FGI
Penelitian
Contoh Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Bahasa Indonesia SD
Inilah
contoh Laporan hasil Penelitian Tindakan Kelas atau PTK Bahasa Indonesia Sd Kelas V
Lengkap Yang Berjudul Peningkatan
Keterampilan Mengarang Siswa Melalui Penerapan Media Gambar Pada Siswa Kelas V SD
Negeri Gunung Putri
LAPORAN hasil penelitian PTK BAHASA INDONESIA SD KELAS V LENGKAP
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Dalam
proses belajar mengajar di sekolah siswa belajar dalam satu ruangan, waktu
serta fasilitas yang sama, tetapi mempunyai perbedaan dalam hasil belajarnya.
Bila siswa mengikuti kegiatan belajar dengan baik tanpa ada hambatan atau
kesulitan dalam belajarnya, maka akan memperoleh prestasi atau hasil belajarnya
dengan baik. Namun sebaliknya bila siswa mengalami hambatan atau kesulitan
dalam belajarnya, maka prestasinya tidak sesuai dengan yang diharapkan, bahkan ada
pula yang tidak dapat menyelesaikan program studinya dalam waktu yang telah
ditentukan.
Awal
dari sebuah proses belajar, tidak lepas dari membaca dan menulis. Pada siswa
sekolah dasar (SD) membaca dan menulis merupakan hal pokok yang harus dikuasai
siswa, karena disinilah tindak lanjut proses pembelajaran. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Tarigan (1990:136) bahwa keterampilan membaca dan menulis
masih banyak menunjukkan kelemahan. Dengan membaca diharapkan akan memperoleh
suatu pengetahuan yang bisa dikembangkan, dalam bentuk tulisan ataupun
karangan.
Mengarang
bagi siswa SD, terutama di SD Negeri Gunung Putri masih
menunjukkan kelemahan, hal ini terbukti bahwa masih sedikit siswa yang bisa
menyampaikan ide atau gagasannya dalam bentuk tulisan. Dari 30 orang siswa kelas
V SD Negeri Gunung Putri, yang terampil mengarang hanya 7 orang
(23%). Kondisi ini sangat memprihatinkan dan menggugah untuk dilakukan suatu
tindakan. Perlakuan yang perlu mendapat perbaikan diantaranya adalah model
pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan mengarang bagi siswa SD adalah
model pembelajaran dengan media gambar. Dengan pedekatan ini diharapkan dapat
menciptakan iklim belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan,
sehingga pada akhirnya hasil belajar menulis karangan siswa diharapkan dapat
meningkat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas maka perumusan masalah penelitian adalah apakah
dengan media gambar dapat meningkatkan
keterampilan menulis karangan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan
permasalahan di atas, maka tujuan penelitian tindakan ini adalah untuk mengetahui peningkatan
keterampilan mengarang siswa melalui penerapan media gambar pada siswa kelas V SD
Negeri ...................................
D. Manfaat Penelitian
Manfaat
hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan akan memberikan manfaat yang
berarti, baik bagi perorangan maupun sekolah secara institusi, diantaranya:
1.
Bagi
Siswa
a.
Siswa
akan termotivasi untuk membahasakan berbagai gambar yang ditampilkan oleh guru
selama pelajaran berlangsung.
b.
Siswa
akan termotivasi untuk menyusun kalimat dari berbagai gambar yang ditampilkan.
c. Aktifitas belajar siswa lebih meningkat.
2.
Bagi
Guru
a.
Membuka
wawasan baru dan mengetahui strategi pembelajaran yang bervariasi khususnya
dalam proses peningkatan kemampuan mengarang.
b.
Menumbuhkan
budaya mengkaji untuk membahaskan atau menuliskan sesuatu.
c.
Dapat
diterapkan pada proses pembelajaran pelajaran ini.
3.
Bagi
Kepala Sekolah
Dengan pelaksanaan
pembelajaran meggunakan media gambar akan menambah wawasan pengetahuan bagi
Kepala Sekolah, dan dapat dijadikan suatu kebijakan sekolah untuk diterapkan
pada mata pelajaran yang lain.
LAPORAN HASIL PENELITIAN PTK BAHASA INDONESIA SD KELAS V LENGKAP
BAB II KAJIAN
TEORI
A. Pengertian Mengarang
Mengarang
adalah suatu kegiatan yang komplekss (Widyamartaya, 1993:1). Dengan mengarang
kita dapat memahami keseluruhan rangkaian kegiatan dalam mengungkapkan gagasan
dan menyampaikan melalui bahasa tulisan kepada pembaca untuk dipahami sesuai
keinginan atau maksud pengarang.
Asrom
(1997:1} mengungkapkan bahwa mengarang adalah bagaimana seseorang menuangkan
gagasan, pikiran ataupun secara terstektur dan terarah dalam bentuk tulisan.
Sabarti Akhadiah (1986:1.1) berpendapat bahwa mengarang adalah merupakan
kegiatan menuangkan gagasan yang sekaligus menuntut beberapa kemampuan.
Dari
beberapa pendapat ahli di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa
mengarang itu mengorganisasikan ide-ide yang dimiliki seseorang untuk
dituangkan ke dalam bahasa tulis secara teratur agar mudah dipahami oleh
pembacanya.
Karangan
adalah semacam bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu objek atau suatu
hal sedemikian rupa, sehingga objek itu seolah-olah berada di depan mata kepala
pembaca, seakan-akan pembaca melihat sendiri objek itu (Keraf, 1995:16). Dalam
hal fungsi utamanya membuat para pembaca melihat objek, atau menyerap kualitas
khas dari objek tersebut. Dapat digambarkan pula bahwa memusatkan uraiannya
pada penampakkan benda. Dalam kita melihat objek
garapan secara hidup dan kongkrit, kita melihat objek secara bulat. Untuk lebih
jelasnya, kita bedakan dengan eksposisi, dimana eksposisi juga membuat kita
memahami objek yang disajikan tetapi memusatkan uraiannya pada wujud benda.
1. Jenis Karangan
Ditinjau dari segi cara penyusunan, isi dan sifatnya
wacana atau karangan itu banyak jenisnya. Beberapa di antaranya adalah yang
bersifat naratif, eksposisi, argumentasi, persuasif, dan deskriptif.
1) Narasi, menurut pendapat Gorys Keraf (1997:135) narasi merupakan suatu
bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga
tampak seolah-olah pembaca meihat atau mengalami sendiri peristiwa itu.
2) Eksposisi, menurut pendapat Asrom (1997:42) eksposisi ialah tulisan yang
berusaha menerangkan, menjelaskan, dan menguraikan masalah, persoalan, atau
ide, yang dapat memperluas pandangan pembaca.
3) Argumentasi, menurut pendapat Gorys Keraf (1995:10) bahwa argumentasi
adalah semacam bentuk wacana yang berusaha membuktikan suatu kebenaran. Lebih
jauh sebuah argumentasi berusaha mempengaruhi serta mengubah sikap atau
pendapat orang lain untuk menerima suatu kebenaran dengan mengajukan bukti-bukti
mengenai objek yang diargumentasikan itu. Dalam hal ini, terlihat beberapa
indikasi terbentuknya suatu tulisan yang bercirikan argumentasi. Karangan
argumentasi berangkat dari setumpuk permasalahan yang harus dijawab oleh
pengarang secara obyektif. Tentunya jawaban-jawaban tersebut harus disertai
dengan alasan-alasan yang dapat diterima oleh pembaca.
4) Persuasi, menurut pendapat H.M.E Suhendar (1992:108) ialah wacana yang
bertujuan untuk meyakinkan seseorang agar melakukan suatu yang dikehendaki
pembicara pada waktu ini atau pada waktu yang akan datang, karena persuasi
bertujuan agar pendengar atau pembaca melakukan sesuatu maka persuasi termasuk
ke dalam cara-cara untuk mengambil keputusan.
5) Deskriptif, menurut pendapat Gorys Keraf (1995:16) adalah semacam untuk
wacana yang berusaha menyajikan suatu objek
atau suatu hal sedemikian rupa, sehingga objek itu seolah-olah berada
didepan mata kepala pembaca, seakan-akan para pembaca melihat sendiri objek
itu. Pengertian lain yang diungkapkan oleh Syamsudin AR. MS (1997:18) bahwa
deskripsi ialah wacana yang berupa rangkaian tuturan yang memaparkan sesuatu
atau melukiskan sesuatu, baik berdasarkan pengalaman maupun pengetehuan
penuturnya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dari pengertian
masing-masing jenis karangan, penulis hanya mengambil satu jenis karangan yang
akan diteliti, sesuai dengan judul laporan penelitian tindakan kelas ini yaitu
karangan. Di samping pengertian kelima jenis karangan yang telah diungkapkan
artinya, maka perlu diuraikan pula ciri-ciri dari sebuah karangaan yang baik.
2. Ciri-ciri Karangan
Cir-ciri karangan yang baik diantaranya ialah.
a. Kohesi, karangan merupakan satu kesatuan yang utuh. Oleh karena itu
paragraf satu dengan paragraf lainnya relevan dengan topik yang dimaksud,
dengan demikian dapat dikatakan bahwa karangan mempunyai kesatuan yang utuh.
b. Koherensi tiap paragraf dalam karangan. Koherensi atau kepaduan yang baik
akan terjadi bila ada hubungan timbal balik antara kalimat-kaimat yang membina
paragraf itu baik, wajar, dan mudah dipahami.
c. Keselarasan antara pikiran penjelas dengan pikiran utama dalam karangan.
Setiap karangan terdiri dari beberapa paragraf. Paragraf-paragraf tersebut
mengandung kalimat atau pikiran utama dan pikiran penjelas. Pengembangan
pikiran utama dalam karangan atau ditunjang atau didukung oleh pikiran-pikiran
yang jelas. Pikiran jelas dalam karangan harus disusun berdasarkan urutan waktu
yang logis maupun ruang yang tepat.
d. Agar lebih terarah lagi dalam membuat karangan, sebaiknya buatlah kerangka
karangan yang terdiri dari beberapa paragraf.
Adapun manfaat membuat kerangka karangan adalah:
1) Untuk menyusun kerangka secara teratur.
2) Memudahkan menulis menciptakan kalimat yang berbeda-beda.
3) Menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih.
4) Memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu.
B.
Pengertian Keterampilan Mengarang
Pengertian kemampuan mengarang akan penulis bahas satu
persatu, pertama penulis akan membahas pengertian kemampuan, dan kedua akan
dibahas pengertian mengenai mengarang. Setelah itu, baru penulis akan
menuliskan simpulan pengertian mengenai istilah kemampuan mengarang itu
sendiri.
Secara terminologis, kemampuan adalah kesanggupan
seseorang untuk melakukan segala sesuatu. W. J. S. Poerwadarminta (1984:628)
menyatakan bahwa ”kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, atau kekuatan untuk
melakukan sesuatu”.
Dari teori di atas, dalam hubungannya dengan mengarang
bahwa kesanggupan atau kemampuan dipandang perlu, karena seseorang sebelum
melakukan kegiatan tulis menulis atau mengarang terlebih dahulu harus mempunyai
kesanggupan atau kemampuan. Demikian pula dengan kecakapan, seseorang selain
memiliki kemampuan, maka ia harus cakap dalam mengerjakan segala sesuatu. Dalam
hal ini bahwa seorang siswa harus cakap dalam mengerjakan karangan sehingga hasil
yang akan diperoleh akan terasa sangat berkualitas.
Mengarang sebenarnya bukanlah suatu kegiatan yang luar
biasa, setiap hari bahkan setiap saat kita dapat melakukannya, sebab mengarang
tidak lain daripada kegiatan menulis atau merangkai bahasa. Hal ini sesuai
dengan yang diungkapkan oleh A. S. Broto (1982:64) bahwa ”mengarang adalah
kegiatan menulis atau merangkai bahasa”.
Bertitik tolak dari pengertian tersebut, penulis
berpendapat bahwa mengarang bukanlah pekerjaan yang memberatkan bagi guru dan
siswa, sebab mengarang merupakan kegaiatan sehari-hari. Mengarang termasuk
pekerjaan biasa, dan pekerjaan sehari-hari bagi seorang yang telah menempuh
jenjang pendidikan, seperti mencatat ringkasan dan sebagainya. Hal ini sesuai
dengan pendapat Amran Halim (1971:100) yang menyatakan bahwa :
Proses mengarang sebagaimana yang umum dipandang orang
merupakan kemampuan menggabungkan sejumlah unsur yang berbeda-beda dan hanya
sebagaian saja dari padanya yang sungguh-sungguh bersifat bahasa.
Pendapat tersebut diperjelas oleh I. K. Natia (1985:1)
bahwa mengarang adalah mengorganisasikan ide dan perasaan kemudian melahirkan
ke dalam rangkaian kalimat yang logis dalam bahasa tulis.
Pendapat Nurlena Basier Kasim dan Richard Sinaga (1982:9)
bahwa yang dimaksud mengarang adalah menyampaikan isi hati terhadap orang lain
dengan bahasa tertulis.
”Jika pendapat tersebut kita cermati, bahwa yang dimaksud
dengan mengarang adalah melahirkan atau menuturkan buah pikiran, perasaan,
gagasan, dan pengalaman yang ada pada diri seseorang melalui tulisan”. Hal ini
sesuai dengan Sudarno dan Eman A. Rahman (1982:109) yang berpendapat bahwa
mengarang adalah bagian ekspresi secara tertulis dari segala kesan batin baik
pikiran, perasaan, maupun yang dapat dinyatakan dengan bahasa tulis.
Pendapat tersebut dipertegas lagi oleh A. Widyamahtaya
(1978:9) yang meyatakan bahwa mengarang adalah suatu proses kegiatan pikiran
manusia yang hendak mengemukakan jiwanya kepada orang lain atau kepada dirinya
sendiri dalam bahasa tulisan.
Memperhatikan uraian-uraian di atas, bahwa setiap orang
yang mengungkapkan buah pikiran, perasaan, menuturkan sesuatu dalam hatinya
disebut mengarang, meskipun berbeda dengan mengarang yang sesungguhnya.
Mengarang yang sesungguhnya yaitu menggabungkan gagasan dengan tulisan. Hal ini
sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ambari (1983:175) bahwa mengarang
adalah menyusun atau mengorganisasikan buah pikiran, atau ide ke dalam
rangkaian kalimat yang logis dan terdapat dalam bahasa tulisan.
Terkadang penulis pernah mendengar pendapat orang lain
bahwa kemampuan mengarang merupakan suatu bakat keterampilan yang dibawa sejak
lahir. Kepada pendapat tersebut penulis kurang begitu sepaham dan penulis dapat
mengatakan bahwa itu kurang tepat, sebab seseorang akan terampil mengarang jika
ia telah terampil menulis, punya bahan, pengalaman, dan tentunya harus ditopang
dengan pembinaan melalui latihan-latihan yang baik dan berkesinambungan. Selain
itu juga, pendapat tersebut bertolak belakang dengan teori perkembangan manusia
menurut Jhon Locke yang berpendapat bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan
bersih bagai kertas yang belum ditulisi apa-apa. Oleh karena itu, suatu hal yang jelas, kemampuan mengarang akan diperoleh melalui
belajar dan berlatih.
Salah satu bukti bahwa seseorang mampu melakukan sesuatu
itu mungkin karena ia memiliki bakat yang dibawa sejak lahir. Namun untuk mampu
membuat sebuah karangan yang baik tentu ia harus melalui proses panjang, hal
ini harus ditunjang oleh pandai dan mahir dalam menulis, dan untuk mahir dalam
melakukan tulis menulis, maka hal itu harus dilakukan melalui proses latihan
dan pembinaan. Karena pekerjaan mengarang adalah sangat erat kaitannya dengan
kagiatan menulis, maka yang harus lebih dipentingkan dalam hal kemampuan
mengarang adalah kemahiran menulis.
Dari berbagai pendapat di muka baik dari pengertian
kemampuan maupun mengarang, maka penulis dapat meyimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan kemampuan mengarang adalah kesanggupan seseorang untuk melakukan
pekerjaan atau perbuatan dalam bentuk uraian menulis sehingga dapat berbentuk
sebuah karangan hasil imajinasi seseorang tersebut.
C.
Tujuan Mengarang
Mengarang merupakan pengungkapan buah pikiran melalui
tulisan. Tetapi mengarang bukan asal menulis. Orang harus belajar menyusun
sebuah karangan yang baik dan teratur. Sebuah karangan yang baik mengandung isi
yang dikemukakan secara sistematis serta menarik.
Melihat dari sumber di atas, tujuan mengarang yaitu :
1) Mendidik siswa agar dapat mengungkapkan isi hati
Alat untuk mengarang adalah bahasa. Bahasa adalah untuk
menyampaikan pendapat dalam bentuk lisan ataupun tulisan. Melalui pelajaran
mengarang diharapkan siswa dapat menggunakan bahasa dengan sebaik-baiknya,
terutama dalam penggunaan ejaan.
Dalam hal ini perlu kita perhatikan bahwa di dalam
mengarang siswa harus diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya sendiri
dengan memilih kata secara bebas, tetapi tidak boleh menyimpang dari
norma-norma yang ditentukan, baik ejaan maupun mengarang.
Maka dengan adanya kebebasan inilah siswa dapat
mengeluarkan pendapatnya atau isi hatinya dengan sebaik-baiknya melalui
karangan. Dan dengan jalan ini pula siswa akan terbuka pikirannya untuk
mencurahkan isi hatinya secara tersusun dengan baik. Akhirnya siswa pun tidak
merasa ragu-ragu dalam menghadapi tugasya.
2) Dapat menggunakan perbendaharaan kata
Perbendaharaan kata dalam bahasa Indonesia kian hari kian
bertambah, ini dapat kita lihat baik di surat kabar, majalah, atau media masa
lainnya.
Kata-kata yang memperkaya bahasa Indonesia tersebut
banyak diambil dari berbagai sumber. Ada yang berasal dari bahasa asing, dan
ada pula yang berasal dari bahasa daerah yang ada di Indonesia.
Pelajaran mengarang merupakan bagian dari pelajaran
bahasa Indonesia. Pelajaran bahasa Indonesia adalah pelajaran yang sangat
penting. Ini penulis katakan karena bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi,
bahasa persatuan, dan bahasa negara. Hal ini sesuai dengan yang tercantum di
dalam UUD 1945 bab XV pasal 36 yang berbunyi “Bahasa negara ialah bahasa
Indonesia” (UUD 1945 th. 1985:8).
Melalui pelajaran mengarang siswa akan bertambah
pengetahuannya, terutama dalam hal perbendaharaan kata yang didapatnya dari
banyak membaca dan mengarang. Penggunaan ejaan dalam karang mengarang tidak
bisa dilepaskan begitu saja jika ingin mencapai hasil karangan yang baik.
Dengan memperhatikan hal tersebut di atas, bahasa
Indonesia cukup besar peranannya. Oleh karena itu kita harus menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar, agar bahasa Indonesia makin mendapatkan tempat
di dunia.
3) Melatih keterampilan dan ketelitian siswa dalam menulis
Selain kita dituntut menggunakan bahasa lisan, juga
dituntut untuk menggunakan bahasa tertulis dengan baik. Memang ada perbedaan
antara bahasa lisan dengan bahasa tulis. Bahasa lisan mengutamakan intonasi,
sedangkan bahasa tulis menggunakan tanda baca atau pungtuasi.
Bila bahasa lisan tanpa intonasi sulitlah untuk mengerti,
sehingga maksud atau isi yang diucapkan oleh penutur tidak akan dipahami oleh
si pendengar. Bagitu pula bahasa tulis, bila tanpa tanda baca atau pungtuasi si
pembaca akan menemui kesulitan dalam memahami bacaan yang ia baca.
Dalam bahasa tulis yang
dilakukan oleh siswa, guru akan memberi kebebasan untuk berbahasa Indonesia,
ini dimaksudkan agar mereka terampil dan teliti dalam memilih kata dan menyusun
secara tertulis dengan menggunakan ejaan yang tepat dan benar.
Seorang guru harus mengawasi perbuatan siswa, memeriksa
hasil pekerjaan siswa, dan menilainya agar siswa mengetahui letak kesalahannya
untuk bisa diperbaiki.
Dalam mengarang, kata yang tersedia cukup banyak, bahkan
dapat dikatakan lebih dari cukup, sudah barang tentu siswa akan memilih
kata-kata yang terbaik dan tepat dalam kalimat yang digunakannya dalam
mengarang.
Di samping tujuan mengarang seperti telah disebutkan di
atas, tujuan pelajaran mengarang di sekolah sebagai berikut:
1) untuk meminta keterampilan siswa menguraikan pengalaman yang diterima di
sekolah maupun di masyarakat dalam bahasa tulis;
2) mendorong siswa berpikir secara sistematis, karena pekerjaan mengarang
berarti melibatkan siswa berpikir secara teratur; dan
3) mendorong mendidik siswa yang berbakat.
Untuk dapat mencapai maksud tersebut di atas, sebaiknya
siswa mengetahui dan mempelajari tata bahasa, komposisi, dan gaya bahasa.
Kepentingan tata bahasa ialah untuk mengatur kata demi
kata menjadi kalimat, dan komposisi untuk mengatur
susunan dari karangan tersebut, sedangkan gaya bahasa berperan untuk
menghidupkan lukisan atau karangan.
D.
Pengajaran Mengarang di SD Negeri ..........................
Pengajaran bahasa Indonesia baik di SD, SLTP, maupun
SLTA, meliputi beberapa aspek yaitu: pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Hal
ini dijelaskan oleh Abdul Gafur (1986:64) yang dikutipnya dari pendapat seorang
ahli pendidikan yang bernama Bloom, bahwa menurut Bloom ada 3 (tiga) aspek
”objektif” yakni:
1) Aspek pengenalan (cognitive domain)
yang meliputi:
(a) pengetahuan, ingatan;
(b) pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh;
(c) analisis, menguraikan, menentukan hubungan;
(d) sintesis, mengorganisir, merencanakan, membentuk bangunan baru, dsb;
(e) mengevaluasi, menilai;
(f) aplikasi.
2) Aspek perasaan (affective domain)
Aspek ini berkenaan dengan sikap untuk menerima, memberikan respon, nilai
dan sebagainya.
3) Aspek gerak (psyichomotor domain)
(a) Self-paced objectivives
(b) Mix-paced objectivives
(c) Externally-paced
objectivives
Demikian pula halnya pengajaran bahasa Indonesia di SD
Negeri ................................., meliputi aspek-aspek seperti pendapat
Bloom di atas.
Adapun sebagai bahan pengajaran karangan prosa deskripsi
di sekolah dasar tersebut terdiri dari komponen diantaranya: KD, TIK, Materi
Pelajaran, KBM, Alat dan Sumber Bahan serta Evaluasi yang berupa satuan pelajar
(SP).
Pelaksanaan pengajaran mengarang di Sekolah Dasar
tersebut dilakukan sebanyak dua kali pertemuan. Pertemuan pertama membahas
karangan prosa deskripsi yang bertema Kebersihan
di Lingkungan Sekolah, dan dilanjutkan dengan menyuruh murid untuk
mengarang dengan menggunakan media gambar sebagai evaluasinya. Adapun pertemuan
kedua membahas karangan prosa deskripsi yang bertema Apel Bendera pada Hari Senin di Sekolah, dan dilanjutkan dengan
menyuruh murid untuk mengarang dengan menggunakan media papan tulis (kerangka
karangan) sebagai evaluasinya.
Dalam pelaksanaan pengajaran bahasa Indonesia, khususnya
mengarang, tidak terlepas dari tanggung jawab seorang guru, sebab berhasil
tidaknya siswa dalam menyerap materi yang diberikan guru, salah satu
penyebabnya adalah ketidakmampuan seorang guru dalam mengasuh dan membina
murid, khususnya dalam menyampaikan materi pelajaran. Oleh sebab itu, guru
dalam melaksanakan tugasnya tidak saja harus pandai memilih metode atau pandai
menyusun bahan pelajaran, tetapi tidak kalah pentingnya adalah guru dituntut
pula terampil dan mampu menyampaikan pokok bahasan menulis atau mengarang
tersebut dengan tepat.
E.
Pengertian Media
Ahmad Parlan Mulayono (1989:36) mengemukakan pendapatnya
bahwa media adalah bahan sebagai perantara bagi seorang seniman untuk
mewujudkan sebuah karya yang mempunyai bentuk dan ukuran.
Melihat pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa seseorang apabila akan mencurahkan isi hatinya/mewujudkan karyanya tentu
memerlukan media, sebab media merupakan alat atau sarana yang penting untuk
mencapai suatu tujuan. Pendapat tim penyusun Kamus Besar Bahasa Insonesia
(Depdikbud, 1989:569) bahwa ”media adalah alat komunikasi”.
Pendapat tersebut sesuai pula dengan yang dikemukakan
oleh Oemar Hamalik (1986:23), bahwa: Media pendidikan adalah alat, metode, dan
teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan
interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Dari pendapat dan uraian-uraian di atas, penulis
menyimpulkan bahwa media pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat
menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan dan kemauan seseorang sehingga
dapat mendorong proses belajar pada dirinya dan mempengaruhi efektifitas
program instruksional.
Untuk membantu
atau mempengaruhi siswa dalam penerimaan pelajaran mengarang, sehingga
program yang telah direncanakan dapat tercapai, guru harus memilih media yang
tepat, diantaranya adalah media gambar.
Menurut tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Drpdikbud, 1989:250) bahwa ”gambar adalah tiruan barang; yang dibuat dengan
coretan pensil dan sebagainya, pada kertas dan sebagainya; lukisan”.
Media gambar adalah salah satu dari sekian banyak media
yang dapat digunakan dalam pengajaran mengarang. Karena media gambar marupakan
tiruan yang dibuat dengan coretan alat tulis/lukis pada kertas atau kanvas
untuk membantu siswa dalam mencurahkan ide dan perasaan melalui tulisan
sehingga membentuk suatu karangan.
Selain media gambar yang dapat digunakan dalam pengajaran
mengarang atau menulis, ada pula media yang lain yaitu media papan tulis.
Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan
bahwa ”Papan adalah kayu yang lebar dan tipis” (Depdikbud, 1989:647).
Tim penyusun Kamus Besar Indonesia menyatakan bahwa
”Tulis adalah membuat huruf (angka dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur,
dan sebagainya), melahirkan pikiran atau perasaan, menggambar, melukis,
membatik, (kain)” (1989:968).
Melihat dari pengertian menurut para ahli bahasa di atas,
bahwa papan tulis adalah sebilah kayu yang mempunyai ukuran panjang dan lebar
dan digunakan untuk menulis atau menggambar.
Sesuai dengan fungsinya, papan tulis penting sekali untuk
di kelas, oleh karena itu tidak boleh dikesampingkan. Dewasa ini papan tulis
tidak hanya terdapat di sekolah atau di kelas saja, melainkan di kantor-kantor,
bahkan di tempat-tempat ramai seperti stasiun kereta api, terminal bus, hotel,
rumah sakit, tempat tinggal/rumah dan lain-lain.
Papan tulis dalam hubungannya dengan mengarang bahwa
papan tulis dapat mempermudah dalam pemberian pelajaran mengarang kepada
sekelompok siswa.
F.
Membaca
1. Pengertian Membaca
Membaca menurut Tarigan (1987:7) adalah suatu proses yang
dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak
disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.
Sedangkan pengertian membaca menurut Zainudin (1991:124)
adalah menyeruakan huruf atau deretan yang berupa kata atau kalimat. Pengertian
yang hampir sama menurut Tampubolon (1987:26) tentang membaca adalah satu dari
empat kemampuan bahasa pokok, dan merupakan satu bagian atau komponen dan
komunikasi tulisan.
Selain itu, Baradja (1990:105) juga mengemukakan
pendapatnya tentang membaca adalah suatu aktivitas dimana si pembaca mencoba
memahami ide-ide penulis melalui suatu teks. Harjasujana (1986:12) juga
mengemukakan pendapatnya tentang membaca adalah kegiatan merespon
lambang-lambang cetakan atau tulisan dengan menggunakan pengertian yang tepat.
Dari kelima pendapat para ahli tentang membaca dapat
diambil kesimpulan bahwa membaca merupakan suatu kegiatan memahami isi bacaan
dimana penulis mencoba mengkomunikasikan isi pesannya melalui suatu teks kepada
pembaca.
2. Proses Membaca
Menurut Tarigan ditinjau dari segi terdengar atau
tidaknya suara si pembaca waktu dia membaca maka proses membaca dapat dibagi
dua, yaitu:
a.
Membaca
nyaring, membaca bersuara, membaca lisan (reading
out loud; oral reading; reading loud)
Menurut Tarigan
membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi
guru, murid ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk
menangkap serta memahami informasi pikiran dan perasaan seseorang pengarang.
Selain itu, Tarigan juga mengemukakan pendapatnya tentang membaca nyaring
adalah sebuah pendekatan yang dapat memuaskan serta memenuhi berbagai ragam
tujuan serta mengembangkan sejumlah keterampilan serta minat.
b.
Membaca
dalam hati (silent reading)
Tarigan juga
mengemukakan pendapatnya tentang membaca dalam hati adalah aktifitas membaca
yang hanya mempergunakan ingatan visual, yang melibatkan pengaktifan mata dan
ingatan.
Bila
dilihat dari pengertian antara membaca nyaring dengan membaca dalam hati
penulis mengambil kesimpulan bahwa yang membedakan antara membaca nyaring
dengan membaca dalam hati menurut Tarigan hanyalah cara membacanya. Kalau
membaca nyaring mengeluarkan suara sehingga pembaca dan pendengar sama-sama
mendengar atau memahami isi bacaan. Sedangkan membaca dalam hati hanya pembaca
saja yang memahami isi bacaan.
3. Tujuan Membaca
Tujuan membaca menurut Tarigan adalah untuk mencari serta
memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Sedangkan menurut
Nurhadi (1995:70) tujuan membaca adalah untuk mendapatkan gambaran yang jelas
tentang isi bacaan. Kemudian Nababan (1992:150) juga mengemukakan pendapatnya
tentang tujuan membaca adalah sebagai berikut : (1) memahami informasi yang
diberikan dalam bacaan secara implist, (2) memahami informasi yang diberikan
dalam bacaan secara eksplist, (3) memahami makna konseptual (konsep apa yang
diberikan dalam bacaan itu), (4) memahami fungsi komunikatif dalam bacaan itu,
(5) memahami kaitan-kaitan unsur dalam kalimat, (6) memahami kaitan antara
bagian-bagian suatu teks, (7) mencari butir-butir yang penting untuk dirangkum,
dan (8) meningkatkan keterampilan untuik merujuk pada konsep kain yang
mendasar.
Membaca sekilas atau skimming
menurut Tarigan (1987:32) adalah jenis membaca yang membuat mata kita bergerak
dengan cepat melihat, memperhatikan bahan tertulis untuk mencari serta
mendapatkan informasi, penerangan. Dari pengertian membaca sekilas atau skimming penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa membaca yang hanya dilakukan untuk menemukan hal-hal tertentu
yang diinginkan. Tarigan juga mengemukakan tiga tujuan utama dalam membaca
sekilas, yaitu : (1) untuk memperoleh suatu umum dari suatu buku artikel,
tulisan singkat, (2) untuk menemukan hal tertentu dari suatu bahan bacaan, dan
(3) untuk menemukan/menempatkan bahan bacaan dalam perpustakaan.
Dari ketiga tujuan utama dalam membaca sekilas menurut
Tarigan, penulis mengambil kesimpulan bahwa dengan membaca sekilas menuntut
kita dapat dengan cepat memperoleh informasi. Dalam membaca sekilas kita hanya
membuka hal-hal yang dianggap penting atau yang memang kita perlukan. Dalam
penerapannya membaca sekilas menuntut suatu keaktifan dan keseksamaan untuk
mengetahui apa yang kita cari.
Menurut Tarigan membaca dangkal pada dasarnya bertujuan
untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran, yang tidak
mendalam dari suatu bahan bacaan. Dalam membaca dangkal tidak dituntut
pemikiran yang mendalam seperti halnya membaca karya-karya ilmiah. Membaca
dangkal hanya merupakan suatu bahan bacaan bersifat kesenangan.
Membaca insentif menurut Tarigan adalah studi seksama, telaah,
teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap
suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari. Dalam
membaca insentif diperlukan pemahaman terhadap isi bahan bacaan.
4. Ciri-ciri Bahan Bacaan
Seseorang yang ingin melakukan sesuatu, selalu
disesuaikan dengan kemampuannya. Begitu juga dengan guru yang akan memberikan
bahan bacaan kepada siswa selalu disesuaikan dengan kemampuan siswanya. Menurut
Soejono (1993:119) ciri-ciri bahan bacaan adalah sebagai berikut: (1) di
dalamnya terdapat cukup situasi, hubungan kalimat dan faktor lain yang
memungkinkan anak belajar berfikir, (2) bahan bacaan yang diperbincangkan
setingkat dengan perkembangan atau kepandaian anak, agar perhatian anak
tertarik kepadanya, dan (3) bacaan bersifat perkara, obyektif dan singkat, agar
dapat selesai dalam satu jam pelajaran.
Kesimpulan dari ciri bahan bacaan adalah dalam memberi
bahan bacaan kepada siswa harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan berfikir
siswa. Bahan bacaan juga disesuaikan dengan waktu atau jam pelajaran.
G.
Karangan
1. Pengartian Karangan
Menurut Liang Gie (1992:17) karangan adalah hasil
perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan
dimengerti oleh pembaca. Sedangkan pengertian karangan menurut Sartuni dkk
(1984:74) adalah suatu penyampaian pikiran secara resmi atau teratur dalam
ucapan atau tulisan atau suatu penyajian pembicaraan yang luas tentang suatu
pokok persoalan secara lisan atau tulisan.
Pengertian yang hampir sama tentang karangan menurut
Finoza (1993:74) adalah suatu bentuk penyampaian pikiran secara resmi dan
teratur tentang suatu topik atau pokok bahasan. Selain itu pengertian karangan
menurut Sudarno dan Rahman (1993:116) adalah rangkaian, susunan atau komposisi,
yang dirangkai adalah beberapa kesatuan pikiran yang diwujudkan dalam bentuk
kalimat-kalimat yang disusun sesuai dengan akaidah komposisi.
Dari keempat pendapat ahli, penulis mengambil kesimpulan
bahwa karangan adalah hasil dari pikiran seseorang dalam menyampaikan ide atau
gagasan.
2. Tipe Karangan
Berdasarkan sistem penyajian pokok masalahnya, tipe
karangan tulisan ada 5 macam, yaitu: (1) karangan deskripsi, (2) karangan
narasi, (3) karangan eksposisi, (4) karangan argumentasi, dan (5) karangan
persuasi (Sartuni, 1984:74-75).
Mempelajari kelima tipe karangan tersebut di atas sangat
penting dengan tujuan agar kita dapat mengkomunikasikan suatu gagasan, suatu
perasaan, suatu pengalaman, atau suatu pokok persoalan semaksimal mungkin
secara efektif.
Karangan deskriptif menurut Parera (1993:5) adalah satu
bentuk karangan yang hidup dan berpengaruh. Karangan deskripsi memberikan satu
gambaran tentang satu peristiwa atau kejadian dan masalah.
Karangan menurut Syafi’ie (1990:151) adalah wacana yang berkenaan dengan rangkaian
peristiwa. Wacana ini berusaha menyampaikan .......................... kaian
kejadian menurut urutan terjadinya, dengan maksud memberi arti kepada sebuah
kejadian atau serentetan kejadian, dan agar pembaca dapat memetik hikmahnya
dari cerita itu.
Syafi’ie (1990:151) juga memberikan pengertian tentang
karangan eksposisi adalah wacana yang berusaha menerangkan atau menjelaskan
pokok pikiran yang dapat memperluas pengetahuan pembaca karangan itu.
Sedangkan karangan argumentasi menurut Keraf (1955:10)
adalah semacam bentuk wacana yang berusaha mebuktikan suatu kebenaran, dan
karena itu akan berusaha sekuat tenaga dengan teknik-teknik yang rasional untuk
mempertahankan kebenaran itu.
Karangan persuasi ingin mencapai kesepakatan dengan orang
yang dipersuasi dengan menggunakan pendekatan psikologis. Persuasi merupakan
bagamana cara seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar orang lain mengikuti
apa yang dikehendakinya.
3. Bagian Utama Karangan
Menurut Sudarmo dan Rahman (1993:119) bagian utama
karangan terdiri dari: pendahuluan, isi (tubuh karangan), dan penutup. Sudarno
dan Rahman juga memberi penjelasan tentang hal-hal memuat di dalam pendahuluan
adalah sebagai berikut: (1) latar belakang atau masalah penelitian pokok
bahasan, (2) aspek-aspek penting dari pokok masalah yang akan dibahas dan perumusannya,
(3) metode pambahasan, (4) sistematika penyusunan, dan (5) tujuan serta hasil
yang diharapkan.
Selain itu Sudarmo dan Rahman juga mengemukakan tentang
pengertian isi (tubuh karangan) adalah rincian atau pengembangan apa yang
ditanyakan pada pendahuluan.
Tarigan (1991:7) juga mengemukakan pendapatnya yang sama
tentang bagian utama karangan. Pada bagian utama karangan, Djago Tarigan
mengemukakan tentang fungsinya. Pertama fungsi dari bagian pandahuluan adalah
sebagai berikut: (1) menarik minat pembaca, (2) mengarahkan perhatian pembaca,
(3) menjelaskan secara singkat ide pokok atau tema karangan, dan (4)
menjelaskan bila dan di bagian mana suatu hal akan diperbincangkan.
Kedua fungsi dari bagian isi adalah sebagai jembatan yang
menghubungkan antara bagian pendahuluan dan bagian penutup. Ketiga fungsi dari
bagian penutup ialah salah satu kombinasi dan fungsi untuk memberikan: (1)
kesimpulan, (2) penekanan bagian-bagian tertentu, (3) klimaks, (4) melengkapi,
dan (5) merangsang pembaca mengerjakan sesuatu tentang apa yang sudah
dijelaskan atau diceritakan. Antara ketiga bagian-bagian utama karangan
mempunyai satu kesatuan yang erat, sehingga terbentuk karangan yang tersusun
rapih.
LAPORAN HASIL PENELITIAN PTK BAHASA INDONESIA SD KELAS V LENGKAP
Bab III Metodologi Penelitian
A.
Seting Penelitian
Penelitian dilakukan di SD Negeri .................................Kecamatan
Picung Kabupaten .......................... Propinsi Banten. Adapun subjek penelitian ini
adalah siswa kelas V di SD Negeri .................................Kecamatan Picung,
dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang. Penelitian Tindakan Kelas akan dilaksanakan
dengan 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 2 (dua) kali pertemuan. Penelitian akan berlangsung selama 3 bulan, mulai
bulan September sampai Nopember 2008.
B.
Prosedur Pelaksanaan Tindakan
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK),
adapun tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian PTK ini menggunakan model
yang dikembangkan oleh Kurt Lewin.
Model Kurt Lewin seperti disebutkan dalam Dikdasmen (2003:18) bahwa tahap-tahap
tersebut atau biasa disebut siklus (putaran) terdiri dari 4 komponen yang
meliputi: (a) perencanaan (planning),
(b) aksi atau tindakan (acting), (c)
observasi (observing), dan (d)
refleksi (reflecting).
Langkah-langkah selama melakukan tindakan digambarkan pada gambar 1. Sedangakan
prosedur pelaksanaan penelitian ini meliputi 2 siklus, setiap siklus terdiri
dari perencanaan, tindakan pengamatan, dan refleksi.
Tabel 1 : Siklus
Kegiatan Penelitian
Siklus
|
Perencanaan
|
Tindakan yang Dilakukan
|
Siklus I
|
Identifikasi
Masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah
|
·
Merencanakan
pembelajaran diterapkan dalam PBM yaitu dengan pembelajaran proyek pola
seqip.
·
Menentukan pokok
bahasan
·
Mengembangkan skenario
pembelajaran
·
Menyusun bahan ajar
·
Menyiapkan sumber
belajar seperti buku
·
Mengembangkan
format evaluasi
·
Mengembangkan
format observasi pembelajaran
|
Tindakan
|
·
Menerapkan tindakan
mengacu pada skenario pembelajaran intensifikasi tugas yang telah disiapkan
·
Melakukan evaluasi
yaitu dalam bentuk tes kemampuan
|
|
Pengamatan
|
Melakukan observasi dengan menggunakan format observasi
|
|
Refleksi
|
·
Melakukan evaluasi
tindakan yang telah dilakukan yang meliputi evaluasi mutu, jumlah, dan waktu
dari tindakan yang telah dilakukan.
·
Melakukan pertemuan
untuk membahas hasil evaluasi tentang skenario, tes kemampuan pemahaman
·
Memperbaiki tindakan
sesuai hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus berikutnya
·
Evaluasi tindakan I
|
|
Indikator
keberhasialan siklus I
|
·
Instrumen-istrumen
yang telah disiapkan pada siklus I dapat dilaksanakan semua
·
Siswa mampu belajar
dan berdiskusi dengan teman dalam membahas tugas yang diberikan
·
Siswa mampu belajar
dalam kelompok
·
Siswa mampu
membahasakan gambar dengan persepsi masing-masing siswa yang dituliskan
dengan karangan
|
|
Siklus II
|
Perencanaan
|
·
Identifikasi masaah
dan penetapan alternatif pemecahan masalah
·
Pengembangan program
tindakan II
|
Tindakan
|
Pelaksanaan
program tindakan II
|
|
Pengamatan
|
Pengumpulan
data tindakan II
|
|
Refleksi
|
Evaluasi
tindakan II
|
|
Indikator
keberhasilan siklus II
|
·
Instrumen-instrumen
yang telah disiapkan pada siklus I dapat terlaksana semua
·
Siswa mampu belajar
dan berdiskusi dengan teman dalam membahas tugas yang diberikan
·
Siswa mampu belajar
dalam kelompok
·
Hampir ≥ 75% siswa
mampu membahasakan gambar dengan persepsi masing-masing siswa yang dituliskan
dengan karangan
|
C.
Data dan Teknik Pengumpulan Data
1. Data
Sumber data penelitian adalah siswa, sedangkan jenis data
yang didapatkan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data
kualitatif yang meliputi: (1) data tes setelah siklus I dan siklus II, (2)
hasil observasi terhadap proses pelaksanaan pembelajaran, (3) jurnal harian
(catatan harian), dan (3) foto.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati aktifitas siswa
selama pembelajaran berlangsung. Dalam observasi diantaranya akan melihat
peningkatan frekuensi dan suatu kualitas pertanyaan siswa kepada guru maupun
sesama temannya selama interaksi belajar mengajar, adanya peningkatan kerja
sama dalam melaksanakan tugas, keberanian siswa dalam memberikan jawaban
pertanyaan yang diajukan oleh guru.
b. Jurnal harian
Jurnal harian dalam penelitian ini maksudnya adalah
catatan harian yang merupakan alat bantu perekam yang paling sederhana. Hal ini
sejalan dengan pendapat tim pelatih PGSM (1999:57) yang menyatakan bahwa jurnal
harian merupakan semacan catatan harian. Catatan harian ini akan merekam semua
kegiatan dalam proses pembelajaran yang tidak terekam dalam lembaran observasi
baik berupa perilaku siswa/kegiatan guru yang berlangsung dalam kelas maupun
permasalahan yang dapat dijadikan pertimbangan bagi langkah berikutnya, sesuai
pendapat Madya (1994:35) bahwa catatan harian ini akan memuat observasi,
perasaan, reaksi, penafsiran, refleksi, dugaan, hipotesis, dan penjelasan.
c. Data tes kemampuan
Data ini merupakan data kuantitatif, yang diambil
setiap siklus. Tes formatif diberikan setiap berakhirnya siklus, hal ini supaya
setiap berakhirnya pelaksanaan siklus dapat diketahui kemajuan dan perkembangan
yang didapat oleh siswa dengan pola pembelajaran intensifikasi tugas. Hasilnya
diharapkan dapat menjadi acuan, pertimbangan, bahan refleksi untuk merencanakan
pelaksanaan siklus berikutnya.
d. Foto
Untuk merekam aspek kegiatan kelas, aktifitas siswa, dan
untuk memperjelas data dari hasil observasi maka dalam penelitian ini digunakan
alat perekam lainnya yaitu foto. Hal ini seperti yang dikatakan Madya (1995:39)
bahwa foto digunakan untuk merekam peristiwa penting, serta karena daya
tariknya foto dapat diacu dalam wawancara berikutnya dan diskusi tentang data.
3. Analisa Data
a. Data Observasi
Data ini diambil melalui pengamatan yang dilakukan oleh
peneliti sebagai orang yang terlibat aktif dalam pelaksanaan tindakan dan
dibantu oleh observer. Adapun kegiatan siswa yang diamati tiap lima menit
sekali dengan tanda checklist, diolah dengan menggunakan rumus:
.Jumlah Aktivitas X 100%
.Jumlah Siswa
b. Data Jurnal Harian
Menyimpulkan kejadian selama penelitian berlangsung.
c. Data Tes Kemampuan
1) Menentukan nilai setiap siswa dari hasil tes dengan pemberian nilai skala
100
2) Tentukan banyaknya siswa yang mendapat nilai diatas atau sama dengan 60.
3) Hitung persentasi banyaknya siswa yang mendapat nilai 60.
LAPORAN
PTK BAHASA INDONESIA SD KELAS V LENGKAP
Bab IV Hasil dan Pembahasan
A. Deskripsi Hasil
Penelitian
1. Kemampuan Mengarang
Siklus I, dilaksanakan pada tanggal: 2 dan 9 oktober
2008. Siklus I dilakukan dalam 2 (dua) kali pertemuan. Setiap akhir pertemuan,
dilakukan uji keterampilan mengarang.
Untuk menyusun penelitian ini, penulis mengadakan
beberapa persiapan yang yang berkaitan dengan tujuan penelitian tersebut.
Adapun persiapan yang penulis lakukan sebagai berikut :
1. Sebelum tes dilakukan, penulis dahulu menjelaskan kepada siswa, bahwa
setelah siswa membaca teks bacaan, maka siswa diperintahkan menjawab soal yang
berupa pilihan ganda.
2. Siswa diperintahkan membaca dalam hati teks bacaan yang berjudul ”saat-saat
yang mendebarkan”.
3. Setelah siswa selesai membaca, siswa diharapkan mengumpulkan teks bacaan
dan dilanjutkan dengan mengerjakan tes berupa pilihan ganda.
4. Setelah selesai mengerjakan tes pilihan ganda, siswa diharapkan
mengumpulkan hasilnya.
Tes mengarang
1. Sebelum tes mengarang, terlebih dahulu siswa dijelaskan tentang karangan.
2. Setelah dijelaskan siswa diperintahkan membuat karangan dengan judul
”Liburan Sekolah” dan memperhatikan.
3. Setelah siswa selesai mengerjakan tes mengarang penulis memerintahkan agar
hasilnya dikumpulkan.
Model pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah media gambar sebagai supaya meningkatkan keterampilan mengarang bagi
siswa kelas V SD Negeri .......................... . Beberapa gambar yang harus diinterprestasikan oleh siswa
dalam bentuk karangan. Hasil interprestasi tersebut, kemudian dikumpulkan untuk
diketahui sejauh mana interprestasi siswa dalam membaca suatu gambar.
Dari beberapa fenomena yang
terjadi dalam kehidupan, dalam hal ini, siswa dipersilakan untuk menulis apa
yang ia amati dari gambar tersebut. Hasil pengamatannya dibuktikan dalam bentuk
karangan. Cara siswa mengamati gambar tersebut, ada diantara siswa secara
kreatif mencari bahan bacaan dari sumber lain, seperti tampak pada gambar 3
Siklus II, dilaksanakan pada tanggal : 16 Oktober dan 6
November 2008. Pada siklus ke II, dilakukan hal yang sama seperti kegiatan yang
dilakukan pada siklus I. Siklus ke II dilakukan setelah diadakan refleksi dari
semua kegiatan yang dilakukan pada siklus I. Pada siklus ini cenderung pada
arah perbaikan proses, sehingga keterampilan mengarang siswa terjadi
peningkatan.
Berikut ini
peneliti tampilkan daftar nilai kemampuan keterampilan mengarang dari siswa
kelas V SD ................................. di siklus I.
Daftar nilai hasil tes mengarang Siklus I
NO
|
NAMA
|
Pertemuan 1
Nilai
|
Pertemuai 2
Nilai
|
1.
|
Adin Nur Wahid
|
62
|
66
|
2.
|
Afni Yanti
|
58
|
62
|
3.
|
Agraahmat
Pailani
|
64
|
68
|
4.
|
Ahmad Asrori
|
45
|
46
|
5.
|
Andhika
Nurfauzan
|
52
|
54
|
6.
|
Arya Dzikri
Maulana
|
48
|
48
|
7.
|
Damaiyanti
|
68
|
70
|
8.
|
Dera Dinata
|
64
|
68
|
9.
|
Deta Pujiyama
|
64
|
68
|
10.
|
Dicky
Firmansyah
|
46
|
50
|
11.
|
Edy Yusuf
|
56
|
60
|
12.
|
Faisal Alamsyah
|
58
|
62
|
13.
|
Fauzi Ash
Shidik
|
48
|
50
|
14.
|
Fera Fadilah
|
44
|
48
|
15.
|
Indra Nuasyah
|
72
|
74
|
16.
|
Iqbaldo
|
48
|
52
|
17.
|
Jaenudin
|
46
|
46
|
18.
|
Mohamad Dani
Sodikin
|
70
|
72
|
19.
|
Muhammad Wahyudin
|
48
|
50
|
20.
|
Muhlisin Akbar
|
46
|
48
|
21.
|
Nurhidayah
Oktafiani
|
48
|
52
|
22.
|
Nurwidiastuti
|
58
|
62
|
23.
|
Putri Rahayu
Sulistiani
|
46
|
48
|
24.
|
Ratu Novitasari
|
56
|
60
|
25.
|
Rivaldi Imam
Maulana
|
42
|
46
|
26.
|
Rizka Octaviani
|
58
|
62
|
27.
|
Rizki Aditia
|
44
|
48
|
28.
|
Rohmatullah
|
56
|
60
|
29.
|
Siti Nurhaliza
Hikmah
|
44
|
46
|
30.
|
Wahidin Atmaja
|
55
|
58
|
Keterangan Nilai Hasil Tes Mengarang :
60 sampai dengan 80 : Lancar mengarang
50 sampai dengan 59 : Kurang Lancar
40 sampai dengan 49 : Tidak Lancar
Pada akhir dari siklus II, peneliti mengadakan tes
kemampuan mengarang bagi siswa sebanyak 30 siswa, dengan tujuan untuk
mengetahui adanya peningkatan kemampuan mengarang pada siswa dari siklus I,
setelah peneliti memberikan tindakan pembelajaran bahasa Indonesia dalam
kompetensi dasar mengarang melalui penerapan pembelajaran dengan menggunakan
Media gambar.
Setelah diadakan tes kemampuan mengarang, maka nampak
hasil kemampuan dari 30 orang siswa seperti tampak pada daftar nilai berikut
ini :
Daftar Nilai
Kemempuan Keterampilan mengarang Siklus II
NO
|
NAMA
|
Pertemuan 1
Nilai
|
Pertemuai 2
Nilai
|
1.
|
Adin Nur Wahid
|
62
|
66
|
2.
|
Afni Yanti
|
62
|
68
|
3.
|
Agraahmat
Pailani
|
64
|
68
|
4.
|
Ahmad Asrori
|
45
|
54
|
5.
|
Andhika
Nurfauzan
|
52
|
60
|
6.
|
Arya Dzikri
Maulana
|
52
|
62
|
7.
|
Damaiyanti
|
68
|
70
|
8.
|
Dera Dinata
|
64
|
68
|
9.
|
Deta Pujiyama
|
64
|
68
|
10.
|
Dicky
Firmansyah
|
46
|
62
|
11.
|
Edy Yusuf
|
56
|
64
|
12.
|
Faisal Alamsyah
|
60
|
62
|
13.
|
Fauzi Ash
Shidik
|
48
|
64
|
14.
|
Fera Fadilah
|
44
|
60
|
15.
|
Indra Nuasyah
|
72
|
74
|
16.
|
Iqbaldo
|
54
|
64
|
17.
|
Jaenudin
|
46
|
52
|
18.
|
Mohamad Dani
Sodikin
|
70
|
72
|
19.
|
Muhammad Wahyudin
|
48
|
60
|
20.
|
Muhlisin Akbar
|
46
|
54
|
21.
|
Nurhidayah
Oktafiani
|
48
|
62
|
22.
|
Nurwidiastuti
|
58
|
62
|
23.
|
Putri Rahayu
Sulistiani
|
46
|
52
|
24.
|
Ratu Novitasari
|
56
|
70
|
25.
|
Rivaldi Imam
Maulana
|
42
|
46
|
26.
|
Rizka Octaviani
|
62
|
64
|
27.
|
Rizki Aditia
|
44
|
52
|
28.
|
Rohmatullah
|
60
|
70
|
29.
|
Siti Nurhaliza
Hikmah
|
44
|
48
|
30.
|
Wahidin Atmaja
|
55
|
60
|
2. Aktivitas Belajar
Penelitian ini juga untuk
mengetahui adaanya peningkatan aktivitas belajar siswa dalam tindakan dengan
menggunakan media gambar, aktivitas yang diamati oleh peneliti meliputi
akivitas visual antara lain membaca, melihat dan mengamati, Aktivitas lisan
diantaranya: mengemukakan pendapat, bertanya, dan mengemukakan pendapat,
sedangkan aktivitas lainnya adalah menulis dan mengerjakan tugas.
Pada siklus I pertemuan pertama
tanggal 2 oktober 2008 memperlihatkan adanya aktivitas antara lain :
- Aktivitas bertanya sebanyak 6 siswa
- Aktivitas menjawab sebanyak
4 siswa
- Aktivitas menulis sebanyak
14 siswa
- Aktivitas mengerjakan tugas sebanyak
20 siswa
Selanjutnya pada pertemuan kedua
tanggal 9 oktober 2008, peneliti beserta pengamat atau observer, pada saat
tindakan dilakukan memperoleh data aktivitas siswa yang mulai memperlihatkan
adanya peningkatan aktivitas, bila disimpulkan maka data aktivitas padaa
peremuan kedua ini antara lain :
- Aktivitas bertanya sebanyak
8 siswa
- Aktivitas menjawab sebanyak
6 siswa
- Aktivitas menulis sebanyak
20 siswa
- Aktivitas mengerjakan tugas sebanyak
28 siswa
Pada siklus I dengan dua pertemuan
tersebut bila dilihat terdapat peningkatan dari masing-masing aktivitas, dan
bila diprosentsekan peningkatannya, nampak pada tabel berikut :
Tabel Aktivitas Belajar
Siklus I
NO
|
Aktivitas
|
Pertemuan I
|
Pertemuan 2
|
peningkatan
|
1.
2.
3.
4.
|
Aktivitas
bertanya
Aktivitas menjawab
Aktivitas menulis
Aktivitas
mengerjakan tugas
|
6 siswa
4 siswa
14 siswa
20 siswa
|
8 siswa
6 siswa
20 siswa
28 siswa
|
2 siswa
2 siswa
6 siswa
8 siswa
|
Selanjutnya melalui tindakan
penggunaan media gambar, peneliti bersama observer mengamati aktivitas belajar
siswa pada tindakan di siklus II, secara terperinci aktivitas belajar siswa
nampak sebagai berikut :
Pada pertemuan pertama tanggal 16 oktober 2008 aktivitas yang teramati
diantaranya :
- Aktivitas bertanya sebanyak 12 siswa
- Aktivitas menjawab sebanyak
10 siswa
- Aktivitas menulis sebanyak
28 siswa
- Aktivitas mengerjakan tugas sebanyak
30 siswa
Pada pertemuan kedua tanggal 6 November
2008 kegiatan aktivitas belajar yang teramati antara lain :
- Aktivitas bertanya sebanyak 14 siswa
- Aktivitas menjawab sebanyak
10 siswa
- Aktivitas menulis sebanyak
30 siswa
- Aktivitas mengerjakan tugas sebanyak
30 siswa
Adanya peningkatan aktivitas
belajar di siklus II dari pertemuan pertama ke pertemuan kedua nampak pada
tabel berikut :
Tabel Aktivitas belajar
Siklus II
NO
|
Aktivitas
|
Pertemuan I
|
Pertemuan 2
|
peningkatan
|
1.
2.
3.
4.
|
Aktivitas
bertanya
Aktivitas
menjawab
Aktivitas
menulis
Aktivitas
mengerjakan tugas
|
12 siswa
10 siswa
28 siswa
30 siswa
|
14 siswa
10 siswa
30 siswa
30 siswa
|
2 siswa
- siswa
2 siswa
- siswa
|
B. Refleksi Setiap Siklus
Siklus I dilaksanakan dalam 2 (dua) kali pertemuan yakni
pada tanggal 2 dan 9 oktober 2008. jumlah siswa kelas V SD Negeri .................................sebanyak
30 orang. Hasil uji keterampilan mengarang siswa ditampilkan pada tabel 2
sebagai berikut:
Tabel 2 : Hasil Uji Keterampilan Mengarang pada Siklus I
Pertemuan 1
|
Pertemuan 2
|
||
Keterampilan Mengarang
|
Jumlah Siswa
|
Keterampilan Mengarang
|
Jumlah Siswa
|
Tidak Lancar
|
14
|
Tidak Lancar
|
9
|
Kurang Lancar
|
9
|
Kurang Lancar
|
8
|
Lancar
|
7
|
Lancar
|
13
|
Jumlah
|
30
|
Jumlah
|
30
|
Berdasarkan data pada tabel 2 di atas, secara kuantitas
menunjukan peningkatan. Setiap pertemuan pada siklus I terdapat peningkatan.
Dengan kata lain pada siklus ini, tindakan dilaksanakan menunjukan perbaikan.
Untuk meningkatkan keterampilan mengarang siswa, agar lebih optimal, maka
tindakan dilanjutkan dengan siklus ke II.
Siklus ke II dilaksanakan dalam 2 (dua) kali pertemuan
yakni pada tanggal 16 Oktober dan 6 November 2008. Sama seperti halnya pada
siklus I, setiap pertemuan dilakukan uji keterampilan membaca. Adapun hasil uji
keterampilan mengarang, ditampilkan pada tabel 3 sebagai berikut:
Tabel 3 : Hasil Uji Keterampilan Mengarang pada Siklus II
Pertemuan 1
|
Pertemuan 2
|
||
Keterampilan Mengarang
|
Jumlah Siswa
|
Keterampilan Mengarang
|
Jumlah Siswa
|
Tidak Lancar
|
6
|
Tidak Lancar
|
2
|
Kurang Lancar
|
7
|
Kurang Lancar
|
5
|
Lancar
|
17
|
Lancar
|
23
|
Jumlah
|
30
|
Jumlah
|
30
|
Berdasarkan data yang ditunjukan pada tabel 3, setiap
pertemuan pada siklus II terdapat peningkatan. Dengan kata lain dari dua siklus
yang dilakukan selama tindakan, menunjukan adanya perbaikan atau peningkatan
keterampilan mengarang bagi siswa kelas V SD Negeri .......................... .
Secara Teoritis
hasil belajar yang optimal dapat diperoleh melalui proses belajar yang maksimal
pula, karena itu keterlibatan siswa dalam proses belajar diperlihatkan melalui
aktivitas belajar siswa, Aktivitas belajar yang diperoleh melalui tindakan
penggunaan media gambar, seperti tampak dalam tabel memperlihatkan adanya
peningkatan aktivitas pada tiap pertemuan dalam dua siklus, maka dapat
disimpulkan bahwa adanya peningkatan kemampuan keterampilan mengarang pada
siswa kelas V SD Negeri .................................kecamatan ..........................
, salah satu faktor yang menentukannya adalah karena adanya peningkatan
aktivitas belajar dalam proses.
C. Analisis dan Pembahasan
Upaya peningkatan keterampilan mengarang bagi siswa kelas
V SD Negeri .................................dilakukan dengan dua siklus.
Setiap siklus memuat langkah-langkah: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan
diakhiri dengan refleksi. Setiap tindakan yang dilakukan, diikuti dengan
observasi yang akan diananlisis datanya untuk kepentingan kegiatan refleksi.
Refleksi yang dimaksud bertujuan untuk menentukan langkah-langkah berikutnya
pada setiap silkus yang akan dilakukan dengan melihat apakah tujuan penelitian
sudah tercapai atau belum.
Berdasarkan hasil uji keterampilan seperti yang
ditampilkan pada tabel 2 dan 3, terdapat
peningkatan keterampilan mengarang adalah sebagi berikut:
a) Pada awal tindakan yang lancar mengarang sebanyak 7 orang dari 30 siswa (23%)
pada kelas V SD Negeri .................................yang terampil
mengarang.
b) Sedangkan pada akhir tindakan yang lancar mengarang sebanyak 23 orang dari
30 siswa (76%) pada kelas V SD Negeri .................................yang
terampil mengarang.
c) Penelitian tindakan ini juga mendapatkan adanya peningkatan aktivitas
belajar siswa dalam proses belajar mengajar, aktivitas yang dapat teramati tiap
pertemuan yang paling menonjol adalah pada kegiatan menulis dan mengerjaka
tugas antara lain : Disiklus I pertemuan pertama menulis 14 siswa, pertemuan
kedua 20 siswa menjadi 28 siswa di pertemuan pertama dan 30 siswa di pertemuan
kedua pada siklus II, sedangkan kegiatan mengerjakan tugas dari 20 siswa di
pertemuan pertama, 28 di pertemuan kedua, menjadi 30 siswa baik dipertemuan
pertama maupun pertemuan kedua.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode
gambar secara signifikan dapat meningkatkan keterampilan mengarang bagi siswa
kelas V SD Negeri .......................... , media gambar pun dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa.
LAPORAN
PTK BAHASA INDONESIA SD KELAS V LENGKAP
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Sebagai akhir dari pembahasan hasil penelitian ini,
penulis mencoba untuk menyampaikan simpulan dan saran.
1. Pada siklus I yang dilaksanakan tanggal 2 dan 9
Oktober 2008 terdapat peningkatan. Hal ini terbukti dengan hasil uji keterampilan
siswa pada setiap pertemuan. Pertemuan I hanya 7 orang (23%) yang terampil
mengarang, maka pada pertemuan II, meningkat menjadi 13 orang (43%) yang
terampil mengarang dari 30 orang jumlah siswa. Berdasarkan hasil belajar pada
siklus ini menunjukan perbaikan, sehingga dapat diteruskan pada siklus
berikutnya.
Sedangkan pada siklus II, pertemuan I, jumlah siswa yang lancar mengarang
17 orang (57%), dan pertemuan II, meningkat menjadi 23 orang (76%). Dengan kata
lain dari dua siklus yang dilakukan selama tindakan, menunjukan adanya
perbaikan atau peningkatan keterampilan mengarang bagi siswa kelas V SD Negeri ..........................
, sebesar (76%).
2. Penelitian
tindakan kelas melalui penggunaan media gambar dalam upaya meningkatkan
kemampuan keterampilan mengarang juga dapat meningkatkan aktivitas belajar,
peningkatan aktivitas belajar tampak pada siklus I pertemuan kedua aktivitas
bertanya 8 siswa, menjawab 6 siswa, menulis 20 siswa, mengerjakan tugas 28
siswa, di siklus II pada pertemuan kedua menjadi : 14 siswa bertanya, 10 siswa
menjawab pertanyaan, 30 siswa aktivitas menulis, dan 30 siswa mengerjakan
tugas.
B. Saran
Untuk tercapainya pelajaran bahasa Indonesia, maka guru
bidang studi bahasa Indonesia memberikan pengarahan kepada siswa agar berlatih
secara insentif. Seandainya terjadi kebosanan, maka hendaknya guru memberikan
selingan kepada siswa dengan membaca hasil karya orang lain yang lebih
berbobot, sehingga siswa akan dapat menemukan pengalaman kognitif dari suatu
karya besar.Secara terperinci saran yang dapat disampaikan penulis :
1. Bagi guru
Kegiatan penelitian tindakan kelas dengan mencobakan metode atau media
dalam proses pembelajaran hendaknya menjadi suatu kegiatan rutin dan ilmiah
dalam rangka meningkatkan proses pembelajaran, lebih jauh untuk meningkatkan
mutu pembelajaran sehingga hasil belajar yang maksimal dapat dicapai .
2. Bagi Sekolah
penelitian tindakan kelas, sebagai salah satu upaya meningkatkan
pengembangan profesi guru, guna meningkatkan mutu pendidikan melalui kompetensi
guru khususnya dalam bidang didaktik dan metodik.
LAPORAN
PTK BAHASA INDONESIA SD KELAS V LENGKAP
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Mukhsin, 1989, Dasar-Dasar Komposisi, Yayasan Asih Asah Asuh, Malang
Alim, Djeniah dan Purwanto, Ngalim, 1997, Metodologi Pengajaran Bahasa Indonesia,
Rosda jayapura, Jakarta
Arikunto, Suharsimi, 1993, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta
Asrom, 1997, Dari
Narasi Hingga Argumentasi, Erlangga, Jakarta
Baradjah. M. F, 1990, Kapita
Selekta Pengajaran Bahasa, IKIP Malang, Malang
Ganda, Asep, 1999, Bahasa
Indonesia, Pribumi Mekar, Jakarta
Hadi, Sutrisno, 1984, Metodologi
Research, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Karjasujana, Ahmad S, 1986, Keterampilan Membaca, Karunika, Jakarta
Karsana, Ano, 1986, Keterampilan
Menulis, Karunika Jakarta UT, Jakarta
Keraf Gorys, 1994, Argumentasi
dan Narasi, Gramedia, Jakarta
Muchlisoh, 1993, Pendidikan
Bahasa Indonesia, Depdikbud, Jakarta
Nababan, Subyakto, Utari Sri, 1992, Metodologi Pengajaran Bahasa, Pustaka Utara, Jakarta
Nafiah, Hadi, 1981, Anda Ingin Jadi Pengarang, Usaha Nasional
Surabaya Indonesia, Banjarmasin
Nurhadi, 1993, Kapita
Selekta Kajian Bahasa Sastra dan Pengajarannya, IKIP Malang, Malang
Parera, Daniel Jos, 1993, Menulis Tertib dan Sistematika, Erlangga, Jakarta
Putrawan, I Made, 1990, Pengujian Hipotesis, Rineka Cipta, Jakarta
Rahman, Eman A dan Sudarno, 1995, Terampil Berbahasa Indonesia, Hikmat Syahid Indah, Jakarta
Sampurno, S Chamdiah, 1987, Pengembangan Program Pengajaran Bahasa Indonesia, Jakarta: IKIP
Muhammadiyah, Jakarta
Sartuni, Rasjid, 1984, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Nina Dinamika, Jakarta
Soejono. Ag, 1983, Metodik Khusus Bahasa Indonesia, Bina
Karya, Bandung
Syafi’ie, Imam, 1990, Bahasa Indonesia, IKIP Malang, Malang
Tampubolon DP, 1990, Kemampuan
Membaca Teknik Membaca Efektif, Angkasa, Bandung
Tarigan, Djago dan Tarigan H. G, 1991, Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa,
Angkasa, Bandung
Tarigan, Djago, 1991, Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Pengembangannya, Angkasa,
Bandung
_________, 1991, Membina
Keterampilan Menulis Paragraf dan Pengembangannya, Angakasa Bandung
The Liang Gie, 1992, Pengantar
Dunia Karang Mengarang, Liberty Yogyakarta
Zainuddin, 1991, Materi
Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta
Tag: Laporan PTK ata Penelitian Tindakan
Kelas Bahasa Indonesia Sd Kelas V Lengkap Yang Berjudul Peningkatan Keterampilan Mengarang Siswa
Melalui Penerapan Media Gambar Pada Siswa Kelas V SD
Sa Indonesiangat berterimakasih atas infonya Forum Guru
BalasHapusINI lagu apa/lagu siapa yaa yg lagu pertama jd backsoundnya..?
BalasHapus