Berikut ini salah
satu materi pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 yang harus dikuasai oleh guru
yang akan mengimplementasikan Kurikulum 2013, Dijadikannya sebagai salah satu
model pembelajaran yang diharapkan dapat diimplemntasikan dalam Kurikulum 2013,
karena Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning / PBL) betul-betul menuntut keaktifan
siswa, dapat memberikan pengalaman langsung serta menuntut pembelajaran yang
tidak terbatas hanya sebagai pengetahuan belaka. Apa semua materi pembelajaran
menggunakan model Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning / PBL)? Tentunya tidak. Guru harus dapat
memilih sesuai karakteristik materi model pembeljaran tersebut dan
karakteristik materi yang akan diajarkan. Untuk memahami karakteristik Model Pembelajaran
Berbasis Proyek (Project Based
Learning / PBL) silahkan simak penjelasan berikut yang dikutip dari buku pelatihan
Implementasi Kurikulum 2013
A. Pengertian Model
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning = PBL) adalah
metoda pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik
melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk
menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PBL) yang adalah model atau metode belajar yang
menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas
secara nyata. Pembelajaran Berbasis Proyekdirancang untuk digunakan pada
permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi
dan memahaminya.
Melalui Model Pembelajaran Berbasis
Proyek (Project Based
Learning=PBL),
proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding
question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang
mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan
terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat berbagai elemen utama
sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBLmerupakan
investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga
bagi atensi dan usaha peserta didik.
Meteri perakitan Laptop di SMK dapat diterapkan dengan Model Pembelajaran
Berbasis Proyek (Project Based Learning / PBL)
|
Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya
belajar yang berbeda, maka Pembelajaran berbasis proyekmemberikan kesempatan
kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan
berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara
kolaboratif. Pembelajaran Berbasis Proyekmerupakan investigasi mendalam tentang
sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta
didik.
Pembelajaran berbasis proyek dapat
dikatakan sebagai operasionalisasi konsep “Pendidikan Berbasis Produksi” yang
dikembangkan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK sebagai institusi yang
berfungsi untuk menyiapkan lulusan untuk bekerja di dunia usaha dan industri
harus dapat membekali peserta didiknya dengan “kompetensi terstandar” yang
dibutuhkan untuk bekerja dibidang masing-masing. Dengan pembelajaran “berbasis
produksi” peserta didik di SMK diperkenalkan dengan suasana dan makna kerja
yang sesungguhnya di dunia kerja. Dengan demikian model pembelajaran yang cocok
untuk SMK adalah pembelajaran berbasis proyek.
Pembelajaran Berbasis proyekmemiliki karakteristik
sebagai berikut:
- peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja
- adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik
- peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan
- peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan
- proses evaluasi dijalankan secara kontinyu
- peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan
- produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif, dan
- situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.
Peran instruktur atau guru dalam Pembelajaran berbasis proyeksebaiknya
sebagai fasilitator, pelatih, penasehat dan perantara untuk mendapatkan hasil
yang optimal sesuai dengan daya imajinasi, kreasi dan inovasi dari siswa.
Beberapa hambatan dalam implementasi metode Pembelajaran
Berbasis Proyek antara lain berikut ini.
- Pembelajaran berbasis proyek memerlukan banyak waktu yang harus disediakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek.
- Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan, karena menambah biaya untuk memasuki system baru.
- Banyak instruktur merasa nyaman dengan kelas tradisional ,dimana instruktur memegang peran utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi yang sulit, terutama bagi instruktur yang kurang atau tidak menguasai teknologi.
- Banyaknya peralatan yang harus disediakan, sehingga kebutuhan listrik bertambah.
Untuk itu disarankan menggunakan team teaching dalam
proses pembelajaran, dan akan lebih menarik lagi jika suasana ruang belajar
tidak monoton, beberapa contoh perubahan lay-out ruang kelas, seperti: traditional
class (teori), discussion group (pembuatan konsep dan pembagian tugas
kelompok), lab tables (saat mengerjakan tugas mandiri), circle (presentasi).
Atau buatlah suasana belajar menyenangkan, bahkan saat diskusi dapat dilakukan
di taman, artinya belajar tidak harus dilakukan di dalam ruang kelas.
Berdasarkan urian diatas dapat disimpulan bahwa Pembelajaran
Berbasis Projek (PBP) adalah kegiatan pembelajaran yang menggunakan
projek/kegiatan sebagai proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap,
pengetahuan dan ketrampilan. Penekanan pembelajaran terletak pada
aktivitas-aktivias peserta didik untuk menghasilkan produk dengan menerapkan
keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan
produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata. Produk yang dimaksud adalah hasil
projek dalam bentuk desain, skema, karya tulis, karya seni, karya
teknologi/prakarya, dan lain-lain. Pendekatan ini memperkenankan pesera didik
untuk bekerja secara mandiri maupun berkelompok dalam menghasilkan produk
nyata.
B. Kelebihan
dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
Kelebihan dan kekurangan pada penerapan Pembelajaran
Berbasis Proyekdapat dijelaskan sebagai berikut.
- Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.
- Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
- Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.
- Meningkatkan kolaborasi.
- Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.
- Meningkatkan keterampilan peserta didikdalam mengelola sumber.
- Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
- Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
- Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
- Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.
Meteri Membuat Laporan Pengamatan di SMP dapat diterapkan dengan Model Pembelajaran
Berbasis Proyek (Project Based Learning / PBL)
|
- Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
- Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
- Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur memegang peran utama di kelas.
- Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
- Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
- Ada kemungkinanpeserta didikyang kurang aktif dalam kerja kelompok.
- Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan
Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis
proyek di atas seorang pendidik harus dapat mengatasi dengan cara memfasilitasi
peserta didik dalam menghadapi masalah, membatasi waktu peserta didik dalam
menyelesaikan proyek, meminimalis dan menyediakan peralatan yang sederhana yang
terdapat di lingkungan sekitar, memilih lokasi penelitian yang mudah dijangkau
sehingga tidak membutuhkan banyak waktu dan biaya, menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan sehingga instruktur dan peserta didik merasa
nyaman dalam proses pembelajaran.
Meteri Membuat Naskah Peraturan dapat diterapkan dengan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning / PBL) |
Pembelajaran berbasis proyek ini juga menuntut siswa
untuk mengembangkan keterampilan seperti kolaborasi dan refleksi. Menurut studi
penelitian, Pembelajaran berbasis proyek membantu siswa untuk meningkatkan
keterampilan sosial mereka, sering menyebabkan absensi berkurang dan lebih
sedikit masalah disiplin di kelas. Siswa juga menjadi lebih percaya diri
berbicara dengan kelompok orang, termasuk orang dewasa.
Pelajaran berbasis proyek juga meningkatkan antusiasme
untuk belajar. Ketika anak-anak bersemangat dan antusias tentang apa yang
mereka pelajari, mereka sering mendapatkan lebih banyak terlibat dalam subjek
dan kemudian memperluas minat mereka untuk mata pelajaran lainnya. Antusias peserta
didik cenderung untuk mempertahankan apa yang mereka pelajari, bukan
melupakannya secepat mereka telah lulus tes.
C. Langkah langkah
pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
Langkah langkah pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek
dapat dijelaskan dengan diagram sebagai berikut.
Langkah-langkah Model
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) sebagai
berikut.
1. Penentuan pertanyaan
mendasar (Start With the Essential Question).
Pembelajaran
dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi
penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang
sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi
mendalam. Pengajar berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk para peserta
didik.
2) Mendesain perencanaan
proyek (Design a Plan for the Project.
Perencanaan
dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Dengan emikian peserta didik diharapkan akan merasa
“memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main,
pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial,
dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses
untuk membantu penyelesaian proyek.
3. Menyusun jadwal
(Create a Schedule)
Pengajar dan
peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan
proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline untuk
menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membawa
peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik
ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5)
meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu
cara.
4. Memonitor peserta
didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the
Project)
Pengajar
bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik
selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi
peserta didik pada setiap roses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi
mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat
sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.
5. Menguji hasil (Assess
the Outcome)
Penilaian
dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian standar, berperan
dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik, memberi umpan balik
tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar
dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
6. Mengevaluasi pengalaman
(Evaluate the Experience)
Pada akhir
proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi terhadap
aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan
baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta
untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek.
Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki
kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu
temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap
pertama pembelajaran.
Tabel .
Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Projek
Langkah-langkah
|
Deskripsi
|
Langkah -1
Penentuan
projek
|
Guru
bersama dengan peserta didik menentukan tema/topik projek
|
Langkah -2
Perancangan
langkah-langkah penyelesaian projek
|
Guru
memfasilitasi Peserta didik untuk merancang langkah-langkah kegiatan
penyelesaian projek beserta pengelolaannya
|
Langkah -3
Penyusunan
jadwal pelaksanaan projek
|
Guru
memberikan pendampingan kepada peserta didik melakukan penjadwalan semua
kegiatan yang telah dirancangnya
|
Langkah -4
Penyelesaian
projek dengan fasilitasi dan monitoring guru
|
Guru
memfasilitasi dan memonitor peserta
didik dalam melaksanakan rancangan
projek yang telah dibuat
|
Langkah -5
Penyusunan
laporan dan presentasi/publikasi hasil projek
|
Guru
memfasilitasi Peserta didik untuk mempre-sentasikan dan mempublikasikan hasil
karya
|
Langkah -6
Evaluasi
proses dan hasil projek
|
Guru dan
peserta didik pada akhir proses pembe-lajaran melakukan refleksi terhadap
aktivitas dan hasil tugas projek
|
D. Peran guru dan
peserta didik dalam pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project
Based Learning)
Peran guru dan peserta didik dalam pelaksanaan
Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai berikut.
1) Peran Guru
Merencanakan
dan mendesain pembelajaran.
Membuat
strategi pembelajaran.
Membayangkan
interaksi yang akan terjadi antara guru dan siswa.
Mencari
keunikan siswa.
Menilai siswa
dengan cara transparan dan berbagai macam penilaian.
Membuat
portofolio pekerjaan siswa.
Meteri perakitan PC di SMK dapat diterapkan dengan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning / PBL) |
2) Peran Peserta Didik
Menggunakan
kemampuan bertanya dan berpikir.
Melakukan
riset sederhana.
Mempelajari
ide dan konsep baru.
Belajar
mengatur waktu dengan baik.
Melakukan
kegiatan belajar sendiri/kelompok.
Mengaplikasikanhasil
belajar lewat tindakan.
Melakukan
interaksi sosial (wawancara, survey, observasi, dll).
E. Sistem
Penilaian dalam pelaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based
Learning)
Penilaian pembelajaran dengan metoda Pembelajaran berbasis
proyek harus diakukan secara menyeluruh terhadap sikap, pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa dalam melaksanakan pembelajaran berbasis
proyek. Penilaian pembelajaran berbasis proyek dapat menggunakan teknik
penilaian yang dikembangkan oleh Pusat Penilaian Pendidikan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan yaitu penilaian proyek atau penilaian produk. Penilaian tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut.
1) Penilaian Proyek
a) Pengertian Penilaian proyek
Penilaian
proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk
mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan
kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara
jelas.
Pada
penilaian proyek setidaknya ada 4 (empat) hal yang perlu dipertimbangkan,
yaitu:
a.1) Pengelolaan
Kemampuan
siswa dalam memilih topik, mencari informasi, dan mengelola waktu pengumpulan
data, serta penulisan laporan.
a.2) Relevansi
Topik, data,
dan produk sesuai dengan KD.
a.3) Keaslian
Produk
(misalnya laporan) yang dihasilkan siswa merupakan hasil karyanya, dengan
mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek
siswa.
a.4) Inovasi
dan kreativitas
Hasil proyek
siswa terdapat unsur-unsur kebaruan dan menemukan sesuatu yang berbeda dari
biasanya.
b. Teknik Penilaian Proyek
Penilaian
proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir
proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu
dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan
penyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat
disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/
instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian.
Penilaian
Proyek dilakukan mulai dari perencanaan , proses pengerjaan sampai dengan akhir
proyek. Untuk itu perlu memperhatikan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai.
Pelaksanaan penilaian dapat juga menggunakan rating scale dan checklist.
a) Pengertian Penilaian
Produk
Penilaian
produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk.
Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat
produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni
(patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik,
dan logam. Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu
diadakan penilaian yaitu:
a.1) Tahap persiapan,
meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan merencanakan, menggali, dan
mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
a.2) Tahap pembuatan
produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi
dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
a.3) Tahap penilaian
produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai
kriteria yang ditetapkan.
b) Teknik
Penilaian Produk
Penilaian
produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.
b.1) Cara holistik, yaitu
berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap
appraisal.
b.2) Cara analitik, yaitu berdasarkan
aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat
pada semua tahap proses pengembangan.
Daftar Pustaka
Alexander, D. (2000). The learning that lies between play
and academics in afterschool programs. National Institute on Out-of-School
Time. Retrieved from http://www.niost.org/Publications/papers.
Admin.Metode Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based
Learning) [online]. Diakses di http://digilib.sunan-ampel.ac.id/files/disk1/151/hubptain-gdl-ellyikasus-7509-3-babii.pdf (17 Oktober 2011).
Barron, B., & Darling-Hammond, L. (2008). Teaching
for meaningful learning: A review of research on inquiry-based and cooperative
learning. Retrieved from http://www.edutopia.org/pdfs/edutopia-teaching-for-meaningful-learning.pdf.
Buck Institute for Education. Introduction to Project
Based Learning. [Online].
Daniel K. Schneider. 2005. Project-based learning.
[Online]. Diakses dihttp://edutechwiki.unige.ch/en/Project-based_learning
Florin, Suzanne. 2010. The Success of Project Based
Learning. [Online]. Diakses di http://www.brighthub.com/education/k-12/articles/90553.aspx
Grant, M. (2009, April). Understanding projects in
projectbased learning: A student’s perspective. Paper presented at Annual
Meeting of the American Educational Research Association, San Diego, CA.
Lucas, George .(2005). Instructional Module Project Based
Learning. http://www.edutopia.org/modules/PBL/whatpbl.php.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Modul
Pelatihan Kurikulum 2013, Jakarta:Kemdikbud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Modul
Pelatihan Kurikulum 2013, Jakarta:Kemdikbud.
Markham, T. (2003). Project-Based Learning Handbook (2nd
ed.). Novato, CA: Buck Institute for Education.
Research summary: Project-based learning in middle grades
mathematics. Retrieved from http://www.nmsa.org/Research/ResearchSummaries.
ResearchSummaries/ProjectBasedLearninginMath/tabid/1570/Default.aspx.
Savery, J. R. (2006). Overview of problem-based learning:
Definitions and distinctions. The Interdisciplinary Journal of Problem-Based
Learning, 1(1), 9–20. Journal of Problem-Based Learning, 3(1), 12–43.