3
38
5
1
0
1912
165
30
0
86,36%
11,36%
2,27%
0%
2107 x100
2640
= 80



44

100%


Data pada tabel 32 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori sangat baik dengan skor 85-100 dicapai oleh 38 siswa atau sebesar 86,36. Kategori baik dengan skor 75-84 dicapai oleh 5 siswa atau sebesar 11,36%. Kategori cukup dengan skor 65-74 dicapai oleh 1 siswa atau sebesar 2,27%, sedangkan kategori kurang dengan skor 0-64 tidak dicapai oleh siswa atau sebesar 0%. Jadi, rata-rata nilai keterampilan siswa dalam menyusun struktur kalimat dengan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual   sebesar 80 atau dengan kategori baik

4.1.3.2 Hasil Nontes
Hasil penelitian nontes pada siklus II ini caranya masih sama dengan siklus I. Hasil penelitian nontes siklus II diperoleh dari data observasi, wawancara, angket, jurnal, dan dokumentasi foto. Kelima hasil penelitian nontes tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

4.1.3.2.1 Observasi
Kegiatan observasi pada siklus II dilakukan selama proses pembelajaran menulis surat resmi  dengan pendekatan kontekstual   di kelas IXA SMP Negeri 2 Babakan Salju. Observasi ini dilakukan oleh peneliti sekaligus sebagai guru dengan bantuan seorang teman. Selama melakukan kegiatan pembelajaran siklus II, peneliti merasakan ada perubahan perilaku siswa. Hasil observasi siklus II dapat dilihat pada tabel 33 berikut.
Tabel 33. Hasil Observasi Siklus II
No
Katagori
Rentang  Skor
Frekwensi
Bobot Skor
%

Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
Kurang Sekali
5
4
3
2
1
6
2
2
0
0
30
8
6
0
0
60%
20%
20%
0%
0%



44

100%

Keaktifan siswa mendengarkan penjelasan guru dalam kegiatan pembelajaran siklus II semakin baik. Bukti ini dapat dilihat pada data observasi yang menyebutkan bahwa sebanyak 37 siswa atau 84,1% siswa memperhatikan penjelasan guru. Sisanya sebanyak 7 siswa atau 15,9% mengobrol sendiri dengan temannya. Sebanyak 17 siswa atau 38,6% siswa mau bertanya dan sebanyak 20 siswa atau 45,5% siswa mau berkomentar mengenai materi yang yang diajarkan guru. Pertanyan dan komentar siswa mengarah pada penyelesaian kesulitan yang dialami siswa dalam menulis surat resmi. Sebanyak 37 siswa atau 84,1% siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa mengenai surat resmi sudah bertambah sehingga meningkatkan keaktifan siswa mendengarkan penjelasan guru. Dari materi yang diajarkan oleh guru, sebanyak 27 siswa atau 61,4% mencatat hal-hal yang penting sehingga dapat menambah pemahaman siswa terhadap materi surat resmi. Berdasarkan data yang ada diketahui bahwa pada pembelajaran siklus II sebanyak 34 siswa atau 77,3% semangat mengikuti pembelajaran. Sisanya sebanyak 10 siswa atau 22,7% kurang konsentrasi mengikuti kegiatan pembelajaran. Dari 44 siswa, sebanyak 36 siswa atau 81,8% terlibat dalam pembelajaran menulis surat resmi. Dalam kegiatan diskusi, sebanyak 38 siswa atau 86,4% siswa aktif berdiskusi. Sisanya sebanyak 6 siswa atau 13,6% bergurau dengan teman yang lain dan tidak serius melakukan diskusi. Diskusi pada siklus II dilakukan dengan teman sebangku.Keaktifan siswa dalam kegiatan diskusi meningkat karena anggota kelompok hanya terdiri atas dua orang sehingga setiap siswa merasa memiliki tanggung jawab yang sama dalam kegiatan diskusi.
Pada kegiatan tes menulis surat resmi, keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas mengalami peningkatan. Sebanyak 37 siswa atau 84,1% siswa mengerjakan tes menulis surat resmi  dengan sungguh-sungguh. Sisanya sebanyak 7 siswa atau 15,9% bergurau dan melihat pekerjaan temannya. Sebanyak 38 siswa atau 86,45 siswa mampu menyelesaikan tugas dalam waktu yang ditentukan. Hal ini disebabkan karena pemahaman siswa mengenai surat resmi semakin bertambah sehingga siswa sudah tidak mengalami kesulitan dalam menulis surat resmi.
Data pada tabel 33 menunjukkan bahwa untuk kategori sangat baik dengan skor 5 mengalami peningkatan dari 0% menjadi 60%. Kategori baik dengan skor 4 dan kategori cukup dengan skor 3 mencapai 20% sedangkan kategori kurang dengan skor 2 dan kategori kurang sekali dengan skor 1 mencapai 0%. Berdasarkan pengamatan secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa perilaku negatif siswa sudah mengalami perubahan menjadi perilaku yang positif. Peningkatan perilaku siswa dari perilaku negatif ke perlaku positif merupakan hal yang mendukung peningkatan keterampilan siswa dalam menulis surat resmi. Pembelajaran kontekstual   dapat mengarahkan siswa pada perilaku yang positif. Guru sudah berusaha merubah pola pembelajaran dengan perencanaan yang matang agar siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik.


4.1.3.2.2 Wawancara
Wawancara siklus II juga dilakukan peneliti kepada dua siswa yang memperoleh nilai tinggi, dua siswa yang memperoleh nilai sedang, dan dua siswa yang memperoleh nilai rendah. Keenam siswa tersebut bernama Vita Sulistya Ariani, Indra Fransnowo, Anita Setyowati, Grasia Mulat Maharsiwi, Fajar Ardi Bastia, dan Titus Wembie P. Dari hasil wawancara diketahui bahwa pada dasarnya siswa-siswa tersebut senang dengan materi menulis surat resmi  karena menurut mereka dapat menambah pengetahuan tentang menulis surat resmi  yang benar. Satu siswa yang mendapat nilai rendah menyatakan cukup senang dengan materi surat resmi karena ia merasa belum terlalu paham mengenai surat resmi. Mereka juga merasa senang dengan teknik mengajar yang digunakan oleh guru dan dengan diskusi sebagian besar siswa merasa termotivasi termotivasi dalam menulis surat resmi. Satu siswa yang mendapat nilai sedang dan satu siswa yang mendapat nilai rendah menyatakan bahwa dengan diskusi mereka kurang termotivasi dalam menulis surat resmi. Menurut mereka dengan diskusi kelas menjadi ramai dan tidak semua siswa aktif dalam kegiatan diskusi. Sebelum hasil menulis surat resmi  dikumpulkan, keenam siswa tersebut sudah merevisi hasil tulisannya agar lebih baik. Namun, dari enam siswa tiga siswa menyatakan masih mengalami kesulitan dalam menulis surat resmi. Dua siswa mengalami kesulitan dalam menyusun kata dan kalimat sedangkan satu siswa mengalami kesulitan dalam menulis nomor surat.



4.1.3.2.3 Angket
Angket yang digunakan dalam penelitian siklus II sama dengan angket pada siklus II. Angket diisi oleh siswa setelah kegiatan pembelajaran selesai. Aspek yang diungkap mengenai proses pembelajaran menulis surat resmi  yang terdiri atas sepuluh pernyataan. Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap materi dan teknik yang digunakan guru dalam pembelajaran. Hasil penilaian angket siklus II dapat dilihat pada tabel 34 berkut.
Tabel 34. Hasil Penilaian Angket Siklus II
No
Katagori
Rentang  Skor
Frekwensi
Bobot Skor
%
Nilai Rata-rata

Sangat Setuju
Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
4
3
2
1
143
263
33
1
14300
19725
1650
25
32,5%
60%
7,5%
0,2%
35700/440=
81



440
325700
100%


Dari hasil angket siklus II diketahui bahwa sebanyak 10 siswa menyatakan sangat setuju bahwa penjelasan guru mengenai materi surat resmi mudah dipahami sedangkan 32 menyatakan setuju dan 2 siswa menyatakan kurang setuju. Jadi , pada pernyataan pertama sebagian siswa menyatakan setuju dengan skor rata-rata sebesar 3. Sebagian besar siswa sudah memahami materi surat resmi. Sebanyak 17 siswa menyatakan sangat setuju bahwa guru melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran sedangkan 25 siswa menyatakan setuju dan 2 siswa menyatakan kurang setuju. Dalam kegiatan pembelajaran, sebagian besar siswa sudah terlibat. Hal itu terlihat dari keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Jadi, pada pernyataan kedua mayoritas siswa menyatakan setuju dengan rata-rata skor 3. Sebanyak 16 siswa merasa sangat setuju bahwa guru memberikan bimbingan dan pengarahan dalam kegiatan pembelajaran dan 28 siswa menyatakan setuju. Pada pernyataan ketiga mayoritas siswa merasa setuju dengan rata-rata skor 3. Dari 44 siswa, 13 siswa merasa sangat setuju bahwa guru memotivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sementara itu, 22 siswa menyatakan setuju, 8 siswa menyatakan kurang setuju, dan satu siswa menyatakan tidak setuju. 12 siswa merasa sangat setuju bahwa teknik diskusi memberikan semangat dalam kegiatan menulis surat resmi  sedangkan 27 siswa merasa setuju dan 5 siswa merasa kurang setuju. Pada pernyataan keempat sebagian besar siswa merasa kurang setuju dengan skor rata-rata 2. Kemudian 14 siswa menyatakan sangat setuju bahwa teknik diskusi mempermudah mereka memahami materi surat resmi sedangkan 26 siswa menyatakan setuju dan 4 siswa menyatakan kurang setuju. Pada pernyataan kelima mayoritas siswa menyatakan setuju dengan rata-rata skor 3. Dari 44 siswa, 12 siswa merasa sangat setuju bahwa teknik diskusi mempermudah mereka dalam menulis surat resmi  sedangkan 29 siswa merasa setuju dan 3 siswa merasa kurang setuju. Jadi, mayoritas siswa merasa setuju dengan skor rata-rata 3. Pada pernyataan ketujuh, sebagian besar siswa menyatakan setuju dengan skor rata-rata 3. Sebanyak 18 siswa menyatakan sangat setuju bahwa mereka telah bisa bisa membedakan surat resmi dan surat pribadi. Sisanya sebanyak 23 siswa menyatakan setuju dan 1 siswa menyatakan kurang setuju. Jadi, mayoritas siswa menyatakan setuju terhadap pernyataan delapan dengan skor rata-rata 3. Selain itu, 10 siswa merasa sangat setuju bahwa mereka telah bisa menulis surat resmi  dengan benar sedangkan 27 siswa merasa setuju dan 7 siswa merasa kurang setuju. Pada pernyataan sembilan sebagian besar siswa merasa setuju dengan skor rata-rata 3. Dari 44 siswa, sebanyak 21 siswa menyatakan sangat setuju bahwa cara mengajar guru menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mereka sedangkan 22 siswa menyatakan setuju dan 1 siswa menyatakan kurang setuju. Jadi, pada pernyataan sepuluh mayoritas siswa menyatakan setuju dengan skor rata-rata 3.
Data pada tabel 34 menunjukkan bahwa pernyataan sangat setuju terhadap materi dan teknik yang digunakan guru dalam pembelajaran siklus II mengalami peningkatan dari 22,3% menjadi 32,5%. Sementara itu, pernyataan setuju dengan skor 3 mencapai 60%. Pernyataan kurang setuju dengan skor 2 mencapai 7,5% sedangkan pernyataan tidak setuju dengan skor 1 mencapai 0,2%. Skor rata-rata yang diperoleh siswa pada penilaian angket siklus II mengalami peningkatan sebesar 5% menjadi 81. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan kontekstual   dapat merubah respon negatif siswa dan mengarahkan siswa pada perilaku positif.


4.1.3.2.4 Jurnal
Jurnal yang digunakan dalam penelitian siklus II sama dengan jurnal pada siklus I. Jurnal diisi oleh siswa setelah kegiatan pembelajaran selesai yang meliputi lima pertanyaan, yaitu (1) kesan siswa terhadap cara mengajar guru, (2) perasaan siswa setelah mengikuti pelajaran dengan teknik yang digunakan oleh guru, (3) kesan siswa terhadap materi menulis surat resmi, (4) kesulitan siswa dalam menulis surat resmi, dan (5) pesan siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang akan datang.
Dari hasil data jurnal diketahui bahwa 36 siswa merasa senang dengan cara mengajar yang digunakan oleh guru sedangkan 7 siswa merasa cukup senang dan 1 siswa merasa tidak senang. Sebagian besar siswa sudah merasa paham terhadap materi surat resmi. Mengenai teknik mengajar yang digunakan oleh guru, 34 siswa merasa senang sedangkan 9 siswa merasa cukup senang dan 1 siswa merasa tidak senang dengan teknik mengajar yang digunakan oleh guru. Dalam pembelajaran siklus II, sebagian besar siswa merasa semakin mengerti mengenai penulisan surat resmi. Pada dasarnya sebagian besar siswa menyukai materi menulis surat resmi. Sebanyak 35 siswa merasa senang dengan materi menulis surat resmi  karena mereka merasa bahwa menulis surat resmi  itu tidak terlalu sulit. Sementara itu, 8 siswa merasa cukup senang dan 1 siswa merasa tidak senang dengan materi menulis surat resmi  karena mereka masih mengalami kesulitan dalam menulis surat resmi. Dari 44 siswa, 7 siswa masih mengalami kesulitan dalam menulis surat resmi  terutama dalam penyusunan kata dan kalimat. Sisanya sebanyak 37 siswa merasa tidak mengalami kesulitan dalam menulis surat resmi  karena mereka sudah berusaha memperbaiki kesalahan dalam menulis surat resmi.

4.2 Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian ini didasarkan pada hasil pratindakan, hasil tindakan siklus I, dan hasil tindakan siklus II. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan melalui dua tahap, yaitu siklus I dan siklus II. Pembahasan hasil penelitian meliputi hasil tes dan nontes. Pembahasan hasil tes mengacu pada perolehan skor yang dicapai siswa dalam tes keterampilan menulis surat resmi  dengan topik yang berbeda pada setiap siklus. Aspek-aspek yang dinilai dalam keterampilan menulis surat resmi  meliputi delapan aspek, yaitu: (1) kesesuaian bentuk surat; (2) kelengkapan bagian-bagian surat; (3) penulisan bagian-bagian surat; (4) kejelasan isi surat; (5) pilihan kata; (6) ejaan dan tanda baca; (7) penggunaan bahasa baku; dan (8) struktur kalimat. Pembahasan hasil nontes berpedoman pada lima instrumen penelitian, yaitu lembar observasi, wawancara, angket, jurnal, dan dokumentasi foto.
Kegiatan pratindakan dilakukan sebelum tindakan siklus I dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui gambaran awal mengenai keterampilan siswa dalam menulis surat resmi. Setelah mengetahui hasil pratindakan, peneliti melakukan tindakan siklus I dan siklus II dengan melakukan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual  . Pada pembelajaran siklus I dan siklus II selalu diawali dengan mempresensi siswa. Kemudian guru memberikan apersepsi dengan merangsang ingatan siswa terhadap materi surat resmi dan memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi surat resmi. Sebelum kegiatan inti pembelajaran, guru menjelaskan terlebih dahulu segala kegiatan yang akan dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Kegiatan inti pembelajaran diawali dengan membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil. Selanjutnya guru membagikan contoh surat resmi kepada setiap kelompok dan meminta siswa mengamati dan menentukan jenis surat resmi tersebut. Kemudian setiap kelompok mengidentifikasi sistematika dan bahasa dalam contoh surat resmi. Setelah berdiskusi secara berkelompok, secara klasikal siswa berdiskusi untuk membahas sistematika dan bahasa yang benar dalam menulis surat resmi. Langkah selanjutnya guru mengadakan tes menulis surat resmi  secara individu dengan topik yang telah ditentukan. Hasil tes menulis surat resmi  dikoreksi untuk mendapatkan nilai. Dari nilai tes tersebut dapat diketahui keterampilan menulis surat resmi  siswa.

4.2.1 Peningkatan Keterampilan Menulis surat resmi 

Tabel 35. Hasil Tes Keterampilan Menulis surat resmi  Pratindakan, Siklus I, dan siklus II
No
Aspek Penilaian
Nilai Rata-rata
Peningkatan
PT
S-1
S-2
PT
S-1
S-2

Kesesuaian bentuk surat
Kelengkapan bagian-bagian surat
Penulisan bagian-bagian surat
Kejelasan isi surat
Pilihan kata
Ejaan dan tanda baca
Penggunaan bahasa baku
Struktur kalimat
68
86
47
52
37
50
78
77
70
89
49
60
42
52
78
82
88
99
66
65
47
65
87
80
2
3
2
8
5
2
0
5
18
10
17
5
5
13
9
-2
20
13
19
3


Jumlah
495
522
597
27
75
102

Rata-rata
62
65
75
3
10
13


Berdasarkan rekapitulasi data hasil tes keterampilan menulis surat resmi  dari pratindakan sampai siklus II, dapat dijelaskan bahwa keterampilan siswa pada aspek kesesuaian bentuk surat mengalami peningkatan. Nilai rata-rata pada tes siklus I mengalami peningkatan sebesar 2% dari tes pratindakan. Peningkatan tersebut karena pada pembelajaran siklus I guru melakukan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual   sehingga melalui diskusi siswa dapat memahami cara menulis surat resmi  yang benar. Pada pembelajaran siklus II rata-rata nilai tes meningkat sebesar 18%. Pada pembelajaran siklus II siswa sudah memahami bentuk surat yang sesuai dalam menulis surat resmi. Jadi, peningkatan rata-rata nilai dari tes pratindakan sampai tes siklus II sebesar 18%. Setelah dilakukan pembelajaran siklus II, siswa lebih memahami aturan dalam penggunaan bentuk surat dalam menulis surat resmi.
Keterampilan siswa pada aspek kelengkapan bagian-bagian surat mengalami peningkatan dari tes pratindakan sampai siklus II. Nilai rata-rata pada tes siklus I meningkat sebesar 3% dari tes pratindakan. Melalui diskusi pada pembelajaran siklus I, siswa sudah dapat mengidentifikasi sistematika penulisan surat resmi sehingga siswa sudah mengetahui bagian-bagian dalam penulisan surat resmi. Nilai rata-rata pada tes siklus II mengalami peningkatan sebesar 10% dari tes siklus I. Pada pembelajaran siklus II, siswa sudah mampu menulis bagian-bagian surat dengan lengkap. Jadi, peningkatan rata-rata nilai pada aspek  kelengkapan bagian-bagian surat dari tes pratindakan sampai tes siklus II sebesar 13%.
Pada aspek penulisan bagian-bagian surat, nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan sebesar 2% pada siklus I. Pada pembelajaran siklus I, siswa sudah memahami cara penulisan surat resmi karena melalui diskusi siswa sudah berlatih untuk menulis surat resmi. Kemudian pada pembelajaran siklus II rata-rata nilai meningkat sebesar 17% dari siklus I. Setelah beberapa kali berlatih menulis surat resmi, pada pembelajaran siklus II siswa sudah semakin mampu menulis bagian-bagian surat resmi dengan benar. Peningkatan nilai rata-rata pada aspek penulisan bagian-bagian surat dari tes pratindakan sampai siklus II sebesar 19%. Pada pembelajaran siklus II sebagian besar siswa sudah mampu menulis bagian-bagian surat resmi dengan benar.
Pada aspek kejelasan isi surat, nilai rata-rata siswa pada tes siklus I meningkat sebesar 8% dari tes pratindakan. Pada siklus I, siswa sudah mampu menulis isi surat dengan jelas walaupun masih terdapat penggunaan kata dan struktur kalimat yang kurang sesuai. Pada pembelajaran siklus II peningkatan nilai rata-rata sebesar 5%. Peningkatan tersebut lebih rendah karena pada tes siklus II siswa menulis surat resmi  dengan topik yang berbeda dari siklus I sehingga siswa kurang mampu menyesuaikan pilihan kata dengan topik surat. Jadi, peningkatan nilai rata-rata pada aspek kejelasan isi surat dari tes pratindakan sampai tes siklus II sebesar 13%.
Peningkatan nilai rata-rata pada aspek pilihan kata pada tes siklus I dan siklus II sebesar 5%. Kedua siklus tersebut memiliki peningkatan yang sama  karena tes menulis surat resmi  pada siklus I dan siklus II dilakukan dengan topik yang berbeda sehingga siswa mengalami kesulitan untuk memilih kata yang tepat. Peningkatan rata-rata nilai pada aspek pilihan kata pada siklus II sebesar 10 % dari tes pratindakan. Dalam menulis surat resmi, sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam pilihan kata.
Peningkatan rata-rata nilai pada aspek ejaan dan tanda baca pada siklus I sebesar 2%. Dalam pembelajaran siklus I, sebagian besar siswa belum menggunakan ejaan dan tanda baca yang tepat dalam menulis surat resmi. Pada pembelajaran siklus II, nilai rata-rata siswa meningkat sebesar 13% dari siklus II. Peningkatan tersebut karena guru selalu mengarah kan siswa untuk menggunakan ejaan dan tanda baca yang sesuai dalam penulisan surat resmi. Pada tes siklus II nilai rata-rata pada aspek ejaan dan tanda baca meningkat sebesar 15% karena pada siklus II sebagian besar siswa sudah mampu menggunakan ejaan dan tanda baca dengan tepat dalam menulis surat resmi.
Nilai rata-rata pada aspek penggunaan bahasa baku pada tes siklus I tidak mengalami peningkatan karena adanya kesamaan nilai rata-rata siswa pada tes pratindakan dan tes siklus I. Hal itu disebabkan karena dalam penulisan surat resmi pada tes pratindakan maupun siklus I sebagian besar siswa menggunakan bahasa dan kata-kata yang sama. Kemudian pada siklus II nilai rata-rata siswa meningkat sebesar 9% karena dalam pembelajaran siklus II siswa sudah berlatih menulis surat resmi  dengan pilihan kata dan bahasa yang tepat. Jadi, nilai rata-rata pada aspek penggunaan bahasa baku pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 9% dari tes pratindakan. Nilai rata-rata aspek struktur kalimat pada tes siklus I mengalami peningkatan sebesar 5% dari tes pratindakan karena melalui diskusi siswa sudah berlatih menulii surat resmi dengan struktur kalimat yang tepat. Pada tes siklus II nilai rata-rata siswa mengalami penurunan. Hal itu disebabkan karena perbedaan topik pada tes menulis surat resmi  siklus I dan siklus II. Pada siklus II siswa menulis surat resmi  dengan topik yang berbeda dengan siklus II sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat. Jadi, peningkatan nilai rata-rata aspek struktur kalimat pada siklus II sebesar 3% dari siklus I. Sebagian besar siswa tidak mampu menyusun struktur kalimat yang tepat dalam menulis surat resmi.
Berdasarkan rata-rata nilai dan peningkatan pada masing-masing aspek penilaian menulis surat resmi  dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata kelas pada tes pratindakan mencapai 62 termasuk dalam kategori kurang karena masih berada pada rentang nilai 0-64. Nilai rata-rata tersebut berasal dari jumlah rata-rata setiap aspek yang dinilai. Rendahnya keterampilan siswa dalam menulis surat resmi  tersebut karena kemampuan siswa dalam aspek bahasa dan nonkebahasaan masih kurang. Hal ini dapat dilihat pada hasil penilaian setiap aspek surat yang menunjukkan hasil yang jauh di bawah kategori baik.
Nilai rata-rata kelas pada tes menulis surat resmi  siklus I sebesar 65 dan termasuk dalam kategori cukup karena berada pada rentang nilai 65-74. Dengan demikian, nilai tes siklus I belum memenuhi target nilai yang telah ditentukan. Nilai rata-rata tersebut diakumulasikan dari masing-masing aspek penilaian. Dilihat dari nilai rata-rata setiap aspek penilaian pada siklus I, dapat disimpulkan  bahwa kemampuan siswa pada setiap aspek penilaian menulis surat resmi  mengalami peningkatan sebesar 3% dari rata-rata nilai pratindakan.
Nilai rata-rata kelas keterampilan menulis surat resmi  siklus II sebesar 75 dan termasuk dalam kategori baik karena berada pada rentang nilai 75-84. Pencapaian skor tersebut berarti sudah memenuhi target nilai yang ditentukan dan tindakan siklus III tidak perlu dilakukan. Nilai masing-masing aspek pada siklus II hampir semua mengalami peningkatan. Berdasarkan nilai rata-rata setiap aspek penilaian pada siklus II dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa pada setiap apek penilaian menulis surat resmi  mengalami peningkatan sebesar 9% dari nilai rata-rata siklus I. Jadi, secara keseluruhan peningkatan keterampilan menulis surat resmi  siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Babakan Salju  sebesar 13%.
Peningkatan keterampilan siswa dalam menulis surat resmi  merupakan prestasi yang baik. Sebelum dilakukan pembelajaran siklus I dan II, keterampilan menulis surat resmi  siswa masih kurang. Setelah dilakukan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual   pada siklus I dan siklus II, keterampilan menulis surat resmi  siswa mengalami peningkatan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual   dapat meningkatkan keterampilan siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Babakan Salju . Hasil menulis surat resmi  siswa menjadi lebih baik dalam aspek kebahasaan maupun nonkebahasaan.

4.2.2 Perubahan Tingkah Laku Siswa  
Dari hasil nontes, yaitu observasi, wawancara, angket, jurnal, dan dokumentasi foto pada siklus I dapat disimpulkan bahwa kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis surat resmi  dengan pendekatan kontekstual   masih kurang. Sikap dari sebagian siswa masih menunjukkan perilaku yang negatif. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya beberapa siswa yang mengobrol dengan teman sebangku dan masih adanya siswa yang tidak bersemangat mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan diskusi juga masih banyak siswa yang tidak aktif. Dari data yang diperoleh melalui wawancara dan jurnal, ternyata sebagian siswa masih mengalami kesulitan dalam menulis surat resmi.
Kondisi yang ada pada siklus I merupakan permasalahan yang harus dicari solusinya. Untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti membuat rencana pembelajara siklus II dengan lebih baik. Pada pembelajaran siklus II sudah ada perubahan tingkah laku siswa. Siswa tampak siap dan semangat mengikuti pembelajaran dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Selain itu, siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran baik dalam kegiatan diskusi maupun dalam mengajukan pertanyaan. Hal ini disebabkan karena siswa sudah lebih memahami materi surat resmi sehingga berdampak pada hasil tes menulis surat resmi  siswa yang semakin meningkat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku siswa dalam pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual   menunjukkan perubahan yang mengarah pada perilaku positif.

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan
Berdasarkan data hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Keterampilan menulis surat resmi  siswa kelas IXA SMP Negeri 2 Babakan Salju  mengalami peningkatan sebesar 13% setelah dilakukan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual  . Nilai rata-rata kelas pada tes pratindakan mencapai 62 dan termasuk dalam kategori kurang. Setelah dilakukan tindakan pembelajaran pada siklus I, nilai rata-rata siswa meningkat sebesar 3% menjadi 65 dan termasuk dalam kategori cukup. Nilai rata-rata pada siklus I belum memenuhi target penilaian yang ditentukan sehingga perlu dilakukan tindakan pembelajaran siklus II. Setelah dilakukan tindakan pembelajaran siklus II, nilai rata-rata tes menulis surat resmi  siswa meningkat sebesar 10%. Nilai rata-rata kelas pada tes siklus II mencapai 75 dan sudah memenuhi target penilaian yang ditentukan karena termasuk dalam kategori baik.

2. Setelah digunakan pembelajaran kontekstual   terjadi perubahan tingkah laku siswa. Pada pembelajaran siklus I, kesiapan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran masih kurang dan sebagian siswa masih menunjukkan perilaku yang negatif. Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran dan diskusi masih kurang sehingga dalam menulis surat resmi  sebagian siswa masih mengalami kesulitan. Pada pembelajaran siklus II siswa tampak siap dan semangat mengikuti pembelajaran. Perilaku siswa dalam kegiatan pembelajaran menunjukkan perubahan yang mengarah pada perilaku positif. Selain itu, siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran maupun diskusi.

5.2 Saran
Saran yang diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk Guru
a. Guru, khususnya guru bidang studi Bahasa Indonesia, hendaknya menggunakan pembelajaran kontekstual   dalam kegiatan menulis surat resmi  karena dapat melatih siswa bekerja sama dengan orang lain.
b. Guru hendaknya melatih siswa untuk gemar menulis dan selalu mengarahkan siswa untuk menggunakan kata. kalimat, dan bahasa yang sesuai dalam kegiatan menulis.

2. Untuk Siswa
a. Siswa hendaknya selalu berlatih menulis terutama menulis surat resmi  dengan pilihan kata, kalimat, dan bahasa yang sesuai.
b. Siswa disarankan lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran agar dapat mengatasi kesulitan dalam belajar.
3. Untuk Peneliti
Penelitian mengenai keterampilan menulis dengan pendekatan kontekstual penting untuk dilakukan. Penelitian lanjutan dari penelitian ini perlu dilakukan dengan membahas aspek yang berbeda dan untuk menambah khasanah ilmu bahasa.

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti, Maidar G Arsjad, dan Sakura H Ridwan. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Arifin, Syamsir. 1987. Pedoman Penulisan Surat menyurat Indonesia. Padang: Angkasa Raya.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
________2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi SLTP kerangka Dasar Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Hasil Belajar Siswa SLTP Berbasis Kompetensi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Keraf, Gorys. 2002. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kustiawan, Nanang. 2003. Membuat Surat Dinas/ Resmi. Surabaya: Pustaka media.
Mafrukhi. 2003. Implementasi Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Makalah disajikan dalam Seminar Regional Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah. Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas negeri Semarang.
Mahmudah, Siti Ida Asrotul. 2000. Peningkatan Menulis Surat Undangan resmi dengan Teknik Pelatihan Berjenjang pada Siswa Kelas II SLTP 3 Ungaran Tahun Ajaran 1999/2000. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Nurhadi dan Agus Gerrad Senduk. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Soedjito dan Solchan TW. 1999. Surat-Menyurat Resmi dalam Bahasa Indonesia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sudarsa, Caca, Farid Hadi, dan Atika Sya’rani. 1992. Surat Menyurat dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Suriamiharja, Agus, Akhlah Husen, dan Nunuy Nurjanah. 1996. Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta: Depdikbud.
Sutikno. 2002. Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Eksposisi Melalui Penyajian Gambar pada Siswa Kelas ID SLTP 30 Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Zulaeha, Ida. 2003. Strategi Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Disajikan dalam Seminar Regional Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah. Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas negeri Semarang.




= Baca Juga =



6 Comments

Previous Post Next Post