FGI
Penelitian
Contoh Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Kelas IV IPS SD
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Hasil pembelajaran mata pelajaran IPS di
Kelas IV SDN Babussalam 0I masih kurang
memuaskan. Salah satu penyebab kurang menariknya pelajaran tersebut, karena
belum dikembangkan metode-metode pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan
bagi siswa secara optimal.
Peranan guru dalam menyampaikan materi
pelajaran kepada siswa tidaklah mudah. Guru harus memiliki berbagai kemampuan
yang dapat menunjang tugasnya agar tujuan pendidikan dapat dicapai. Salah satu
kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam meningkatkan kompetensi
profesinya ialah kemampuan memilih metode mengajar.
Dalam memilih metode mengajar seorang guru
harus dapat menyesuaikan antara metode yang dipilihnya dengan kondisi siswa,
materi pelajaran, dan sarana yang ada. Oleh karena itu, guru harus menguasai
beberapa jenis metode megajar agar proses belajar mengajar berjalan lancar dan
tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud.
Untuk meningkatkan kemampuan siswa dan
meningkatan motivasi dan hasil belajar siswa dalam megikuti pelajaran, ada
beberapa metode mengajar yang tepat digunakan. Surakhmad (1984:15) mengatakan, “Ada
beberapa jenis metode mengajar yang tepat digunakan oleh guru dalam menyapaikan
materi. Metode ini adalah metode ceramah, metode latihan, Metode kerja
kelompok, metode diskusi, metode demontrasi, metode pembagian tugas, metode
karya wisata”. Tiap-tiap metode tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Jadi, guru harus pandai memilih metode mengajar yang sesuai dengan
karakteristik materi pelajaran.
Metode kerja kelompok adalah format
pembelajaran yang menitikberatkan kepada interaksi antara anggota yang satu
dengan anggota yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan tugas-tugas
belajar secara bersama-sama. Metode ini dapat digunakan jika guru mempunyai
keyakinan bahwa untuk memahami topik yang dibicarakan perlu dilakukan
pembelajaran dengan metode kerja kelompok.
Dalam pembelajaran IPS menjadi metode yang
diharapkan banyak dilakukan siswa. Oleh karena itu, Departemen Pendidikan Nasional
melalui telah mencoba mengembangkan metode tersebut dalam strategi pembelajaran
PAKEM (Pembelajaran Aktif, Efektif dan
Menyenangkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis
tertarik mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mengenai peranan metode
kerja kelompok dalam pembelajaran IPS terhadap peningkatan kemampuan siswa dalam pelajaran IPS pada siswa kelas IV SD Babussalam
1.
Perumusan Masalah
Berdasarkan judul penelitian: “KONTRIBUSI
PENERAPAN METODE KERJA KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA DALAM PENGUASAAN MATERI PELAJARAN IPS (Penelitian
Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IVb SDN
Babussalam)” dan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Bagaimana kontribusi penerapan metode kerja
kelompok dalam pembelajaran IPS terhadap peningkatan kemampuan siswa dalam penguasaan materi
pelajaran IPS pada siswa kelas IVb SDN Babussalam ?”
Pembatasan Masalah
Agar permasalahan yang diteliti lebih tidak
terlalu luas, maka perlu ditetapkan adanya pembatasan masalah. Dasar adanya
pembatasan masalah ini disesuaikan dengan kemampuan penulis, baik dari segi
waktu, tenaga, bahkan biaya.
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Penelitian ini hanya meneliti kontribusi
penggunaan kerja kelompok dalam pembelajaran IPS terhadap peningkatan
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran IPS.
Penelitian ini hanya dilakukan di Siswa Kelas
IV SDN Babussalam
Tujuan Penelitian
Supaya penelitian terarah dan sesuai dengan
harapan perlu ditetapkan tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Penelitian dilakukan untuk mengetahui
kontribusi penggunaan kerja kelompok dalam pelajaran IPS di SD Babussalam 01 terhadap peningkatan penguasaan siswa terhadap
materi pelajaran.
Untuk menambah wawasan dan pengalaman penulis
yang berkaitan dengan pengembangan model-model pembelajaran IPS di SD Babussalam
01 .
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat atau kegunaan sebagai berikut:
Penelitian diharapkan dapat meningkatkan
kualitas peneliti sebagai tenaga pendidik.
Penelitian diharapkan dapat dijadikan masukan
bagi instansi pemerintah, cq Dinas Pendidikan dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan.
Penelitian diharapkan dapat memberikan
sumbang saran yang positif bagi rekan guru di lapangan.
Metodelogi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah
metode deskripsi analisis. Hal ini disebabkan penelitian ini mencoba memberikan
gambaran keadaan yang sesungguhnya dan memberikan analisis didasarkan data yang
diperoleh melalui obeservasi, catatan data lapangan, hasil tes dan catatan hasil refleksi/diskusi yang
dilakukan oleh peneliti dan mitra peneliti.
Adapun langkah-langkah dalam kegiatan
penelitian ini mengemkan model yang dikembangakan oleh Lewis (Wiriaatmajda,
2005:100) meliputi:
1. mengidentifikasi gagasan/permasalahan umum
2. melalukan pengecekan dilapangan
3. membuat perencanaan umum
4. mengembangkan langkah tindakan
5. mengevaluasi, dan
6. merevisi perencanaan
Sedangkan alur pelaksaan PTK ini dapat
digambarkan dalam diagram/gambar di bawah ini:
Sistematika Penulisan
Dalam penulisan laporan hasil penelitian,
sistematika penulisan digunakan adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan,
berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan
penelitian, dan kegunaaan penelitian.
Bab II Landasan
Teoritis, berisi teori-teori yang diambil dari beberapa ahli yang ada kaitannya
dengan permasalahan penelitian.
Bab III Laporan
Hasil Penelitian dan Pemahasan, berisi laporan hasil penelitian tindakan kelas yang
dilakukan penulis (siklus per siklus), serta pembahasan atas hasil penelitian
yang dilakukan.
Bab IV Kesimpulan
dan Saran, berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dan
saran-saran yang ada kaitannya dengan hasil penelitian.
BAB II LANDASAN
TEORITIS
Hakikat Pembelajaran
Pengertian Pembelajaran
Pembicaraan tentang pembelajaran tidak bisa
dilepaskan dari istilah kurikulum dan pengertiannya. Secara singkat hubungan
keduanya dapat dipahami sebagai berikut: pembelajaran merupakan wujud
pelaksanaan (implementasi) kurikulum., atau pembelajaran ialah kurikulum dalam
kenyataan implementasinya.
Munandir
(2000:255) memberikan batasan mengenai pembelajaran sebagai berikut:
“Pembelajaran ialah hal membelajarkan, yang artinya mengacu ke segala daya
upaya bagaimana membuat seseorang belajar, bagaimana menghasilkan peristiwa
belajar di dalam diri orang tersebut.
Selanjuntnya Gagne dalam Munandir (2000:256)
menjelaskan bahwa:
“Pembelajaran tersusun atas seperangkat
peristiwa (event) yang ada di luar diri si belajar, diatur untuk maksud
mendukung proses belajar yang terjadi dalam diri si belajar tadi.
Peristiwa-peristiwa pembelajaran itu adalah: (1) menarik (membangkitkan)
perhatian, (ii) memberitahukan tujuan belajar, (iii) mengingat kembali hasil
belajar prasyarat (apa yang dipelajari), (iv) menyajikan stimulus, (v)
memberikan bimbingan belajar, (vi) memunculkan perbuatan (kinerja) belajar,
(vii) memberikan balikan (feedback), (viii) menilai kinerja belajar, dan meningkatkan
retensi dan transfer.”
Berdasarkan
hal tersebut, terkandung pengertian bahwa pembelajaran bisa berlangsung tanpa
kehadiran guru. Kalaupun guru hadir, ia bukan seorang “penyampai bahan”, atau
“penyaji materi”, melainkan sekedar media, guru adalah media, dan ia salah satu
saja dari media pembelajaran. Pembelajaran tanpa seorang guru mengasumsikan
kemandirian dan otoaktivitas siswa selaku pebelajar. Selanjutnya Depdiknas
(2002:9) memberikan definisi pembelajaran sebagai berikut:
“Pembelajaran
adalah suatu sistem atau proses membelajarkan subyek didik/pembelajar yang
direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar
subyek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara
efektif dan efisien. Dengan demikian,
jika pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, maka berarti pembelajaran
terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisir antara lain tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media
pembelajaran/alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan
tindak lanjut pembelajaran. Sebaliknya jika pembelajaran dipandang sebagai
suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru
dalam rangkaian upaya atau kegitan guru dalam rangka membuat siswa belajar.
Berdasarkan analisis teori-teori di atas,
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
adalah suatu sistem atau proses yang dilakukan oleh seorang guru dalam
rangka menghasilkan terjadinya peristiwa
belajar pada diri siswa untuk mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran.
Tujuan Pembelajaran/Pendidikan
Pendidikan adalah kegiatan yang selalu harus
sadar tujuan. Oleh karena itu perumusan tujuan pendidikan bukan saja penting,
tetapi merupakan suatu keharusan. Tujuan pendidikan ada beberapa tingkat, yaitu:
(a) tujuan pendidikan nasional, (b) tujuan institusional, (c) tujuan pendidikan
kurikuler, dan (d) tujuan instruksional. Tujuan pendidikan nasional merupakan
rumusan umum tentang pola perilaku dan pola kemampuan yang harus dimiliki oleh
lulusan suatu lembaga atau institusi pendidikan. Tujuan institusional
ditentukan oleh tugas dan tungsi yang dipikul oleh lembaga tadi dalam rangka
menghasilkan lulusan dengan kemampuan dan ketrampilan tertentu yang dibutuhkan
masyarakat.
Tujuan pendidikan kurikuler adalah rumusan
umum tentang macam-macam pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang terdapat
dalam masing masing mata pelajaran sehingga dapat diberikan pengalaman yang
sesuai kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan institusional lembaga
pendidikan yang bersangkutan. Tujuan ini didasarkan pada tingkah laku, yaitu
tujuan pendidikan yang berhubungan dengan terbentuknya tingkah laku. Ada tiga
macam tingkah laku yang dikenal dengan istilah taksonomi. Bloom membagi tujuan
ini menjadi tiga (taksonomi Bloom), yaitu ranah kognitif (cognitive domain),
ranah afektif (affective domain), dan ranah psikomotorik (psvchomoton domain).
Selanjutnya Bloom mengklasifikasikan ranah kognitif menjadi enam sebagai
berikut:
Mengenal (recognition), yaitu merupakan
tujuan ranah kognitif berupa pengenalan dan pengingatan kembali terhadap
pengetahuan fakta, istilah, dan prinsip-prinsip. Untuk mencapai tujuan
pengenalan siswa diminta untuk memilih salah satu dari dua atau lebih jawaban
yang disediakan dalam soal. Sedangkan untuk tujuan pengingatan kembali siswa
diminta untuk mengingat kembali dan menyebutkan satu atau lebih fakta-fakta
sederhana.
Pemahaman (comprehension), yaitu merupakan
tujuan ranah kognitif berupa kemampuan mengerti tentang isi pelajaran yang
dipelajari tanpa perlu menghubungkannya dengan isi pelajaran lainnya. Untuk
mencapai tujuan ini siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan
yang sederhana di antara fakta-fakta atau konsep.
Penerapan (application), yaitu merupakan
tujuan ranah kognitif berupa kemampuan menggunakan generalisasi atau abstraksi
lainnya yang sesuai dalam situasi yang konkrit. Untuk mencapai tujuan ini siswa
dituntut merniliki kemampuan untuk menyeleksi atau memilih suatu abstraksi
tertentu (konsep, hukum, dalil, aturan, gagasan, cara) secara tepat untuk
diterapkan dalam suatu situasi baru dan menerapkannya secara benar.
Analisa (analysis), yaitu merupakan tujuan
ranah kognitif berupa kemampuan menjabarkan isi pelajaran kebagian-bagian yang
menjadi unsur pokok. Untuk mencapai tujuan ini siswa diminta/ ditugasi untuk
menganalisa suatuhubungan atau situasi yang kompleks atau konsep-konsep dasar.
Sintesis (synthesis), yaitu merupakan tujuan
ranah kognitif berupa kernampuan menggabungkan unsur-unsur pokok ke dalam
struktur yang baru. Untuk mencapai tujuan ini siswa diminta melakukan sintesa/
menggabungkan kembali atau menyusun kembali hal-hal yang spesitik agar dapat
mengembangkan suatu struktur yang baru.
Evaluasi (evaluation), yaitu merupakan tujuan
ranah kognitif berupa kemampuan menilai isi pelajaran untuk suatu maksud atau
tujuan tertentu. Misalnya untuk mengetahui sejauhmana siswa mampu menerapkan
pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki, maka siswa diminta memecahkan
soal dari suatu kasus tertentu.
Komptensi Dasar adalah rumusan umum tentang
tujuan yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa sesudah mereka mengikuti
kegiatan yang bersangkutan. Tujuan harus disusul dengan sasaran belajar .
Sasaran belajar merupakan serangkaian rumusan terinci tentang perilaku siswa
yang diharapkan dapat mereka capai setelah mengikuti kegiatan .
Kompetensi Dasar mempunyai empat fungsi:
merupakan dasar penyusunan sasaran belajar
memberikan rumusan tujuan mata pelajaran
secara ringkas
memberikan arah dalam menentukan kegiatan
belajar
memberikan informasi tentang kedudukan suatu
pelajaran dalam kurikulum.
Tujuan yang disusun dengan baik, secara umum
menunjukkan batas ruang lingkup bidang yang akan dipelajari dan tingkat
penguasaan yang diinginkan. Setiap tujuan harus dirinci menjadi beberapa sasaran belajar. Merumuskan sasaran belajar
merupakan bagian yang penting, karena dari sasaran belajar dapat diturunkan:
Pokok-pokok mana yang harus dipelajari
Bagaimana siswa harus mempelajari (sasaran
belajar harus diberitahukan kepada siswa)
Bagaimana proses pembelajaran diselenggarakan
Bagaimana evaluasi hasil belajar
diselenggarakan.
Dalam kegiatan pembelajaran guru seringkali
tidak sekedar berusaha mencapai tujuan yang telah dirumuskan dalam persiapan
mengajarnya. Guru seringkali berusaha mencapai tujuan-tujuan yang tidak
dirumuskan dalam persiapan mengajarnya, tetapi tujuan tersebut telah dipikirkan
oleh guru sebelum kegiatan pembelajaran dilakukan.
Tujuan-tujuan yang telah dirumuskan
sebelumnya secara tertulis dan diharapkan dicapai secara langsung dalam
kegiatan-kegiatan pembelajaran disebut sebagai tujuan instruksional, yang
merupakan dampak instruksional (instrucsional effects).
Selain tujuan instruksional yang dirumuskan
secara tertulis, seorang guru dapat memikirkan tentang tujuan-tujuan lain yang
dapat dicapai melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran secara tidak langsung.
Tujuan yang harus dipikirkan guru dan guru tidak perlu menuliskannya dalam
persiapan mengajar disebut tujuan pengiring, yaitu sebagai dampak pengiring
dari kegiatan pembelajaran.
Tujuan pengiring memberikan manfaat dalam:
a. menghubungkan tujuan instruksional yang
satu dengan yang lain
b. pembentukan pelajar seumur hidup
c. meningkatkan kebermaknaan kegiatan
pembelajaran.
Strategi Pembelajaran
a. Pengertian Strategi Pembelajaran
Menurut Webster (Dadang Sulaiman: 1988, 134)
istilah strategi mencakup:
(a)
suatu perencanaan yang teliti atau metoda atau suatu muslihat yang
cerdik,
(b)
suatu seni menggunakan atau memikirkan rencana rencanauntuk mencapai suatu tujuan.
Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Webster,
Anthony S. Jones dkk. (1979, 1) memberikan definisi strategi pembelajaran
sebagai suatu metoda pendidikan untuk mengubah pengetahuan menjadi belajar.
yang belajar adalah perubahan perilaku individu dalam ranah ,kognitif, afektif
dan psikomotorik.
Gerlach & Ely (1981, 174) mempertajam
pengertian strategi pembelajaran sebagai cara pendididik menyajikan isi
pelajaran dalam lingkungan pendidikan, yang meliputi sifat, ruang lingkup dan
urut-urutan peristiwa yang memberikan pengalaman-pengalaman pendidikan.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa strategi pembelajaran mencakup:
Perencanaan pengajaran yang meliputi materi
pelajaran, metode mengajar, media pengajaran, lingkungan belajar, pengelolaan
kelas, dan urut-urutan peristiwa dalam proses pembelajaran.
Tujuan pengajaran diarahkan untuk mengubah
pengetahuan menjadi belajar yang meliputi perubahan perilaku individu dalam
ranah kognitif, ranah afektit; dan ranah psikomotorik.
b. Pendekatan dalam menentukan Strategi
Pembelajaran (Ekspositori dan Pendekatan Inkuiri)
Dalam menentukan strategi pembelajaran guru
dapat menggunakan pendekatan ekspositori dan atau pendekatan inkuiri.
Pendekatan ekspositori merupakan suatu pendekatan di mana guru menyajikan
informasi kepada siswa. Sumber-sumber informasi yang paling banyak digunakan
adalah buku teks dan bahan-bahan rujukan lain yang relevan seperti bahan-bahan
audiovisual dan pengalaman pribadi guru. Biasanya guru berdiri di depan kelas
menyajikan informasi, sedangkan siswa diharapkan memproses informasi tersebut
dengan cara yang sama seperti yang disajikan oleh guru. Metode yang banyak
digunakan dalam pendekatan ini adalah ceramah. Mengadakan Kerja Kelompok,
menyajikan gambar hidup, dan pembuatan laporan juga dapat digunakan dalam pendekatan
ini. Kerja Kelompok dapat dikategorikan ke dalam pendekatan ekspositori apabila
dimaksudkan untuk mengarahkan mahasiswa terhadap tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya (directed discussion). Biasanya siswa diuji dan dinilai kecakapannya
dalam mengidentitikasi peristiwa, tanggal peristiwa, rumus-rumus, dan
mengulangi informasi yang telah disampaikan oleh guru sesuai dengan aslinya
atau sekurang-kurangnya mengenai substansinya.
Pendekatan inkuiri merupakan suatu pendekatan
dalam strategi pembelajaran, dalam pendekatan ini guru bertindak sebagai
fasilitator pengalaman belajar serta menciptakan dan mengatur kondisi-kondisi
yang dapat memberikan rangsangan kepada para siswa untuk mengajukan pertanyaanpertanyaan
tentang topik yang sedang dibahas. Misalnya guru menyajikan dokumen-dokumen
transaksi keuangan yang diperoleh dari suatu perusahaan jasa hipotetis dan
kemudian mendorong para siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang hanya
dijawab oleh guru dengan menyatakan "ya" atau "tidak". Dari
pertanyaan siswa dan jawaban yang diberikan oleh guru tersebut diharapkan
tercipta suatu kondisi terjadinya inkuiri.
Pendekatan ekspositori dan pendekatan inkuiri
bukanlah peristiwa dikotomi melainkan merupakan dua kutub berlawanan yang
mempunyai daerah kontimun ekspositori dan inkuiri. Edwin Fenton (Gerlach &
Ely 1981 , 174) menekankan bahwa pemahaman terhadap daerall kontinum yang berbeda antara dua kutub pendekatan
ekspositori dan inkuiri adalah penting akan bermanfaat dalam menentukan
strategi pembelajaran yang tepat- yaitu kapan strategi pembelajaran lebih
didominasi ekspositori dan kapan didominLisi inkuiri. Bagi guru yang lebih
penting adalah menyadari bahva tujuan pembelajaran tidak akan dapat dicapai
hanya dengan menggunakan pendekatan ekspositori saja atau menggunakan
pendekatan inkuiri saja. Ada bagian-bagian dan isi pelajaran yang tepat jika
digunal:an pendekatan ekspositori dan ada bagian lain yang tepat jika
digunal:an pendekatan inkuiri. Akan tetapi pada umumnva sebagian besar dari isi
pelajaran hanya efektif jika digunakan pendekatan di antara kedua pendekatan
tersebut.
Selain menggunakan kedua pendekatan tersebut,
pengembangan strategi pembelajaran juga menggunakan pendekatan ketrampilan
proses (PKP), yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada
"membelajarkan siswa bagaimana belajar " (to learn how to lean). PKP
dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan
keterampilan-keterampilan intelelaual, social, dan fisik yang bersumber dari
kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa.
PKP bukanlah tindakan instruksional yan, berada di luar kemampuan siswa.
Funk mengungkapkan bahwa:
PKP memberikan kepada siswa pcngertian yang
tepat tentang hakikat ilmu pengetalhuan. Siswa dapat mengalami rangsangan ilmu
pengetahuan dan dapat lebih mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan.
Mengajar dengan pendekatan PKP berarti
memberi kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan. Di sisi
lain siswa merasa bahagia sebab mereka
aktif dan tidak menjadi si belajar yang pasif.
Menggunakan pendekatan PKP dalam mengajar
berarti membuat siswa belajar dua aspek sekaligus, yaitu aspek proses dan aspek
produk ilmu pengetahuan. Aspek proses belajar adalah sejumlah pengalaman
intelektual, emosional, dan fisik pada diri siswa, sedangkan aspek hasil
belajar adalah perubahan perilaku pada diri siswa.
Adanya pandangan bahwa guru merupakan
"motor penggerak" yang membuat siswa terus-menerus belajar dan siswa
seringkali dipandang sebagai "gentong kosong" yang harus diisi air
pengetahuan oleh guru, atau siswa dipandang sebagai kertas yang masih putih
bersih yang harus diisi dengan tulisan pengetahuan oleh guru harus diubah.
Adanya pandangan seperti ini akan mengakibatkan kegiatan pembelajaran lebih
cenderung menjadi kegiatan "penjajahan" atau "penjinakan"
daripada kegiatan "pemanusiaan".
Penerapan PKP dalam kegiatan pembelajaran
didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:
Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) Percepatan perubahan IPTEK tidak mungkin diwujutkan apabila
guru bertindak sebagai satu-satunya orang yang menyalurkan semua fakta. Oleh
karena itu perlu adanya pengembangan keterampilan memperoleh dan memproses
fakta, konsep, dan prinsip pada diri siswa.
Pengalaman intelektual, emosional, dan fisik
diperlukan agar diperoleh hasil belajaryang optimal. Ini berarti diperlukan
kegiatan pembelajaran yang mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memperlihatkan unjuk-kerja melalui sejumlah keterampilan memproses semua fakta,
konsep, dan prinsip.
Penanaman sikap dan nilai sebagai pengabdi
pencarian kebenaran ilmu Hal ini menuntut adanya pengenalan terhadap tatacara
pemrosesan dan pemerolehan kebenaran ilmu. Perlu disadari bahwa tidak ada
kebenaran yang bersifat final. Kebenaran sifatnya sementara. yaitu sampai ditemukannya
kebenaran yang baru. Kebenaran yang baru ini sifatnya juga sementara, yaitu
sampai ditemukan kebenaran baru berikutnya, dan demikian seterusnya
Ada beberapa keterampilan proses yang secara
garis besar dapat dikategorikan sebagai :
keterampilan dasar (basic skills) dan
keterampilan terintegrasi (integrate skills).
Keterampilan dasar terdiri dari enam macam keterampilan, yaitu mengobservasi,
mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan.
Sedangkan keterampilan terintegrasi meliputi mengidentifikasi variable, membuat
tabulasi data, menyaj ikan data dalam bentuk gratik, menggambarkan hubungan
antar variable, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian,
menyusun hipotesis, mendefinisikan variable secara operasional, merancang
penelitian, dan melaksanakan eksperimen.
Keterampilan mengobservasi, yaitu kemampuan/
keterampilan mengobservasi objek-objek dan fenomena yang terdapat disekitar
kita melalui panca indera, yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman,
dan persaan/ pengecap. Informasi yang diperoleh dari keterampilan mengobservasi
dapat mendorong keinginan tahu. bertanya, memikirkan, melakukan interpretasi
tentang lingkungan kita.Kegiatan mengobservasi dapat dibedakan menjadi kegiatan
observasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Keterampilan mengobservasi merupakan
ketrampilan dasar (basic skills) Kegiatan observasi dikatakan bersifat
kualitatif jika dalam pelaksanaannya hanya menggunakan pancaindera untuk
memperoleh informasi. Misalnya: menentukan warna dengan penglihatan,
mendengarkan suara dengan pendengaran, membandingkan perbedaan rasa manis
dengan menggunakan pengecap, dan seterusnya.Kegiatan observasi dikatakan
bersifat kuantitatif apabila dalam pelaksanaannya selain menggunakan pancaindera
juga menggunakan peralatan lain yang memberikan informasi khusus dan tepat.
Misalnya menghitung luas ruangan, mengukur suhu badan, membandingkan luas
daerah yang satu dengan yang lain.
Keterampilan mengklasitikasikan atau
mengkategorikan sejumlah objek. peristiwa, dan segala yang ada di dalam dan
dilingkungan kchidupan kita adalah perlu. Misalnya kebutuhan rnanusia dapat
digolongkan menjadi kebutuhan primer. kehutuhan sekunder. dan kebutuhan
tersier. Kegiatan mengklasifikasi akan mempermudah bagi kita untuk memahami
berbagai objek. peristiwa, atau segala hal yang ada di dalam dan di
linokungan kehiidupan kita. Kegiatan
menentukan klasifikasi/penggolongan dapat dilakukan dengan cara mengamati
persamaan. perbedaan. hubungan dan mengelompokkan objek berdlasarkan kesesuaian
dengan berbagai tujuan. ketrampilan mengklasifikasi tersebut merupakan salah
satu dari berbagai keterampilan yang termasuk dalam keterampilan dasar (basic
skilIs) yang harus dilatih dan
kembangkan pada diri siswa.
Keterampilan memprediksi adalah kemampuan
memprediksi/ meramalkan objek atau peristiwa di masa yang akan datang dengan
mendasarkan pola-pola keadaan yang ada di waktu-waktu sebelumnya atau
kecenderungan tertentu, atau sifat hubungan antara fakta, konsep. dlan prinsip
dalam ilmu pengetahuan. Contoh: memprediksi volume penjualan tahun yang akan
datang berdasarkan pola/kecenderungan penjualan beberapa tahun sebelumnya,
memprediksi tingkat inflasi bulan Januari tahun yang akan datang berdasarkan
pola/kecenderungan inflasi pada tahun-tahun sebelumnya. Memprediksi permintaan
tekstil pada awal tahun ajaran yang akan datang berdasarkan polal kecenderungan
permintaan tekstil beberapa tahun sebelumnya.
Keterampilan mengukur dapat diartikan sebagai
menyatakan suatu objek tertentu ke dalam satuan ukuran tertentu. Misalnya:
dalam satuan berat kilo gram, dalam satuan suhu udara derajat celsius, dalam
satuan jarak kilo meter, dalam satuan pendapatan rupiah, dan
lain-lainnya.Keterampilan mengukur merupakan salah satu keterampilan dasar
(basic skills) yang harus dilatih dan kembangkan pada diri siswa.
Keterampilan menyimpulkan adalah keterampilan
untuk merumuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep,
dan prinsip yang diketahui. Misalnya: berdasarkan data atau informasi tentang
pendapatan keluarga yang diperoleh dari observasi, diukur dalam satuan rupiah,
diklasitikasikan berapa persen yang tergolong sangat tinggi, tinggi. sedang,
rendah. dan sangat rendah. Kemudian ditarik kesimpulan secara umum apakah
penghasilan keluarga yang metjadi objek penelitian tersebut tergolong sangat
tinggi. tinggi, sedang. rendah. atau sangat rendah.
Keterampilan berkomunikasi dengan tihak lain
merupakan keterampilan dasar untulc segala hal yang kita lakukan. Kemampuan
atau keterampilan berkomunikasi bagi siswa agar dalam penyampaian dan
memperoleh fakta. konsep, dan prinsip yang efektif, tepat dan jelas (tidak
samar samar) perlu dilatih dan kembangkan. Contoh kegiatan dari keterampilan
berkomunikasi adalah menKerja Kelompokkan, membuat laporan, membaca peta. dan
membaca gratik.
Keterampilan
merancang penelitian adalah kegiatan untuk memecahkan suatu masalah yang
dihadapi yang secara garis besar menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
merumuskan masalah, melakukan kajian pustaka, merumuskan hipotesis sebagai
jawaban sementara, mengumpulkan data, mengolah data, menganalisis data (menguji
hipotesis), dan menarik kesimpulan. Keterampilan merancang penelitian meliputi
keterampilan:
menentukan dan merumuskan masalah penelitian
merumuskan hipotesis
menentukan instrumen pengumpulan data
mengolah data (tabulasi data, penyajian data
dalam diagram/ gratik)
menganalisis data (menentukan teknik analisis
data untuk pengujian hipotesis)
menarik kesimpulan
Keterampilan merancang penelitian disebut
keterampilan terintegrasi (integrate skills) karena merupakan integrasi dari
keseluruhan keterampilan dasar (basic skills).
Perencanaan Pembelajaran
Salah satu model perencanaan pembelajaran
yang harus dipersiapkan guru adalah Rencana Pelaksnaan Pembelajaran. RPP pada
hakikatnya adalah proyeksi tentang apa yang harus dilakukan guru pada waktu
melaksanakan kegiatan pembelajaran, tidak lain adalah perbuatan atau tingkah
laku mengajar. Perbuatan mengajar dalam hal ini guru melaksanakan menentukan
metode yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga dapat
mempengaruhi siswa secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah direncanakan. Dengan demikian RPP sesungguhnya
merupakan dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan Buku Panduan Penyususanan
RPP (BNSP,2006), sebagai berikut:
RPP merupakan pegangan bagi guru dalam
melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan/atau lapangan untuk
setiap Kompetensi dasar. Oleh karena itu, apa yang tertuang di dalam RPP memuat
hal-hal yang langsung berkait dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya
pencapaian penguasaan suatu Kompetensi Dasar.
Menurut Buku Panduan Penyusunan RPP dari
BNSP, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun untuk satu Kompetensi
Dasar. Artinya, satu kompetensi dasar
minimal memiliki satu RPP. Adapun langkah-langkah dalam Penyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (BNSP, 2006) adalah sebagai berikut:
Mencantumkan identitas
Pada bagian ini harus mencantumkan nama
sekolah, mata pelajaran, kelas/semester, standar kompetensi, kompetensi dasar,
indikator dan alokasi waktu
Mencantumkan Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran berisi penguasaan kompetensi yang operasional yang
ditargetkan/dicapai dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran
dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang operasional dari kompetensi dasar.
Apabila rumusan kompetensi dasar sudah operasional, rumusan tersebutlah yang
dijadikan dasar dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat
terdiri atas sebuah tujuan atau beberapa tujuan.
Mencantumkan Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah
materi yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Materi
pembelajaran dikembangkan dengan mengacu pada materi pokok yang ada dalam
silabus.
Mencantumkan Metode Pembelajaran
Metode dapat diartikan benar-benar sebagai
metode, tetapi dapat pula diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran,
bergantung pada karakteristik pendekatan dan/atau strategi yang dipilih.
Mencantumkan Langkah-langkah Kegiatan
Pembelajaran
Untuk mencapai suatu kompetensi dasar harus
dicantumkan langkah-langkah kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya,
langkah-langkah kegiatan memuat unsur kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan
inti, dan kegiatan penutup. Akan tetapi, dimungkinkan dalam seluruh rangkaian kegiatan,
sesuai dengan karakteristik model yang dipilih, menggunakan urutan sintaks
sesuai dengan modelnya. Oleh karena itu, kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan
inti, dan kegiatan penutup tidak harus ada dalam setiap pertemuan.
Mencantumkan
Sumber Belajar
Pemilihan
sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus yang
dikembangkan oleh satuan pendidikan.
Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media, narasumber,
alat, dan bahan. Sumber belajar dituliskan secara lebih operasional.
Misalnya, sumber belajar dalam silabus
dituliskan buku referens, dalam RPP harus dicantumkan judul buku teks tersebut,
pengarang, dan halaman yang diacu.
Mencantumkan Penilaian
Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian,
bentuk instrumen, dan instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan data. Dalam
sajiannya dapat ituangkan dalam bentuk matrik horisontal atau vertikal. Apabila
penilaian menggunakan teknik tes tertulis uraian, tes unjuk kerja, dan
tugas rumah yang berupa proyek harus disertai rubrik penilaian.
Di bawah ini diberikan contoh Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), sebagai berikut
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
SMP/MTs. :
...................................
Mata Pelajaran : ...................................
Kelas/Semester : ...................................
Standar Kompetensi:
...................................
Kompetensi Dasar : ...................................
Indikator :
...................................
Alokasi Waktu : ..... x 40 menit (…
pertemuan)
A. Tujuan Pembelajaran
B. Materi Pembelajaran
C. Metode Pembelajaran
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan
1
Pertemuan 2
Petemuan
2
dst
E. Sumber Belajar
F. Penilaian
Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran pada umum terbagi
atas tiga komponen, yakni kegiatan awal atau pendahuluan, kegiatan inti atau
pokok dan kegiatan akhir atau penutup.
Uraian selengkapnya langkah-langkah dari ketiga komponen tersebut adalah:
Kegiatan Awal
Kegiatan yang dilakukan pada awal kegiatan
belajar mengajar adalah:
mengondisikan belajar siswa; dan
perkenalan dengan siswa dimaksudkan untuk
mendekatkan diri kepada siswa agar dalam pelaksanaan kegiatan berlangsung lebih
akrab.
Apersepsi yakni kegiatan penghubung antara
pelajaran yang telah disampaikan dengan pelajaran yang akan disampaikan
Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti guru akan menerapkan
metode-metode pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan sesuai dengan pendekatan yang digunakan.
Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir merupakan tindak lanjut
kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Oleh karena itu, sebagai akhir
pelaksanaan kegiatan belajar pembelajaran adalah memberikan tindak lanjut
belajar siswa.
Dengan
demikian, berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
pembelajaran adalah pelaksanaan kegiatan membelajarkan siswa agar mereka mampu
memahami materi pelajaran, baik yang disampaikan secara langsung maupun tidak
langsung sehingga tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar dapat dikuasai oleh
siswa.
Penilaian Pembelajaran
Penilaian dalam pembelajaran merupakan umpan
balik hasil kegiatan pembelajaran dalam rangka perbaikan setiap komponen
program pembelajaran. Melalui hasil penilaian, guru dapat mengukur keberhasilan
penyususnan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran/program pembelajaran.
Uraian ini diperkuat oleh penjelasan berikut:
Penilaian dalam proses belajar mengajar
berfungsi sebagai alat untuk mengukur tercapai-tidaknya tujuan pengajaran.
Melalui penilaian dapat ditetapkan apakah proses tersebut berhasil atau tidak.
Kalau berhasil, guru dapat melanjutkan bahan pengajaran pada minggu atau
pertemuan berikutnya, tetapi kalau belum berhasil bahan yang telah diberikan
perlu pengulangan atau pemahaman kembali sampai siswa dapat menguasainya
(Sudjana, 1996:65).
Selanjutnya, Hidayat (1995:13) menjelaskan,
bahwa “siswa dikatakan telah berhasil dalam penilaian jika mencapai taraf
penguasaan minimal 75% dari tujuan yang ingin dicapai”.
Dalam penilaian yang disajikan pada akhir
kegiatan pembelajaran terdapat dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu prosedur
penilaian dan alat penilaian. “Prosedur penilaian artinya penetapan bagaimana
cara penilaian akan dilakukan. Apakah secara lisan, tertulis, atau tindakan.
Sedangkan alat penilaian berkenaan dengan pertanyaan-pertanyaan yang akan
diberikan kepada siswa” (Sudjana, 1996:65). Selanjutnya, dalam penyusunan
pertanyaan dijelaskan sebagai berikut.
Isi pertanyaan harus betul-betul
mengungkapkan makna yang terdapat dalam rumusan tujuan instruksional khusus.
Kata-kata operasional yang digunakan sebagai
titik-tolak rumusan pertanyaan.
Setiap pertanyaan yang diajukan harus
mempunyai jawaban yang pasti sehingga dijadikan pegangan dalam menetapkan
tercapai-tidaknya tujuan instruksional khusus.
Banyaknya pertanyaan sekuranng-kurangnya sama
dengan banyaknya tujuan instruksional khusus.
Rumusan pertanyaan harus jelas, tegas, dan
dalam bahasa yang sudah dipahami maknanya oleh para siswa sehingga tidak
menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda diantara siswa (Sudjana, 1996:65).
Sejalan dengan uraian di atas, Hidayat
(1995:92) menjelaskan, bahwa langkah-langkah dalam menyusun penilaian adalah:
menentukan jenis tes yang sesuai dengan TPK,
misalnya:
tes tertulis;
tes lisan; dan
tes perbuatan.
Jenis tes yang dipilih haruslah sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai. Misalnya, tujuan “Siswa dapat melakukan perintah
lisan dengan tepat” tentu tidak dapat diukur dengan tes lisan atau tertulis
tetapi harus dengan tes perbuatan.
menyusun pertanyaan atau item tes sesuai
dengan jenis dan bentuk tes yang dipilih.
Berkenaan dengan uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa penilaian pembelajaran adalah umpan balik hasil kegiatan
pembelajaran dalam rangka perbaikan setiap komponen program pembelajaran,
disusun dengan memperhatikan prosedur dan alat penilaian berdasarkan
langkah-langkah penyusun yang telah ditetapkan.
B. Metode Kerja Kelompok
Salah satu tugas utama guru adalah mengajar.
Oleh karena itu guru harus dapat menjawab pertanyaan: "bagaimana
seharusnya mengajar". Pertanyaan
ini berkaitan dengan kompetensi guru dalam mengajar. Kompetensi mengajar
berkaitan dengan penentuan dan penerapan suatu metode atau kombinasi dari
berbagai metode pembelajaran di dalam proses pembelajaran. Pada bagian ini akan
dibahas berbagai metode pembelajaran, antara lain: (1) metode ceramah. (?)
metode tanya-jawab, (3) metode Kerja Kelompok, (4) metode kerja kelompok. (5)
metode pemberian tugas, (6) metode demonstrasi, (7) metode eksperimen, (8)
metode simulasi, dan (9) metode penemuan.
Sesuai dengan permasalahan penelitian, pada
bagian metode ini yang akan dibahas hanya metode kerja kelompok.
1. Pengertian Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok adalah format
pembelajaran yang menitikberatkan kepada interaksi antara anggota yang satu
dengan anggota yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan tugas-tugas
belajar secara bersama-sama. Metode ini dapat digunakan jika guru mempunyai
keyakinan bahwa untuk memahami topik yang dibicarakan perlu dilakukan
pembelajaran dengan metode kerja ketompok.
2. Tujuan Penggunaan Metode Kerja Kelompok
Tujuan penggunaan metode kerja kelompok dalam
kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut:
memupuk kemauan dan kemampuan kerjasama diantara
para siswa.
Meningkatkan keterlibatan sosio-emosional dan
intelektual para siswa dalam proses pembelajaran yang diselenggarakan
Meningkatkan perhatian terhadap proses dan
hasil dari proses pembelajaran secara berimbang.
3. Variabel-variabel yang menentukan
keberhasilan kerja kelompok
Variabel-variabel yang menentukan
keberhasilan kerja kelompok antara lain, sebagai berikut:
tujuan yang jelas
Interaksi anggota kelompok.
Kepemimpinan kelompok
Suasana kerja kelompok
Tingkat kesulitan tugas
Kemampuan dan kecakapan guru dalam
menjalankan perannya sebagai pengelola (manajer), pengamat (observer), pemberi
saran (advisor), dan penilai (evaluator).
Prosedur Penggunaan Metode Kerja Kelompok
Prosedur Penggunaan Metode Kerja Kelompok
dalam kegiatan belajar mengajar adalah:
a. Tahap persiapan, yaitu
1). pemilihan topik-topik
2). pembentukan kelompok
3). pembagian topik kepada tiap-tiap kelompok
b. Proses kei ja kelompok
Pada tahap ini guru melakukan pengamatan,
memberikan saran bila diperlukan, dan memberikan penilaian terhadap kerja
kelompok. Sementara itu siswa mula-mula melaksanakan penjajagan terhadap
topik/tugas yang diberikan, pemahaman, dan penunaian/ penyelesaian tugas.
c. Tahap akhir
Pada tahap ini kelompok kerja siswa
diwajibkan menyampaikan hasil kerja mereka secara lisan dan tertulis. Sedangkan
guru melakukan penilaian keberhasilan pemakaian metode kerja kelompok.
BAB III LAPORAN
HASIL PENELITIAN
Siklus I
Pelaksanaan kegiatan penelitian dilaksanakan
setelah perencanaan dianggap selesai. Tahap pelaksanaan tindakan sesuai dengan
rencana pelaksanaannya dibagi dalam tiga
tahap atau tiga siklus.
Pada siklus pertama (Ke-1), kegiatan belajar dilakukan dengan model
diskusi yang menggunakan pendekatan PAKEM sesuai dengan rencana tindakan. Berdasarkan
data hasil pengamatan mitra peneliti hasilnya menunjukkan bahwa siswa
sebenarnya telah mampu beradaptasi dengan pola pendekatan ini, karena pada
pelajaran sebelumnya pola pendekatan ini telah diperkenalkan. Namun, masih
terdapat banyak kekurangannya sehingga pada tahap ini belum terlihat adanya
pertumbuhan motivasi belajar siswa. Hal tersebut terlihat berdasarkan data
hasil post tes pada tabel berikut ini:
Tabel 1
DATA HASIL POST TES SIKLUS 1
(KKM :
70)
Keterangan
|
||
1
|
Jumlah Siswa Seluruhnya
|
38
|
2
|
Jumlah Siswa yang lulus
|
21
|
3
|
Jumlah siswa yang tdk lulus
|
17
|
4
|
Nilai Rata-rata
|
65,56
|
5
|
Prosentase Kelulusan
|
55,26%
|
6
|
Prosentase Ketidaklulusan
|
44,74%
|
Berdasarkan data tersebut, tingkat kemampuan
siswa Kelas IVB SDN Babussalam dalam
pembelajaran mata pelajaran IPS jumlah siswa 38 orang yang mengikuti post tes (ulangan)
ke-1 pada materi “Membaca Peta Lingkungan Setempat/Kabupaten/Kota/Propinsi
dengan Menggunakan Skala Sederhana”, dengan pembelajaran model kerja kolompok, ternyata
21 orang dapat dinyatakan lulus (55,26%) karena nilai yang diperolehnya telah
sama atau melebihi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dan sisanya sekitar 17
orang dinyatakan belum lulus (44,74%)
Berdasarkan hasil refleksi, yakni kegiatan
diskusi antara penenliti dan mitra peneliti ditemukan 5 point yang masih harus
diperbaiki oleh peneliti (guru) yakni: (a) keterlibatan siswa dalam diskusi
kelompok, yakni dismupulkansebagian besar masih kurang terlibat; (b);
keterlibatan siswa dalam diskusi kelas, yakni disimpulkan sebagian besar masih
kurang terlibat; (c) keinginan untuk
mendapatkan hasil yang terbaik terutama dalam diskusi kelompok, yakni disimpulkan
masih kurang memiliki keinginan tersebut; (d)
timbulnya rasa keingintahuan dan keberanian siswa, disimpulkan masih
kurang; (e) kemauan siswa menyediakan alat-alat atau sumber/bahan pelajaran
yang dibutuhkan, yakni juga dianggap masih kurang. Selain ke-5 point tersebut,
hal lain yang juga perlu mendapat perhatian adalah masih kurangnya keseriusan
siswa dan keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran.
Atas dasar
hasil diskusi antara peneliti dan mitra peneliti, diperoleh kesepahaman
sebagai berikut: (1) Budaya baca dikalangan dikalangan siswa masih rendah, oleh
karena itu diusahakan agar contoh kasus yang ditampilkan bukan kasus yang
terlalu sulit dipahami siswa; (2) Pola pendekatan PAKEM dengan metode kerja kelompok sebaiknya lebih
banyak menggunakan model yang lebih banyak menuntut tanggung jawab individu,
seperti model Jigsaw Learning; Number Head To Gether, atau lainnya; (3) Langkah-langkah
pengerjaan tugas baik tugas individu maupun kelompok harus dijelaskan secara
terperinci oleh guru; (4) Guru harus memberitahukan atau menekanankan kepada
siswa tentang adanya penilaian proses kegiatan belajar.
Siklus 2
Berdasarkan hasil diskusi di atas, maka
ditetapkan rencana tindakan untuk siklus berikutnya atau siklus ke-2. (lihat
rencana tindakan siklus 2)
Pada siklus ke-2 kegiatan belajar dilakukan
dengan menggunakan pendekatan PAKEM melalui penerapan metode kerja kelompok yang
lebih menekankan tanggung jawab individu. Pada tahap ini telah terlihat adanya
pertumbuhan motivasi belajar siswa, hal ini terbukti dari data hasil pengamatan
yang dilakukan mitra peneliti dan berdasarkan data hasil post tes
Tabel 2
DATA HASIL POST TES SIKLUS 1
(KKM :
70)
No
|
Nama
|
Keterangan
|
1
|
Jumlah Siswa Seluruhnya
|
38
|
2
|
Jumlah Siswa yang lulus
|
26
|
3
|
Jumlah siswa yang tdk lulus
|
12
|
4
|
Nilai Rata-rata
|
67,50
|
5
|
Prosentase Kelulusan
|
68,42%
|
6
|
Prosentase Ketidaklulusan
|
31,58%
|
Berdasarkan data tersebut, tingkat kemampuan
siswa Kelas IVB SDN Babussalam dalam
pembelajaran mata pelajaran IPS jumlah siswa 38 orang yang mengikuti post tes (ulangan)
ke-2 pada materi “Membaca Peta Lingkungan Setempat/Kabupaten/Kota/Propinsi
dengan Menggunakan Skala Sederhana”, dengan pembelajaran model kerja kolompok, ternyata
26 orang dapat dinyatakan lulus (68,42%) karena nilai yang diperolehnya telah
sama atau melebihi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dan sisanya sekitar 12
orang dinyatakan belum lulus (31,58%)
Atas dasar data diatas dan temuan mitra
peneliti telah terdapat perbaikan motivasi belajar siswa diantaranya sudah
terlihat kemauan menyediakan alat-alat atau sumber/bahan pelajaran yang
dibutuhkan, keterlibatan siswa dalam diskusi kelompok dan dalam diskusi kelas.
Sekalipun demikian, dalam hal “timbulnya rasa keingintahuan dan keberanian
siswa” serta “adanya keinginan untuk
mendapatkan hasil yang terbaik terutama dalam diskusi kelompok” belum
sepenuhnya nampak dalam kegiatan pembelajaran.
Atas dasar hasil refleksi (berupa diskusi antara
peneliti dan mitra peneliti) terhadap masalah tersebut diperoleh kesepakatan
pendapat bahwa:
Siswa sudah terbiasa untuk tidak bertanya
bahkan banyak siswa yang merasa malu bertanya serta takut kalau pertanyaannya
salah. Oleh karenanya secara sabar perlu diberikan penanaman kebiasaan bertanya
pada siswa melaui kegiatan tanya jawab dan diskusi yang menuntut tanggung jawab
indivdual.
Pengetahuan anak akan informasi masih sangat
kurang yang disebabkan keterbatasan
sarana dan prasarana. Oleh karena itu, dalam pembelajaran guru hendaknya
menggunakan media pembelajaran yang dapat dipahami dan memotivasi anak, seperti
media gambar.
Faktor kompetisi di dalam kelas yang kurang
mendukung menuntut adanya keterlibatan guru dalam kegiatan diskusi kelas dengan
cara membantu memberikan pertanyaan atau mengarahkan, perlunya memamerkan hasil
karya siswa (fortopolio) yang telah dinilai, serta pemberian penghargaan
(reward) kepada siswa atau kelompok yang memperoleh hasil terbaik.
Siklus I
Berdasarkan hasil diskusi di atas, maka
ditetapkan rencana tindakan untuk siklus berikutnya atau siklus ke-3. Pada
siklus ke-3 ini pembelajaran tetap dilakukan dengan metode kerja kelompok namun
dengan beberapa perbaikan dari hasil penemuan pada siklus 2.
Hasil yang diperoleh pada tahap ini banyak
terlihat adanya pertumbuhan motivasi belajar siswa, hal tersebut terbukti dari
data hasil pengamatan yang dilakukan mitra peneliti, dan berdasarkan data hasil
post tes
Tabel 3
DATA HASIL POST TES SIKLUS 1
(KKM :
70)
No
|
Nama
|
Keterangan
|
1
|
Jumlah Siswa Seluruhnya
|
38
|
2
|
Jumlah Siswa yang lulus
|
32
|
3
|
Jumlah siswa yang tdk lulus
|
6
|
4
|
Nilai Rata-rata
|
70
|
5
|
Prosentase Kelulusan
|
84,21%
|
6
|
Prosentase Ketidaklulusan
|
15,79%
|
Dari data tersebut, tingkat kemampuan siswa
Kelas IVB SDN Babussalam dalam pembelajaran
mata pelajaran IPS semakin meningkat jumlah siswa 38 orang yang mengikuti post
tes (ulangan) ke-3 pada materi “Membaca Peta Lingkungan
Setempat/Kabupaten/Kota/Propinsi dengan Menggunakan Skala Sederhana”, dengan
pembelajaran model kerja kolompok, ternyata 32 orang dinyatakan lulus (84,21%) karena
nilai yang diperolehnya telah sama atau melebihi KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal) dan sisanya hanya 6 orang dinyatakan belum lulus (15,79%)
Berdasarkan hasil temuan mitra peneliti, telah
terlihat adanya peningkatan motivasi belajar siswa bila dibandingkan keadaan
sebelumnya. Sebagian besar siswa pada umumnya telah memiliki motivasi belajar
yang cukup, bahkan ada yang sudah baik.
Hal tersebut menunjukkan bahwa metode pembelajaran Kelompok Belajar
dengan pendekatan PAKEM dalam
pembelajaran IPS apabila dikelola dengan baik ternyata dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa.
BAB IV KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tersebut
diperoleh kesimpulan bahwa:
Proses belajar dengan metode Kelompok Belajar
dengan pendekatan PAKEM (Pembelajaran
Aktif, Efektif dan Menyenangkan) pada kelas IV-B SDN Babussalam yang
dilakukan dengan baik ternyata dapat meningkatkan motivasi ddan hasil belajar
dalam mengikuti pelajaran IPS
Tidak ada satu metode, strategi dan/atau
model pembelajaran yang tepat untuk mengajarkan seluruh materi pembelajaran;
oleh karena guru dituntut memilih atau menentukan metode, strategi dan/atau
model pembelajaran yang sesuai dengan materi dan/atau kompetensi dasar,
karakteristik siswa serta ketersediaan sarana dan prasarana.
Media merupakan salah satu sarana yang sangat
penting guna meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu,
pemilihan media dan ketersediaan media merupakan hal yang penting diperhatikan
oeh guru dan pihak sekolah.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan
adalah:
Pelaksanaan pendekatan PAKEM (Pembelajaran
Aktif, Kreatif dan Menyengkan) dalam
pembelajaran IPS khusus dan mata pelajaran laiinya perlu terus ditingkatkan
mengingat cukup signifikan dampak postitif penerapannya terhadap peningkatan
motivasi dan hasil belajar siswa;
Guru-guru Sekolah Dasar harus dapat mengenali
dan menggunakan berbagai metode, strategi dan/atau model pembelajaran; sehingga
mempunyai banyak pilihan untuk diterapkan sesuai dengan materi dan/atau
kompetensi dasar, karakteristik siswa serta ketersediaan sarana dan prasarana.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1993. Penelitian Kependidikan
Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa.
Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
A Forum Brief. 1999. Contexrtually Based
Learning: Fad or Proven Practice.
Aina
Mulyana. 2004. Model Perencanaan Pembelajaran Berbasis Kompetensi.
(Makalah dalam majalah Suara Guru No: 1 Tahun LV/2005)
Bransford, J.D., Brown, A.L., Cocking, Rodney
R. 1999. How People Learn: Brain Mind, Experience, and School. Washington:
National Academy Press.What Do
Departement of Labor. 2001. Job Training
Partnership Act, Title III, Demonstration Program: Contextual Learning
Demontration Program.
Depdiknas, 2004. Contectual Teaching and
Learning. Direktorat PLP Jakarta
Depdikbud. 1996. Kurikulum 1994: Petunjuk
Teknis Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
________. 2002. Model Pembelajaran. Jakarta:
Depdikbud.
Education Commission of The States
Initiative. 2000. Service-Learning and Preservice Teacher Education. Learning
in Indeed Issue Paper.www.ecs.org. Hanley, S. On Constructivism. Maryland:
Maryland Collaborative for Teacher Preparation.
Hasibuan dan Moedjino. 1996. Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Remadja Karya.
Hidayat, Kosadi, dkk.. 1987. Strategi Belajar
Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Bina Cipta.
Kasihani, K., Latief, A., Nurhadi. 2002.
Pembelajaran Berbasis PAKEM (Contexstual
Teaching and Learning). Makalah disampaikan pada Kegiatan Sosialisasi PAKEM untuk Dosen-Dosen UM. Malang, 12 Februari 2002
Kratf, N. 2000. Criteria for Authentic
Project-Based Learning. Denver: RMC Reseach Corporation.
Munandir. 2001. Ensiklopedia Pendidikan.
Malang: UM Press
Sudirman, dkk. 1987. Ilmu Pendidikan.
Bandung: Remadja Karya CV.
Sudjana. 1992. Metoda Statistik. Bandung:
Tarsito.
Suriasumantri, Jujun S. 1999. Filsafat Ilmu Sebuah
Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Talbert, J.E. & McLaughlin, M.E. 1999.
Understanding Teaching in Context. Educational Leadership, Volume 57 (3).
Yudrik Yahya, 2003. Wawasan Pendidikan.
Depdiknas Dirjen Dikdasmen. Jakarta.
Zahorik, John A. 1995. Constructivist
Teaching (Fastback 390). Bloomington, Indiana: Phi-Delta Kappa Educational
Foundation.
Tidak ada komentar
Posting Komentar